Bagian 8b: Rumours

76.6K 5.9K 144
                                    

Alif mencetak beberapa bahan yang akan dianalisa olehnya, tadi Sakti memberikan tugas itu melalui pesan singkat. Pagi itu ruangan sekretaris direktur masih sepi karena Sakti belum masuk kerja sehingga kesempatan itu dimanfaatkan oleh para stafnya untuk sedikit berlama-lama sarapan pagi.

"Eh Lif, sudah datang." Iwan meletakkan tas ranselnya di bawah kursi kerja, kemudian laki-laki itu mendekati Alif.

"Pagi-pagi sudah rajin gini, padahal Bapak nggak ada. Wajar sih kalau kamu jadi kesayangan Bapak." Iwan berkomentar sedikit nyinyir, mengusik suasana hati Alif. Iwan cemburu ketika melihat adegan suap-suapan antara Sakti dan gadis yang ia sukai. Iwan mengerti ia tidak mungkin bersaing dengan pejabat eselon dua karena ia hanya seorang PNS yang baru saja diangkat.

"Mas Iwan, kok ngomongnya begitu.." Alif merapatkan bibirnya, gadis itu tersinggung dengan sindiran orang yang pertama yang ia anggap teman di kantor ini.

Iwan melihat kekecewaan Alif padanya dan laki-laki itu mengacak rambut gadis itu.

"Iya, maaf-maaf.." Iwan tertawa dan meminta maaf pada Alif. Alif hanya cemberut dan tidak megacuhkan pemuda itu.

"Duh, nggak ada rotan akarpun jadi..nggak ada Pak Sakti, Mas Iwan pun jadi.." tiba-tiba Dian memasuki ruangan dan berseloroh mengejek Alif.

Iwan menoleh dan menatap Dian sengit. Gadis menor ini benar-benar tidak bisa mengontrol ucapannya. Iwan tahu persis kalau Dian mencoba menarik perhatian Sakti dari awal gadis itu bekerja, tapi sayangnya Sakti tidak pernah melirik sedikitpun padanya.

Sementara Alif hanya diam tidak menanggapi, ia menyalakan PC miliknya. Ia kenyang diperlakukan semena-mena oleh Dian beberapa hari terakhir ini.

Dian mendekati Alif dan kembali mengkonfrontir gadis polos itu.

"Gimana Lif rasanya suap-suapan sama Pak Sakti?"

Mata Alif tak berkedip dari layar komputer, berusaha sabar dan mengabaikan Dian.

"Dian!" Iwan berkata keras pada asistennya, nadanya sedikit menghardik tapi tentu saja Dian tidak peduli.

"Rupanya kamu yang menjadi simpanan Pak Sakti selama ini ya?" Dian merasa semakin di atas awan karena Alif hanya diam saja, Dian mengira gadis itu takut padanya karena ada Iwan di ruangan ini.

Kesabaran Alif habis sudah, gadis itu berdiri dari kursi kerjanya dan berbicara tegas pada Dian.

"Mbak, saya bingung lho. Saya digosipkan menjadi simpanan pejabat, bukannya saya tidak mendengar gosip itu. Kemudian Mbak Dian mengambil kesimpulan karena kejadian kemarin kalau Pak Sakti yang dimaksud sebagai pejabat itu. Tapi apa Mbak lupa kalau Mbak Dian yang bilang kalau Pak Sakti itu gay?"

Dian terkejut, ia tidak menyangka Alif bisa bicara seperti itu padanya, ia mengira dengan kehadiran Iwan gadis itu tidak berani bicara karena malu.

Mata Iwan membesar, sekarang ia paham apa yang terjadi. Dian yang menyebarkan gosip negatif tentang Alif karena ia cemburu dengan kedekatan Sakti dan gadis itu. Tetapi mengenai Pak Sakti gay? Iwan bingung, baru kali ini ia mendengar gosip itu.

"Lif, kamu memang kampungan dan bodoh, gampang banget dibohongi." Dian tertawa jahat, menutupi rasa gugupnya karena ketahuan sebagai penyebar gosip di depan Iwan.

"Dian cukup.." Iwan mulai kehilangan kesabaran, ia mulai muak melihat gadis menor itu bicara dengan nada melecehkan.

"Kamu juga sama seperti Bapakmu Lif.. penjilat. Rela berbuat apa saja demi menyenangkan atasan." Dian melanjutkan tuduhan kejinya pada Alif.

My Young BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang