Part 6a: Good Girl

81.8K 6.3K 232
                                    

Yang benar saja, ngajak minum kopi di sini?

Sakti setengah memaksa Alif untuk menemaninya minum kopi, padahal perjanjian awalnya Sakti hanya ingin mengantar Alif hingga ke depan gang rumahnya. Tapi entah mengapa mobil yang dikemudikan Sang Direktur malah menuju ke sebuah mall kelas atas di bilangan Bundaran HI.

Alif menengadah melihat banner logo kopi yang berada di atas cafe itu. Segelas kopi yang membuat hubungan mereka menjadi dekat walau sampai sekarang Alif masih sangat malu kalau mengingat insiden konyol yang sepertinya akan menghantuinya hingga ia mati. Sementara Sakti telah mengantri di depan kasir untuk memesan dua gelas kopi.

"Yuk Lif.." Sakti menarik tangan Alif memasuki gerai kopi ternama di salah satu mall di bilangan Jakarta Selatan. Alif terdiam menatap tangannya yang digenggam oleh Sakti..

Eh?

"Kenapa? Masih mengingat kejadian waktu itu?" Sakti tergelak, kemudian menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Alif untuk duduk duluan, tangan kanannya masih menggenggam tangan Alif.

"Pak, lepasin tangannya dong.." Alif menggumam, ia kikuk setengah mati. Baru kali ini tangannya dipegang laki-laki lain selain Abahnya.

"Kenapa? Di luar kantor saya kan sudah bilang kalau hubungan kita bukan atasan dan staf lagi, kita berteman."

Sakti menunggu Alif duduk di kursi yang ia tarik, setelah gadis itu duduk, Sakti duduk dikursi di depannya. Kemudian laki-laki itu memajukan tubuhnya ke depan, berbisik pelan pada Alif dengan nada bersekongkol.

"Plus saya kan gay, Lif. Jadi nggak bakal nyetrum kok.." Sakti tersenyum menggoda Alif, sambil berbisik pelan laki-laki itu menatap Alif lekat-lekat.

Alif mengerjap setelah memandang mata Sakti, entah mengapa tiba-tiba ia merasa sangat haus. Alif langsung menyambar segelas kopi yang telah Sakti pesan yang terletak di atas meja mereka.

"Saktiiii... apa kabar?" seorang wanita yang berpakaian sangat terbuka memeluk dan mencium pipi Sakti tiba-tiba. Alif yang sedang asyik menyedot frozen mochachino, hanya mengangkat alis tinggi-tinggi pada Sakti karena kehadiran wanita itu.

Etdah, itu bibir kok udah mo nyelonong ke bibir pak Sakti. Itu mau nyosor pipi atau bibir Mpok?

Alif risih melihat penampilan wanita itu, heran kenapa ada orang yang bisa memakai pakaian seperti itu tanpa masuk angin.

"Ah, Miranda. Apa Kabar?" dengan sigap Sakti menyodorkan pipinya pada wanita itu, ia tahu kalau wanita ini sering mengambil kesempatan untuk menyentuh bibirnya walaupun di depan umum, Miranda tak akan pernah sungkan untuk menggodanya. Ia ingat ketika ia bercerai dengan Diedre, Miranda mendekatinya dan menawarkan sesuatu yang dipikir wanita itu akan segera ia tangkap, padahal Miranda adalah salah satu sahabat Diedre.

"Long time no see ya Sakti." Wanita itu mengerjapkan matanya, memberikan sinyal kembali, lalu melanjutkan obrolannya, " Jalan-jalan dengan siapa, keponakan?" Miranda melirik Alif yang masih asyik dengan es kopinya, lalu menilai gadis itu... untungnya saat itu Alif mengenakan pakaian yang diberikan Sakti Jumat kemarin

Sakti terkekeh, ia mempertimbangkan apakah ia harus jujur dengan sahabat mantan istrinya ataukah berbohong.

"Kenalkan Miranda, ini Alifia. Kekasih saya.." Sakti tersenyum dan merangkul Alif erat. Sementara Alif menyemburkan kopi yang ia minum, gadis itu sangat terkejut sekaligus gelagapan karena ucapan Sakti.

Mata Miranda membesar menatap Alif, membuat wanita itu semakin seram karena make-up tebalnya. Ia terkejut sekaligus bingung mengapa tipe perempuan Sakti berubah, baik dari segi usia ataupun penampilan. Dan juga wanita itu baru menyadari kalau penampilan Sakti pun berubah, seperti menyesuaikan dengan usia kekasihnya.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang