🐣Popok🐣

37.6K 3.7K 375
                                    

Cit... cit... cit

Enghhh...

Suara lenguhan seseorang yang merasa terganggu dengan sinar mentari yang hangat serta suara burung mencicit. Tanda bahwa seseorang tersebut sedikit terganggu dengan suara tersebut.

Seseorang tersebut mengeliat, berbalik badan lalu menutup wajahnya dengan selimut tebal. Bahkan surai coklat terangnya saja tidak sama sekali terlihat. Selimut tebal itu semakin ia rapatkan pada tubuh mungilnya yang memang tidak kuat akan udara dingin.

Pintu terbuka tidak membuat kepompong jadi jadian itu bergerak barang sedikitpun, bahkan sekarang malah semakin bulat saja.

Si pembuka hanya bisa tersenyum tipis, ia harus segera membangunkan si bungsu. Sebab ia akan pergi ke kantor, ada banyak tumpukan dokumen yang ada di sana yang menunggunya. begitu pula dengan dua putranya yang lain yang akan berangkat ke negara berbeda untuk menemui kolega.

"Baby"

"Panda hey"

"Boy"

Pria matang yang masih sangat tampan serta menggoda, yang memiliki buntut tiga itu menghela nafas. Sungguh membangunkan sang putra harus memiliki kekuatan dan kesabaran yang sangat extra.

"Sayang... Daddy sudah menyiapkan coklat kesukaanmu di bawah... apa kamu tidak mau?"bisik Daddy di telinga sang anak

"Enghhhh"suara lenguhan itu keluar bersaman kepompong jadi jadian itu bergerak

"Baby hey"gemas Daddy menggoyangkan kepompong itu karena si empu tidak kunjung bangun

Tidak lama wajah menggemaskan baru bangun tidur menyembul dari balik selimut. Daddy hanya melongo, bagaimana cara sang putra tidur tadi malam.

"Daddy"gumam sang putra menatap Daddynya dengan mata yang masih menyipit.

"Nak??... bagaimana bisa kepalamu ada di sana?"ucap Daddy bingung

Bukan tanpa alasan, yang ia kira kepala tadi. Yang ia bisiki mengenai coklat tadi nyatanya bukanlah kepala, melainkan kaki. Pantas saja sang anak tidak akan bangun, bukan telinga yang ia bisiki dan ajak bicara. Melainkan kaki, untuk kaki milik sang anak tidak bau.

"Ya tidurlah Daddy"ucap sang anak gemas

"Ayo bangun"ucap Daddy mendekati lalu duduk tepat di samping kepala sang anak

"Gak bisa Daddy"ucap Andra polos

"Why??"ucap Daddy menaikkan sebelah alisnya

"Pokoknya gak bisa Daddy"ucap Andra menaikkan alisnya juga, niatnya ingin mengikuti sang Daddy. Namun malah dua duanya yang terangkan, membuat Daddy sedikit terkekeh.

"Pokoknya gue harus berguru ama mbah dukun Felix tua bau tanah deh!... supaya bisa naikin alis satu"Batin Andra

Iyalah batin, masa bilang langsung. Bukannya di ajarin Andra pasti 100% di gorong sama Daddy Felix. Daddy mencium pipi, hidung, mata, dahi, puncak kepala hingga bibir dengan gemas. Tanpa ia ketahui sang putra baru saja membatin ia tua serta bau tanah.

"Ayo bangun baby"ucap Daddy

"Ndak bisa Daddy"ucap Andra ngotot

"Kenapa?"tanya Daddy bingung

"Emmmm"

"....."Daddy menatap bayi panda datar

"Itu"

"....."

"Selimut Andra gak bisa di buka dari badan Andra Daddy"ucap Andra polos dengan wajah yang merona malu

Ke sekian kalinya Daddy melongo menatap sang anak pagi ini, tingkahnya sungguh ajaib. Tanpa bekicot lagi Daddy membuka dan melepaskan selimut tebal itu dari sang anak.

"Wah BEBAS"pekik Andra merentangkan tangannya

"Ayo mandi"ucap Daddy menggendong sang anak ala koala ke arah kamar mandi

Memang hanya dia, serta kedua anaknya saja yang boleh memandikan si kecil. Sebab hanya mereka bertiga lah yang boleh melihat aurora sang bayi panda. Posesif sekali bukan.

Tidak perduli setelan kantornya yang basah karena memandikan si bungsu, sebab bayi panda yang suka main air jadi untuk berhenti akan melalui acara perang.

Bayi panda yang menyipratkan air pada Daddy, mendorong Daddy, memukul Daddy, hingga menjambak rambut pria itu. Tidak hanya itu, pernah sekali Andra dengan sengaja mengencingi Arsen agar ia di lepaskan.

Setelah si kecil sudah di jinakkan, Daddy kembali bertengkar.

"Jangan Daddy... Andra marah ya"ucap Andra sengit di sudut ruangan sebelah sana, sedangkan Daddy ada di ujung yang lainnya

Dalam keadaan naked bayi panda berlari kembali saat Daddy mendekatinya, bukannya apa yang ia benci di tangan Daddy. Benda putih, yang sangat ia hindari sedari ia sudah bisa berlari dulu.

"DADDYYYYYYYY HUAAAAAAAAA"teriak Andra menggelegar, bayi panda berlari keliling kamar.

Langkah kecilnya tentu kalah dengan langkah lebar Daddy, tentu dengan sekejab bayi panda nakal penuh lemak itu tertangkap.

"Daddy... jangan Daddy huaaaaaa hiks hiks"tangis Andra pecah saat Daddy menggendong dirinya lalu merebahkan di ranjang miliknya.

"Syutttt... ini demi kenyamananmu Baby"ucap Daddy mencoba membujuk si bungsu

"Ini gak Adillllllll"ucap Andra saat Daddy memasangkan popok untuk bayi panda

"Ayolah... kamu akan ikut Daddy ke kantor... kamu akan stay di pangkuan Daddy saat rapat 2 jam nanti"ucap Daddy membuat tangis si Baby panda berhenti

"Ikut ke kantor?"ucap Andra polos penuh binar

Jangan bertanya kenapa Andra tidak sekolah, sebab Daddy tidak memperbolehkannya sekolah. Walau nangis darah pun Daddy tetap meliburkannya 2 minggu. Syedihkan.

Daddy merasa bibirnya berdenyut hendak tertawa saat melihat hasil dandanannya saat ini pada sang putra. Bagaimana tidak menggemaskan, bayi panda itu menggunakan celana pendek abu abu. Dengan celana yang sedikit menggembung akibat popoknya, lalu wajah yang habis menangis bagai anak panda kehilangan induknya. Memelas dan itu menggemaskan.

Daddy ingin rasanya mengurung sang anak di dalam kamar seharian, memeluk sang bungsu bagai ular membelit pohon agar tidak jatuh.

Hyyyyy... Author balik lagi...

Jangan lupa vote n komen

Emmm Author ada janji sama teman teman semua untuk up hari ini. Kalau lulus terbaik author double up tapi kalau author rengking 2 author single... nah tapi masalahnya Author cuma di kasih tau lulus gaknya... tanpa nilai dan rengking... jadi janjinya author pending ya

AndraWhere stories live. Discover now