Part 8a: Rumours

81.7K 5.7K 90
                                    

Alif mengerjapkan matanya, bibir Sakti masih menempel di bibirnya dan bibir itu masih memagut bibirnya lembut.

Oh, seperti ini rasanya ciuman?

Tangan Sakti semakin berani, jari-jari kokoh laki-laki itu sekarang memeluk erat pinggang Alif dan tangan yang satunya lagi merengkuh pipi Alif.

Alif kehilangan nafasnya karena ciuman Sakti dan gadis itu juga hampir kehilangan akal sehatnya tetapi karena Alif memang bukanlah gadis yang tergila-gila dengan Sakti, gadis itu dengan cepat menyadarkan dirinya sendiri dari pengaruh memabukkkan laki-laki itu. Ia menggigit bibir Sakti keras-keras.

"Aduh!" Sakti melepaskan bibir Alif, lalu ia mundur dan menatap Alif dengan mata berbinar-binar.

"Kamu tipe yang nggak sabaran ya?"

What the hell.. this man is crazy!

Alif mengatupkan bibirnya menatap Sakti, wajahnya merah menahan tangis. Laki-laki di depannya ini dengan sangat berani mencuri ciumannya dengan memaksa dirinya dan hal itu merupakan suatu pelecehan berat bagi Alif.

Kemudian Alif mendekati Sakti, tatapan matanya belum ia alihkan dari laki-laki itu, gadis itu mendekatkan wajahnya kembali pada wajah Sakti. Sakti tersenyum senang dan masih salah kaprah dengan reaksi Alif.

Tiba-tiba sebuah tamparan cukup keras bersarang di pipi Sakti, membuat telinga laki-laki itu berdenging. Sakti memegang pipinya, terperangah dengan apa yang didapatnya sekarang.

"Bapak berani-beraninya mencium saya.. Saya gadis baik-baik Pak dan belum ada yang melakukan hal serendah ini terhadap saya. Walaupun Bapak bilang kita berteman dan menyukai sesama jenis bukan berarti Bapak bebas melakukan apa saja.. walaupun mungkin tindakan Bapak tadi dikarenakan tersinggung karena saya ngatain Bapak gay.." Alif tersedak, gadis itu akhirnya menangis. Bulir-bulir air mata jatuh di pipinya yang polos tanpa make up dan membuat Sakti tertegun.

Astaga, aku melakukan sesuatu yang salah..

Sakti memejamkan matanya, mengutuki kebodohannya karena tidak dapat menahan dirinya untuk mencium gadis itu.

"Lif, maafkan saya." Sakti berkata pelan, merasa sangat bersalah. Kemudian laki-laki itu mendekati Alif.

"Kamu boleh menampar saya, atau memukul saya kalau kamu masih marah. Tapi maafkan saya."

Alif menoleh, ia melihat kesungguhan di wajah Sakti dan entah mengapa hal itu membuat kemarahannya reda.

"Kalau begitu saya boleh menampar Bapak lagi?"

Sakti mengangguk pasrah.

Alif mengangkat tangannya dan Sakti menahan nafasnya, bersiap menerima tamparan yang cukup pedas dari Alif. Laki-laki itu memejamkan matanya..

Tapi yang ia terima bukanlah tamparan keras yang bisa membuat kepalanya pusing, namun sebuah usapan lembut pada pipinya yang tadi terkena tamparan Alif.

"Maafkan saya juga Pak, saya terlalu keras sampai pipi Bapak merah seperti ini "

Sakti membuka matanya dan melihat senyum tulus gadis itu. Sungguh, Sakti makin mencintai Alif saat ini juga. Dan di detik ini ia ingin mengatakan kalau ia mencintai gadis itu.

"Lif..."

"Eh, kok pipi Pak Sakti panas banget?" Alif memotong ucapan Sakti, tangannya masih mengusap pipi laki-laki itu.

"Lif..."

"Lho, apa demam malam tadi kambuh lagi?" Alif heran, sekarang tangannya menyentuh kening Sakti. Laki-laki itu memutar matanya, sangat susah bicara secara serius dengan gadis kecil tomboy ini.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang