Chapter | 08⚜️

48 7 4
                                    

Caesar terus saja menarik kerah baju yang Raga kenakan sekaligus menarik Raga sembari berjalan menuju ruang keluarga. Caesar sangat marah pada Raga karena Raga sudah berani memasuki dunia yang menurut Caesar sangat berbahaya jika diketahui oleh penduduk kerajaan starlaxy maupun kerajaan lainnya.

Setelah sampai di ruang keluarga, Caesar langsung menghempaskan tubuh Raga dengan kasar, tak peduli jika Raga merasa kesakitan akibat perbuatannya.

"UNTUK APA KAU PERGI KESANA RAGA?!" teriak Caesar dihadapan Raga yang sudah terduduk di lantai.

Para pelayan yang mendengar teriakan dari Caesar langsung pergi untuk menemui Berlinda. Mereka tidak tahu lagi harus berbuat apa jika Caesar sudah marah seperti ini.

"Aku—"

"KAU SANGAT KETERLALUAN RAGA! AKU TIDAK PERNAH MEMBERITAHUMU TENTANG SOAL PINTU ITU, LALU SIAPA YANG SUDAH MEMBERITAHUMU TENTANG PINTU ITU?!" teriak Caesar lagi yang mampu membuat Raga merasa ketakutan karena ini adalah kemarahan Caesar yang paling menakutkan untuknya.

Berlinda serta dengan Daksa dan Samudra yang melihat itu langsung menyusul kearah Raga serta juga Caesar yang terlihat sangat marah.

Saat Caesar ingin menarik kerah baju Raga kembali, langsung dihentikan oleh Berlinda yang sudah menghadang Caesar. Sedangkan Samudra dan Daksa membantu Raga untuk berdiri.

"Hentikan Caesar, ia masih terlalu kecil untuk kau marahi seperti itu. Aku tau niatmu baik, tapi bukan begini caranya Caesar!" ucap Berlinda dihadapan Caesar.

"Redakan emosimu!" Caesar yang mendengar perintah dari Berlinda langsung pergi meninggalkan ruang keluarga.

"Ayah kenapa Ma?" tanya Daksa dengan raut wajah yang bingung sambil menatap kepergian Caesar.

"Tidak apa-apa," jawab Berlinda dengan tersenyum.

"Kalian pergilah untuk sarapan, para pelayan pasti sudah menyiapkan makanan," suruh Berlinda yang sejenak menatap kearah Raga yang masih terlihat terkejut atas amarah Caesar.

Setelah menatap ke arah Raga, Berlinda langsung pergi dari ruang keluarga meninggalkan anak-anaknya yang masih bingung dengan semua ini kecuali Raga, ia pasti paham apa yang membuat Caesar marah seperti tadi.

"Apa kau membuat kesalahan?" tanya Samudra kearah Raga.

Raga yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya.

"Baru pertama kali aku melihat Ayah marah seperti itu," ucap Daksa tiba-tiba.

"Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan Raga? Sampai-sampai Ayah marah seperti itu," tanya lagi Samudra.

Raga menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa memberitahunya kepada Kakak," jawab Raga yang membuat Samudra menghembuskan nafas dengan kesal.

"Terserah kau saja, walaupun aku masih penasaran dengan pertengkaranmu dengan Ayah," ucap Samudra.

Daksa berdecak sebal kearah Kakaknya yang masih sempat-sempatnya ia terang-terangan berbicara seperti itu didepan Raga.

"Kuburlah rasa penasaran Kakak itu dulu. Lihatlah, Raga masih takut karena habis dimarahi oleh Ayah!" tegas Daksa sekaligus menatap Raga yang ikut menganggukan kepalanya karena ucapan yang Daksa sampaikan kepada Samudra.

Lagi dan lagi Samudra menghembuskan nafasnya dengan sebal. "Terserah kalian berdua saja. Aku sudah lapar dan aku ingin makan, apa kalian tidak mau ikut dengan ku?" tanya Samudra.

Merasa tidak ada jawaban dari kedua Adiknya, Samudra pun langsung membalikkan badannya dan langsung ingin pergi menuju meja makan.

Different LoveWhere stories live. Discover now