Part 22: Broken

82.3K 5.8K 484
                                    

"Selamat siang.." seorang wanita yang sangat elegan penampilannya berdiri di depan Iwan, tersenyum menyapa pemuda itu.

"Selamat siang. Ada perlu apa Bu?" Iwan terpesona dengan kecantikan sang wanita, tapi mengapa wajah wanita ini begitu familiar dalam ingatannya.

"Saya ingin bertemu dengan Pak Sakti, bisa?"

"Sudah membuat janji bertemu?" Iwan segera membuka buku agenda meeting Sakti, sebenarnya atasannya ada di dalam ruang kerjanya tapi sesuai dengan prosedur yang sudah membuat janji bertemu yang harus diutamakan.

"Hmm, belum. Saya pemilik perusahaan yang akan merenovasi interior ruangan kantor ini, tapi saya juga teman Bapak. Tolong bilang pada beliau nama saya Deidre."

Iwan ingat, wanita ini adalah mantan istri Pak Sakti, ia pernah bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu walau hanya sebentar, oleh karena itu wajahnya tidak asing dalam ingatannya. Wajah wanita ini juga menghiasi pigura foto di atas meja kerja Sakti selama beberapa tahun awal perceraian mereka, ketika pertama kali ia bekerja sebagai Sekretaris Direktur.

Iwan mengangguk, lalu ia masuk ke dalam ruangan Sakti untuk memberitahukan kedatangan Deidre. Deidre tersenyum, bertaruh di dalam hati apakah Sakti akan menerima kehadirannya disini selama renovasi ruangan yang akan dilakukan mulai besok.

***

Sakti mengerutkan keningnya, ia bingung apakah ia akan menerima kunjungan Deidre, ia tahu bahwa pekerjaan renovasi akan dimulai besok. Kalau ia menolak kedatangan wanita itu apakah ia terlihat sangat tidak profesional karena ia tahu kedatangannya menyangkut urusan pekerjaan, walau mungkin memang ada niat lain dibalik itu.

Sakti menghela nafasnya, Iwan masih berdiri menunggu instruksinya.

"Suruh dia masuk Wan.. tapi tolong pintu ruangan kerja saya tetap dibuka selama ia ada di ruangan ini."

***

Iwan mempersilahkan Deidre masuk ke ruangan kerja Sakti. Pemuda itu memikirkan apa ia perlu memberitahu Alif tentang kunjungan mantan istri atasannya. Iwan mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik pesan singkat.

Setelah menimbang-nimbang beberapa saat, Iwan menghapus pesan itu. Tidak bijak baginya memberitahu Alif dengan dasar kecurigaan pribadi. Ia mencoba berpikir positif bahwa kedatangan Deidre karena hanya urusan pekerjaan belaka, tidak lebih dari itu.

***

"Lif, kamu nggak apa-apa? Mukamu pucat banget." Gita menyadari Alif hari ini terlihat sangat tidak sehat. Selama mengikuti kuliah tadi, Alif berkeringat dingin. Ia berjalan di samping Alif, keluar ruangan ketika dosen mereka selesai mengajar.

"Nggak apa-apa kok Git.." Alif tersenyum tapi seketika ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya, kemudian Alif berlari ke arah toilet dan diikuti Gita.

Sesampainya di wastafel, Alif mengeluarkan semua isi perutnya, sementara Gita menepuk-nepuk pelan punggung Alif walau sedikit mengernyit.

Setelah muntah, Alif bersandar di dinding toilet. Nafasnya itu masih terputus-putus dan ia masih merasa mual. Dengan cekatan Gita memberikan sebotol minyak angin aroma therapy pada Alif yang segera disambar olehnya. Alif membuka tutup botol, lalu mendekatkan botol itu ke hidungnya.

"Cuma masuk angin kayaknya Git.." Alif tersenyum lemah pada Gita, penuh rasa terima kasih.

"Beneran masuk angin? Kamu lembur mulu sih sama suamimu si Mas Sakti yang sexy.." Gita meledek Alif, dan ledekan Gita langsung dibalas Alif dengan cubitan kecil di pinggang gadis itu.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang