15 - Gimmict or Real?

46K 3.3K 12
                                    

"Sebagai gimmict kita kali ini. Mulai sekarang, kita bakalan berangkat dan pulang sekolah bareng!"

Memijat pelipisnya seakan tengah pusing dengan berbagai aktivitas baru yang hendak dilakukan seperti halnya seorang pasangan kekasih, ya.. mereka memang kekasih. Bedanya, hanya sekadar pura-pura.

"Gue nggak mau ambil resiko kalau lo nggak bersikap manis ke gue."

Dirga mulai menggaruk-garuk rambutnya selepas mendengar kalimat tersebut, mengacak-acaknya ketika terlanjur kesal, dan jangan lupakan ingin membenturkan keningnya pada kemudi mobil.

Saat ini keduanya telah berada di dalam satu mobil yang sama. Melaju ke arah bengkel terlebih dahulu guna menjenguk motor Dirga. Terhitung kurang lebih dua hari tanpa kendaraan beroda dua miliknya. Mengatakan pada sang ibunda jika ada kendala pada saat pulang sekolah, walau tidak sepenuhnya berterus-terang perihal aksi Gerry dan juga Nabil yang tidak lepas dari akibat kerusakan pada motornya.

"Udah beres." Pertanda bahwa sang pujaan hati paling setia akan kembali ke dalam pelukannya. Begitu rindu, hingga mengalahkan rasa rindu kepada Agatha ketika malam tiba.

Astaga. Tidak. Dirga tidak pernah merindukan gadis itu. Hanya saja... ah, sudahlah.

"Ga, lo nggak lupa kan, kalau besok berangkat ke sekolah bareng gue?"

Mendongak, berdehem singkat sebelum memakai helm nya dan bersiap untuk membelah jalanan. "Lo duluan, gue di belakang." Menuruti perintah cowok itu, Agatha lebih dulu melaju ke arah apartemennya, sementara Dirga masih berada di belakangnya tanpa berbelok ke kiri setelah melewati perempatan lampu merah kedua.

Itu tandanya Dirga akan mengantar Agatha pulang!

Gadis itu telonjak kegirangan di dalam mobil. Berseru penuh kemenangan hingga membayangkan wajah kesal Reyma karena ulahnya adalah wujud menyenangkan diri sendiri.

Sebenarnya Agatha sempat menangkap raut jengkel dari Reyma setelah langkahnya melewati empat orang yang sempat menantangnya dengan sebuah taruhan konyol berujung kekalahan bagi sang pelaku.

Melenggok begitu santai tanpa adanya sebuah beban, Agatha bahkan sempat tersenyum miring seraya bergumam, "i'm the winner," ditujukan kepada Reyma sebagai maksud bahwa Agatha berhasil menaklukkan hati Dirga meskipun hanya bermodalkan ciuman singkat di kala itu.

Berhenti selepas memarkirkan mobilnya dalam basement apartemen. Celingukan mencari sosok yang tadinya berada di belakang sebelum memilih untuk naik ke lift terlebih dahulu. Padahal ekspektasi Agatha, Dirga akan mengantarnya hingga di depan pintu apartemen, kalau bisa sekalian masuk. Tapi nampaknya harapannya tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Dirga hanya mengantarnya hingga halaman apartemen saja, bukan sebuah keinginan yang dapat ia harapkan. Ah, Agatha memang sering berekspektasi tinggi hingga lupa siapa orang yang tengah ia hadapi. Si cowok kulkas yang tidak akan pernah mau berhadapan dengannya sekalipun hanya berdiri di depan pintu apartemen, menunggunya keluar dari lift sembari memainkan ponselnya.

Pernyataan yang terakhir, itu murni dari kedua sorot Agatha. Keningnya mengernyit bersamaan dengan sebuah tatapan yang baru saja beralih padanya. "Lama," kata cowok itu sembari berdecak.

"Lo nunggu gue?"

Hanya menghembuskan napasnya panjang, lalu memilih beranjak jika lengannya tidak ditahan oleh seseorang. "Iya, gue udah dapat jawabannya. Lo nunggu gue, dan berharap gue bukain pintu buat lo, kan?" Tebakan yang tak pernah meleset, dan hal itu dibuktikan ketika Dirga bersedia masuk.

"Lo mau nginep sini, Ga?"

Pertanyaan yang keluar tanpa disortir sontak membuat Dirga refleks melempar kaus kaki bau yang tergeletak di lantai, tepat ke wajah Agatha. Seketika gadis itu terdiam seraya menganga atas apa yang telah Dirga lakukan.

"Bukannya dikasih minum, malah dikasih kaus kaki basi." Sebuah gerutuan yang mampu Agatha dengar, dan hal itu membuatnya berjalan ke arah dapur sembari memaki-maki cowok itu di dalam hati.

"Nih! Minuman spesial untuk tamu agung saya!"

***

Saling pandang satu sama lain, bergantian menginjak kaki sang lawan hingga membuat fokus seorang gadis yang baru saja menenggak minumannya teralihkan.

"Kamu aja yang ajak bicara."

"Loh, kok, jadi aku? Aku baru pulang kerja malah disuruh jamu tamu."

Arini berdecak di tempat duduknya sembari memberi isyarat pada Reyma untuk menyantap beberapa makanan yang telah ia hidangkan. Tak terlalu banyak, namun dapat membuat Reyma mengangguk sebagai jawaban akan mengulurkan tangannya jika suara dari ambang pintu tak mengacaukan aksinya.

"Ngapain di rumah gue?" Pertanyaan yang patut ditanyakan, karena baik Arini maupun Amar juga sempat dibuat bingung dengan kehadiran gadis itu.

"Main. Nggak boleh?"

"Enggak, gue capek." Melenggang tanpa menunggu respon selanjutnya dari Reyma. Dirga seakan muak dengan hari-harinya yang mendadak penuh drama sejak pertemuannya dengan Agatha.

Ia pikir, Reyma tak akan memprioritaskan dirinya sebagai sosok lelaki yang harus dikagumi serta memiliki harapan untuk menjadi kekasihnya. Setelah menyetujui tawaran dari Agatha, rupanya gadis itu masih tidak gentar dari posisi awal yang selalu berada di barisan depan para siswi yang berusaha memikat hati Dirga.

Selain ingin melihat kekalahan Reyma dari sudut pandang Agatha, Dirga pun juga ingin gadis itu menjauh darinya setelah mendengar berita yang telah menyebar di Trijaya.

"Gue nggak yakin sih, kalau lo beneran pacaran sama Agatha."

"..."

"Lo pikir ketika Agatha cium lo di tengah lapangan waktu itu karena di landasi kata cinta? Enggak, Ga. Dia cuma jadiin lo bahan taruhan biar bisa dapat mobil dari gue!"

Udah tahu!

Ingin berteriak demikian, namun Dirga sangat malas menanggapi Reyma yang saat ini justru mengikuti langkahnya menuju lantai dua. Berbalik badan sembari memasang raut kesal, cowok itu menggeram, mengepalkan kedua tangannya sembari berusaha meredam amarahnya pada si gadis tak tahu malu.

"Bisa keluar rumah gue sekarang nggak? Gue butuh istirahat."

Masih dalam tahapan pertama, sabar dan mencoba tak memasang tampang penuh emosi.

Reyma menolak. "Nggak. Gue nggak akan pergi sebelum dapat jawaban dari lo."

"Jawaban untuk apa?"

"Untuk kejelasan hubungan lo sama Agatha!"

"Bukannya semua udah jelas, Reyma? Gue sama Agatha resmi pacaran!"

Menurut orang awam, ini terkesan lebay. Namun Reyma sendiri baru merasakan jika ulu hatinya terasa nyeri selepas pernyataan tersebut keluar dari mulut Dirga. Ingin tak percaya, tapi semua pertanyaan dalam benaknya telah terjawab dari mulut cowok itu.

"Ga, kalau lo butuh sebuah eksistensi, bukan kaya gini caranya. Dengan memberikan pernyataan bahwa lo pacaran dengan Agatha, justru bakal bikin hidup lo tambah rumit. Semua cewek yang mulanya kagum sama lo, akan perlahan menjauh."

Dirga melipat kedua tangannya di depan dada. Alisnya terangkat sebelah sebelum berujar, "semua cewek? Lo doang kali."

***



Seriously, Tha? [TERBIT]✅Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu