13. masa lalu [flashback]

262 23 0
                                    

Sebelum baca, alangkah baiknya untuk memencet tombol vote terlebih dahulu.

|Happy Reading|

Malam ini seorang pemuda tampak sedang mabuk disebuah Bar dengan jaket kebanggaan Nevarez yang melekat ditubuhnya. Penampilannya sangat berantakan, mulai dari rambut yang tampak acak-acakan. Berulang kali ia meneguk minuman keras, berulang kali pula ia kena amuk oleh teman-temannya yang berada disampingnya itu. Ia sama sekali tidak memperdulikan amukan, tatapan tajam, dan pukulan temannya untuknya. Intinya saat ini ia ingin meluapkan semua yang ia rasa, ia ingin meluapkan semuanya melalui meminum minuman keras.

Siang tadi, tepatnya pukul satu siang. Seorang wanita paruh baya dengan tubuhnya yang dipenuhi selang pernapasan tampak terbaring lemah. Detak jantungnya yang perlahan melemah membuat Dokter yang berada disana panik dan mencoba segala cara untuk menyelamatkan pasiennya itu.

Diluar ruangan itu ada seorang pemuda tampak begitu khawatir dan hancur. Berulang kali ia menumbuk dinding rumah sakit itu hendak meluapkan semua yang ia rasa, akan tetapi rasanya tidak cukup. Terasa sesuatu mencengkeram tubuhnya, dadanya terasa sesak melihat Mamanya yang sedang berusaha untuk bertahan hidup. Disampingnya ada seorang pria paruh baya yang khawatir melihat keadaan anaknya yang begitu hancur. Ia sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh anaknya itu, melihat Istrinya yang sedang bertarung melawan hidup dan mati membuatnya begitu sangat terpukul. Akan tetapi, ia tidak ingin lemah didepan sang Anak, ia ingin menjadi sosok penghibur sejati untuk Putranya itu.

Pria paruh baya itu berjalan mendekati anaknya yang tampak meneteskan air mata. Ia turut sedih melihat itu semua, rasanya sangat menyakitkan untuknya. Pria itu langsung memeluk tubuh sang Anak dengan begitu hangat, tangannya terangkat mengelus punggung yang berada dipelukannya itu dengan sangat lembut. Melalui pelukan itu, sang Ayah berharap rasa sedih yang dirasakan oleh Anaknya itu dapat tersalurkan padanya. Biarkan dirinya saja yang merasakan kesedihan ini.

Tangis pilu pemuda itu mengisi lorong rumah sakit.. Ia menangisi apa yang terjadi saat ini. Mengapa ia yang tak siap harus merasakan hal ini dengan begitu cepat. Kehilangan orang tuanya yang tidak pernah terbayang olehnya kini datang menghampirinya. Ia membutuhkan sosok orang tua, ia tidak rela jika salah satunya direnggut darinya.

Orang yang dikenal kuat, orang yang dikenal periang nyatanya tidak selalu tertawa. Disaat ia merasakan kehilangan, sosok itulah akan menjadi yang paling menyedihkan dari semuanya. Ia akan menangis dan menangis. Tawa dan senyuman yang selalu terbit dibibirnya akan hilang dalam seketika. Rasa menyalahkan diri sendiri akan timbul didalam hatinya, ia akan merutuki dirinya sendiri dengan apa yang telah terjadi. Rasa sedihnya akan menghantuinya setiap saat hingga membuatnya tak mampu lagi tersenyum hingga menjadi sosok penyendiri-lah akhir dari semuanya.

"Papa mohon, jangan seperti ini," ucap pria paruh baya itu dengan begitu lirih. Ia sungguh tidak kuat mendengar tangisan Anaknya yang begitu hancur seperti saat ini. Jika mendengar tangisan itu membuatnya juga ikut ingin menangis. Akan tetapi pria paruh baya itu berusaha untuk menahannya, ia tidak ingin melihat Anaknya itu bertambah sedih jika melihatnya juga menangis.

"Aku mau ikut Mama," ucap Pemuda itu disela tangisannya. Menjadi sosok lemah adalah hal yang ia benci, akan tetapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa ia tidak sedih. Itu menjadi sebuah kebohongan besar jika terjadi.

Mendengar ucapan sendu dari sang Anak membuat Pria paruh baya itu terkejut. Ia semakin mengeratkan pelukannya itu seperti sosok yang takut jika barang kesayangannya diambil oleh seseorang. Isi kepalanya terasa kosong saat ini. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih.

Samuella's UniverseWhere stories live. Discover now