40. berbeda

113 15 1
                                    

Sebelum membaca, alangkah baiknya memencet tombol vote terlebih dahulu.

Sebuah mobil yang dikendarai oleh Galang tengah melintas dijalan raya yang ramai dengan kecepatan dibawah rata-rata. Didalam kendaraan roda empat itu terdapat Samudra juga beserta dengan Satria dan Alaskar.

Beberapa jam yang lalu Samudra baru saja selesai mengikuti terapi yang sempat tertunda beberapa bulan ini. Dan keberadaan ketiga sahabatnya itu bukanlah karena permintaannya, melainkan karena kekeras kepalaan mereka yang ingin ikut menemani.

Tepat dikursi belakang, terlihat Samudra tampak termenung dengan pandangannya yang menatap ke luar jendela. Sejak ia selesai menjalani terapinya, laki-laki itu tidak berbicara sepatah katapun, dan disaat Satria yang bertepatan berada disamping Samudra mengajak berbicara, hasilnya adalah kebisuan laki-laki itu.

Diperkirakan mereka akan sampai sekitar satu jam lagi. Seiring perjalanan, mata Samudra mulai memberat dan hingga pada akhirnya terpejam dengan sempurna. Akan tetapi laki-laki itu tidak tertidur.

"Tadi pagi Bella nanyain lo," ucap Satria namun terlihat Samudra tidak menunjukkan reaksi apapun.

"Gua bilang kalau lo ada urusan mendadak di Bandung," ucap Satria lagi, "gua gak bisa bilang yang lebih jelasnya karna permintaan lo." lanjutnya.

Benar, Samudra memang menyuruh mereka untuk merahasiakannya saat ini. Yang mengetahui keadaannya hanyalah orang terdekatnya kecuali Bella. 

"Lo jangan terlalu lama sembunyikan keadaan lo dari Bella," Alaskar berujar, "kalau dia benar-benar sayang, dia bakalan terima lo apapun keadaannya." lanjutnya.

"Gua masih bingung, Sam. Se-tertutup itu kehidupan lo?" tanya Satria seraya menolehkan kepalanya ke samping, manatap sang lawan bicara.

"Gua tau lo nggak tidur sekarang."

Akan tetapi Samudra masih saja tidak menunjukkan pergerakan apapun dan itu membuat Satria merasa kesal. Untuk sekarang tidak ada gunanya membicarakan ini. Hingga pada akhirnya mereka memilih untuk mengakhiri pembicaraan itu serta mencari kesibukan masing-masing.

Tanpa terasa perjalanan mereka pun hampir berakhir, jarak kediaman Samudra tinggal satu kilometer lagi. Disaat itu pula Samudra mulai membuka matanya dan melihat area jalan yang mereka lalui tidak asing baginya. Tangannya terangkat memijit pelan belakang lehernya yang terasa pegal saat ini.

"Gua kira lo tadi mati." ujar Satria asal seraya memasukkan bungkus cemilannya yang sudah habis ke dalam plastik.

Samudra hanya menoleh ke arah Satria dengan sekilas. Ia sama sekali tidak mempermasalahkan ucapan sahabatnya itu.

Hingga pada akhirnya tibalah mereka dikediaman Samudra. Mobil itu masuk ke dalam disaat seorang Satpam membukakan pintu gerbang.

"Kita gak bisa mampir, Sam. Lo gunain waktu ini untuk istirahat yang cukup," ucap Galang.

Samudra menganggukkan kepalanya, "thanks." ucapnya.

Lalu laki-laki itupun membuka pintu mobil itu lalu keluar dari sana. Disaat kendaraan roda empat itu hendak pergi, terlihat ketiga sahabatnya itu memberikan salam untuknya. Hingga secara perlahan akhirnya kesepian mulai melingkupinya.

Samudra masih berdiri disana dengan pandangannya yang lurus ke depan. Kemudian kepalanya sedikit menunduk dengan tangannya yang terlihat mengambil sebuah ponsel dari sana.

Kakinya mulai melangkah, bukan menuju pintu masuk, melainkan menuju garasi. Seraya mengeluarkan mobilnya dari sana, layar ponselnya tadi sudah menempel ditelinganya. Beberapa saat kemudian Samudra sudah berada didalam mobil yang sudah menyala.

Samuella's UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang