Chapter | 12⚜️

33 5 0
                                    

Tepat pada sasaran.

Panah milik Raga sudah tertancap dengan sempurna di target. Berbeda dengan Samudra dan Daksa yang masih belum juga panah milik mereka berdua tertancap dengan sempurna di target.

Samudra yang tidak terima, langsung saja ia tersenyum sinis ke arah Raga yang sedang siap-siap untuk meluncurkan panahnya lagi ke target.

"Kau sedang beruntung saja Raga, jangan merasa sombong dulu," ucap Samudra yang membuat Raga mengernyitkan dahinya dan mengurungkan niatnya untuk meluncurkan panah kembali.

"Maksudnya?" tanya Raga dengan wajah datarnya.

"Maksudnya dia iri denganmu Raga, jangan terpancing dengan mulutnya, nanti dia akan senang," celetuk Daksa tiba-tiba yang membuat Samudra menatapnya dengan tajam.

"Iri? Tidak mungkin," sinis Samudra.

Daksa tersenyum remeh ke arah Samudra. Ia tahu betul kalau saat ini Samudra sedang iri dengan Raga, tetapi Samudra bersikap seolah-olah ia biasa saja. Dasar bermuka dua!

"Kau ingin bertaruh denganku?" tawar Raga yang bersiap-siap untuk meluncurkan kembali panahnya yang tadi sempat terurung.

Samudra menaikkan sebelah alisnya kepada Raga. Ia merasa saat ini sedang di remehkan oleh Raga. Ini tidak boleh dibiarkan!

"Ya. Aku sangat ingin bertaruh denganmu! Jangan bersikap sombong dulu Raga, kau tidak ada apa-apanya!" remeh Samudra kepada Raga.

"Baiklah-baiklah lebih baik hentikan perdebatan kalian. Aku akan menjadi wasit kalian, bersiap-siaplah dengan panah kalian," ucap Daksa dan langsung ke arah pinggir tempat latihan memanah. Ia sangat tidak sabar untuk melihat ini, karena ia yakin bahwa Samudra akan kalah.

Dirasa Raga dan Samudra sudah siap, Daksa pun langsung akan memberikan aba-aba untuk memulai pertaruhan ini. "BERSIAPLAH DALAM HITUNGAN 1...2...3—MULAI!" teriak Daksa dan saat itu juga Raga dan Samudra langsung meluncurkan panahnya ke arah target.

Daksa tertawa kencang saat panah mereka berdua tertancap di target. Benar saja dugaannya, Samudra kalah dan Ragalah pemenangnya.

Samudra yang melihat itu menatap tajam ke arah Daksa dan menatap sinis ke arah Raga. Setelah itu dengan kesal dan sekaligus malu ia melempar busur yang tadi ia pakai dan pergi dari tempat itu.

Tidak lama setelah Samudra pergi, tiba-tiba saja ada suara tepuk tangan dari arah Daksa. Lebih tepatnya di samping Daksa. Terlihat seorang gadis yang tidak lain adalah Lily.

Raga yang melihat gadis itu, langsung saja ia hendak untuk pergi meninggalkan tempat latihan memanah. Rasanya sangat tidak nyaman dengan kehadiran gadis itu, selalu mengejar Raga secara terang-terangan.

"RAGA TUNGGU LILY, LILY BAWA SESUATU BUAT RAGA TAU!" teriak Lily saat Raga pergi meninggalkan tempat latihan dan Lily yang melihat itu langsung mengejar Raga.

"RAGA TUNGGUIN DONG, NANTI LILY BISA JATUH KALO RAGA TERUS-TERUSAN MENGHINDAR DARI LILY!" lanjut Lily dengan suara yang sangat kencang membuat Daksa yang mendengarnya langsung menutup telinga.

💫 💫 💫

Seperti biasa, Lolita kini menghabiskan waktunya dengan melukis di jam saat ia tidak ada kegiatan di dalam ke kamarnya. Tidak lupa juga ia menaruh Pum-Pum dan Pim-Pim diatas meja sembari menemani ia melukis dan melihat pemandangan malam hari yang saat ini sedang turun hujan.

Dengan suasana yang tenang dan damai membuat Lolita semakin menikmati kegiatan melukisnya.

Tanpa di ketahui oleh Lolita, sedari tadi ia diperhatikan oleh seorang lelaki yang berada di seberang jendela kamarnya. Lelaki itu menatap Lolita dengan intens tanpa berkedip seakan-akan tidak ingin Lolita hilang dari pandangannya.

Different LoveWhere stories live. Discover now