Part 21: Runaway

77.5K 6.2K 345
                                    

Sakti tidak berada di rumah selama hampir satu minggu karena perjalanan dinas ke Swedia. Selama tidak ada Sakti, Alif selalu pulang terlambat. Biasanya ia paling lambat pukul tujuh malam sudah berada di apartemen, tetapi selama enam hari Alif selalu pulang di atas pukul sepuluh malam. Hal itu jelas dikarenakan oleh kedekatannya dengan Satya, hari-hari Alif seusai kuliah dipenuhi dengan obrolan dan diskusi cerdas di antara mereka.

Sejujurnya Alif merasa tersanjung dengan perhatian yang diberikan Satya padanya. Seumur hidupnya Alif belum pernah diperhatikan oleh lawan jenisnya dengan wajar, berbeda kasus dengan rasa cinta Sakti yang ditunjukkan dengan tujuan untuk menikahinya. Tetapi Alif hanya merasa tersanjung, tidak lebih dari itu.

Alif sama sekali tidak menyadari apa yang ia lakukan sekarang akan membawa dirinya kepada masalah besar, sama seperti Alif tidak menyadari bahwa Satya sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa laki-laki itu menginginkan hubungan mereka lebih dari sebuah persahabatan.

***

Pagi itu Sakti pulang dari perjalanan dinasnya, karena masih terhitung dalam perjalanan dinas Sakti tidak harus ke kantor dan mempunyai waktu bebas untuk satu hari. Sakti menghubungi Wira, Supir sekaligus pengawal pribadi yang ia pekerjakan untuk menjaga Alif. Sakti meminta Wira untuk menjemputnya di bandara dan mengantarnya ke apartemen, lalu ia juga memerintahkan Wira untuk pulang lebih cepat karena dirinya sendiri yang akan menjemput Alif.

Memang sebelumnya Sakti ingin menjemput Alif karena ia ingin menggantikan waktunya yang hilang selama enam hari bersama istrinya, tetapi ada sesuatu yang membuat ia harus bertemu Alif secepatnya disamping rasa rindu yang menyiksanya, yaitu ketika selama perjalanan dari bandara ke apartemen.. Wira sang pengawal menceritakan Alif selalu pulang sedikit lebih larut dari biasanya dan istrinya terlihat begitu akrab dengan seorang laki-laki muda.

Sakti memprediksi laki-laki itu adalah dosen yang pernah diceritakan Alif dan rasa cemburu mulai membakar hatinya.

***

"Lif, kamu dekat banget dengan Pak Satya." satu kalimat dari Gita sedikit membuat Alif terkejut, karena ia menangkap nada tidak suka dari cara bicara sahabatnya. Alif yang sedang asyik browsing e-book, seketika mengangkat kepalanya dari layar netbooknya.

"Ah, masa? Aku cuma senang ngobrol sama Pak Satya, beliau enak sekali kalo diajak untuk diskusi." Alif tersenyum dan memberika pengertian pada Gita.

"Lif, aku sih nggak masalah, orang-orang pun juga nggak masalah melihat kalian berdua. Tapi, mereka kan nggak tahu statusmu, kalau mereka tahu.. pasti lain apa yang mereka katakan." Gita menatap Alif, ia berusaha mengingatkan sahabatnya.

"Terus, apa suamimu gak cemburu kalau kamu begitu dekat dengan laki-laki lain?"

Alif terdiam, ia tidak pernah memikirkan hal ini sama sekali karena memang selama ia dekat dengan Satya, laki-laki itu tidak pernah menunjukkan gelagat yang aneh.

Alif kembali tersenyum, menganggap apa yang dikatakan Gita hanyalah sebuah niat baik temannya dan ia masih berpikir kalaulah memang hubungannya dengan Satya tidak akan mengarah ke sesuatu yang biasanya terjadi antara dua lawan jenis.

"Tidak.. Mas Sakti gak akan cemburu Git.. lagipula Pak Satya itu sopan kok, tingkahnya pun biasa saja selama ini." Alif mengibaskan tangannya dan tertawa.

Gita hanya menghela nafasnya dan berpikir betapa naifnya sahabatnya ini. Tak berapa lama orang yang mereka bicarakan menghampiri mereka. Walau Gita tidak terlalu cerdas apabila dibandingkan dengan Alif, Gita bisa melihat perubahan wajah Satya ketika ia berbicara dengan Alif.

"Git, aku mau diskusi lagi sama Pak Satya di perpustakaan.. mau ikutan gak?" Alif menawarkan Gita untuk bergabung dengannya.

Gita menggeleng, meringis dan mengucapkan terima kasih. Ia tidak ingin ikut-ikutan membahas sesuatu yang membuatnya pusing, lebih baik ia hang-out bersama Revan di kantin.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang