Part 7: Shocking Fact

74.7K 6.3K 231
                                    

"Pak Sakti!"

Alif dengan sigap menangkap tubuh laki-laki itu, walau sedikit membuatnya sedikit terhuyung menahan tubuhnya karena Sakti berbobot tujuhpuluh lima kilogram dengan tinggi 188 sentimeter yang bila dibandingkan hampir dua kali lipat berat tubuhnya yang hanya empatpuluh dua kilogram dan dengan tinggi 158 sentimeter.

Gadis itu menarik nafas lega karena apabila ia terlambat sedikit maka kepala atasannya itu dapat membentur lantai. Alif membaringkan tubuh Sakti dengan hati-hati ke lantai berkarpet lembut. Ia melihat kelopak mata laki-laki itu sedikit bergerak tetapi sesaat kemudian kembali terpejam. Bulir-bulir keringat dingin semakin deras mengalir dari kepala dan pelipis Sakti. Alif memegang kening laki-laki itu, begitu dingin... Gadis itu mulai merasa cemas.

Tetapi tiba-tiba penerangan dan AC central di ruangan itu mati serta pintu-pintu otomatis yang dikunci secara elektrik berbunyi serentak.

Oh, shit...

Alif lupa kalau setiap pukul enam sore semua AC dan pintu elektrik tidak berfungsi lagi karena jam bekerja dianggap telah selesai, beberapa pengecualian untuk tetap menyalakan semuanya apabila ia memberi tahu kepada pihak Biro Umum di lantai bawah untuk meminta semua tetap dinyalakan dengan dispensasi lembur.

Alif berkacak pinggang, menatap sekeliling ruangan dengan panik. Lalu ia mengeluarkan ponselnya dan mengumpat, ponselnya pun dalam keadaan mati karena kehabisan daya. Ia menatap tubuh Sakti yang masih terbaring, lalu gadis itu meraba saku kemeja dan celana laki-laki itu... tidak ada ponsel di sana.

Pasti tertinggal di mobil pikir Alif kesal.

Gadis itu kemudian menuju telpon kantor yang terletak di dekat meja kerjanya, berharap benda itu dapat menyelamatkannya.Tetapi sayangnya, telepon juga tidak berfungsi karena semua fasilitas kantor memang tidak difungsikan apabila jam kerja berakhir karena gerakan penghematan.

Alif menatap langit-langit, ruangan semakin gelap... gadis itu menghembuskan nafasnya frustasi. Ia akan terkurung semalaman dengan Sakti yang sekarang tidak sadarkan diri.

***

Dengan susah payah Alif membopong tubuh Sakti menuju ruangan tidur kecil yang terletak di dalam ruang kerja Direktur. Nafas gadis itu terengah dan sialnya sekarang suhu tubuh Sakti terasa sepanas bara api ketika ia membopongnya. Kemudian Alif membaringkan tubuh Sakti di atas tempat tidur. Ruangan itu remang-remang, karena hanya mengandalkan penerangan dari luar jendela. Alif membuka jendela sedikit, agar ada pertukaran udara di ruangan tersebut.

Alif menyumpah panik, ia tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Ia tidak punya obat-obatan di dalam tasnya. Sedangkan kotak obat P3K ada di ruangan office boy, sedangkan mereka tidak bisa keluar dari ruang kerja Direktur sama sekali.

Tenang Alif... tenang. Coba ingat apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat..

Gadis itu mengingat-ingat semua informasi yang dibacanya tentang pertolongan pertama pada keadaan demam tinggi.

Selimut!

Alif dengan sigap menarik sprei linen yang berada di bawah tubuh Sakti, kemudian menyelimuti laki-laki itu bagaikan kepompong yang terbungkus.

Selama satu jam Alif mengamati perkembangan suhu tubuh Sakti, tapi sayangnya keadaan tidak berubah lebih baik. Tubuh laki-laki itu semakin panas, dan ia mulai mengigau.

"Deidre..Deidre.." Sakti menggumam lemah, Alif menggelengkan kepala miris, laki-laki ini menyebutkan nama mantan istrinya.

"Alif.."

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang