Part 23: Trapped

91.2K 6.1K 389
                                    

Sakti mencoba membuka kelopak matanya yang terasa berat, kepalanya juga masih terasa berputar. Sakti memandang sekelilingnya, menyadari ia masih duduk di kursi kerjanya dan melihat arlojinya menunjukkan pukul satu dini hari. Sakti tersentak, ia ingin segera bangun tapi ia kembali terjatuh karena pusing.

Sakti memejamkan matanya kembali, mengucapkan istighfar. Ia mengingat sebenarnya apa yang terjadi sebelum ia jatuh tertidur.

Kopi dan Deidre?

Sakti segera memeriksa tubuhnya, ia masih berpakaian lengkap. Laki-laki itu bernafas lega.

Sakti tertawa miris, karena tahu apa yang terjadi dengannya malam ini.. Pasti ada sesuatu yang dilakukan oleh wanita itu terhadapnya ketika ia tertidur. Ia juga mengutuk kebodohannya yang begitu percaya dengan Deidre. Sakti mengira wanita itu sudah berubah tapi ia salah besar .

***

Pukul dua pagi Alif mendengar pintu depan terbuka. Alif segera menarik selimutnya hingga ke kepala dan pura-pura tidur. Suara pintu kamar terdengar dan langkah kaki menuju tempat tidur semakin dekat..

"Alif?" Sakti berbisik di dekat telinga Alif, kemudian laki-laki itu menciumnya dari balik selimut, membuat tubuh Alif bergidik karena mengingat foto-foto Sakti dan Deidre.

"Maafkan aku.." Sakti kembali berbisik lirih mengira Alif tertidur dan tidak mendengar apa yang ia katakan, sementara Alif menahan semua emosinya. Rasanya ia ingin menjerit, menampar bahkan memukul Sakti, tapi akal sehatnya masih melindunginya untuk melakukan semuanya.

Terdengar langkah kaki Sakti yang kembali menjauhi tempat tidur, Alif terisak. Ia merindukan kembali masa-masa ia hidup bahagia berdua dengan Ayahnya, di mana semua keluh kesahnya bisa ia ceritakan pada beliau. Tapi di saat ini, Alif sama sekali tidak mempunyai tempat untuk bercerita atau bahu untuk dirinya bersandar sejenak.. walau tadi setelah melihat foto-foto itu ia segera sholat, menempelkan keningnya di lantai untuk bersujud dan meminta semua petunjuk dari Yang Maha Esa, tetapi tetap saja sebagai makhluk sosial ia butuh kehadiran orang lain untuk mendengarkan semua curahan hatinya.

Isakan Alif semakin lirih, ia menggigit bantal agar suaranya tidak terdengar oleh Sakti yang berada di luar kamar. Alif akhirnya tertidur setelah lelah menangis.

***

Tak lama setelah Sakti pulang, Alif bangun karena azan subuh berkumandang dari ponselnya. Ia melihat tempat tidur bagian Sakti masih rapi, pertanda laki-laki itu sama sekali tidak berbaring di sampingnya sedikitpun, hal itu membuat hati Alif semakin pedih.

Ia mandi dan mengambil wudhu, ketika Alif membasuh wajahnya di wastafel, ia bisa melihat betapa kusut wajahnya. Mata yang merah, kantong mata yang jelas terlihat, serta wajah yang pucat karena ia selalu muntah setelah melihat foto itu.

Alif tersenyum kecut menatap wajahnya sendiri di cermin. Ia menegaskan ia tidak boleh terlihat lusuh di depan Sakti. Ia akan menghadapi semuanya dan berjanji ia tidak akan kalah semudah itu, walau sejujurnya dirinya telah hancur dan menyadari walau ia terluka, ia masih mencintai Sakti.

Setelah menunaikan sholat subuh, Alif segera merias wajahnya dengan make up tipis yang menutupi wajah kuyunya. Lalu ia keluar dari kamar dan menemukan Sakti yang terlihat melamun di balkon, tatapan suaminya terlihat sangat jauh.

"Mas, udah subuh?"

Sakti menoleh dan melihat Alif, laki-laki itu tersenyum.. tetapi dengan senyum yang tidak seperti biasanya, ada yang disembunyikan dari balik senyum itu.

"Sudah , Lif."

Lalu Sakti berjalan mendekati Alif dan memeluk istrinya. Alif hanya diam, sedikitpun tidak bereaksi dengan rengkuhan Sakti yang biasanya menenangkannya. Sakti mengerutkan keningnya, mengapa Alif begitu dingin?

My Young BrideWhere stories live. Discover now