🐣Sekolah 2🐣

34K 3.8K 439
                                    

Daddy berjalan dengan langkah tegas nan dinginnya, koridor sepi bukan karena semua siswa masuk ke dalam kelas. Mereka masih duduk di sepanjang koridor, namun tidak membuat sekecilpun suara.

Rombongan yang berisi mungkin ratusan orang mengingat yang ada adalah para staf sekolah dan juga bodyguard yang banyak.

Bahkan beberapa siswa bersitatap dengan Daddy hanya menganggap biasa saja sang mafia itu. Masih dengan si baby panda yang diam di gendongannya Daddy dengan mulut yang tersumpal pacifier imut.

Entah mengapa Andra yang sejak tadi bersembunyi di leher sang Daddy merasa punggungnya panas, suasana sunyi membuat Andra yang notabenya adalah warga +62 penasaran. Kalau di indonesia tahulah bagaimana bar barnya para siswanya, baik itu ada guru maupun tidak ada guru. Lah ini suara cicak saja tidak ada apalagi suara bekicot sedang balapan.

Dengan ragu bayi buntal itu menatap sekitar dengan malu malu, hanya matanya yang mengintip kalau pipinya tidak ada. Sedetik Andra bersitatap dengan beberapa siswa yang duduk di sebuah kursi panjang, mata tajam dan dingin itu membuat nyali anak itu menciut pergi entah kemana.

Andra melepaskan pacifiernya secara sembunyi sembunyi, pacifier itu tidak jatuh karena ada sebuah tali yang melinggkar bagai kalung di leher sang bayi panda.

"Daddy"bisik sang bungsu membuat Daddy berdehem seakan bertanya

"Sekolah apa ini?"tanya bayi panda lagi, entah mengapa tubuhnya merinding sekarang

"Sekolah biasa"ucap Daddy menyeringai

Mata si bungsu menatap sang abang dan kakak yang berjalan tepat di belakang Daddy, ingat hanya matanya saja yang mengintip dari bahu sang Daddy.

Tangan mungil nan putih itu mengadah, seakan memanggil kedua titan itu untuk memegangnya dan memainkannya. Tangan itu terbuka dan tertutup lalu memainkan jas hitam Daddy.

"Abang"panggil Andra menatap polos Arsen yang sedari tadi berwajah datar bagai wajah suami yang tidak di beri jatah 5 tahun.

"Hmmm"dehem Arsen lembut namun tidak dengan wajahnya

"Enghhh Mau abang"ucap Andra merentangkan tangannya meminta di pindahkan pada sang abang

"Tidak"cegah Daddy posesif, tidakkah anaknya tahu bukan hanya para staf yang menatap penuh minat sang anak saat ini. Kalau staf mungkin karena sudah tahu rupa sang bungsu, namun para siswa juga sedang menatap dengan kilat penasaran.

Mungkin sang anak tidak hanya menarik dari segi rupa, namun juga aura ceria di tengah suramnya semua orang di sekolah ini.

"Enghhh... kenapa Daddy?"tanya Andra bingung

"Kita akan sampai"ucap Daddy saat melihat kelas yang sudah di setting sedemikian rupa olehnya sedari tadi malam.

Mata bayi panda mengedar ke sana kemari dengan semangat, ah sudah lama ia tidak sekolah.

Sebuah kelas yang sunyi membaut Andra mengerutkan dahinya bingung, beberapa menit yang lalu bell masuk berbunyi. Tubuh mungilnya Daddy turunkan tepat di depan kelas, seorang wanita yang berprofesi sebagai guru di sana maju.

Entah karena gugup atau apa, tangan mungil penuh lemak itu meraih tangan wanita itu. Tidak sadar dengan tatapan tajam Daddy yang sudah siap untuk mencincang tubuh wanita itu.

Dengan pelan keduanya masuk, membuat semua orang yang ada di dalam kelas itu berfokus ke depan.

"Good morning"sapa wanita itu sambil tersenyum, namun hanya tatapan datar yang ia dapat. Ia sudah biasa hal yang normal bila sekolah atau mengajar di sekolah ini, mungkin hal yang tidak wajar adalah seorang siswa yang ceria.

AndraWhere stories live. Discover now