Chapter | 10⚜️

54 6 2
                                    

"Aduh lain kali agak cepetan dikit dong nganternya mbak! Saya kan ada keperluan penting ini, ada acara keluarga!" protes Ibu-Ibu yang membeli brownies Mamanya.

"Coba bayangin mbak, saya ngasih apa coba, keluarga saya udah dateng tapi gak ada makanannya, ujung-ujungnya saya juga yang malu, disangkanya saya pelit lagi nggak mau ngasih makan!" lanjut Ibu itu.

"Iya ibu ma—"

"Apalagi mbak? Minta maaf? Yaudah, udah saya maafin kok mbak, cuma lain kali tuh harus gesit ya mbak. Oh iya browniesnya juga udah saya bayar, udah saya transfer ya."

"Oke Ibu terima kas—," ucapannya terpotong saat Ibu tadi langsung saja menutup pintunya tanpa mau mendengarkan ucapan terima kasih dari Lolita.

Lolita hanya menghela nafasnya. Sepertinya ia baru pertama kali mendapat pelanggan seperti Ibu itu, tetapi Lolita tidak boleh mengeluh. Lolita harus sabar.

Saat sudah berada di depan sepeda yang ia pakai untuk mengantar browniesnya, Lolita langsung menaiki sepedanya. Namun sejenak, Lolita mengambil Pim-Pim yang berada di depan keranjang sepeda.

"Hufttt Loli abis kena omel ibu-ibu, serem banget," ucap Lolita kepada Pim-Pim yang berada digenggaman tangan Lolita.

"Padahal tadi Loli pengen bilang maaf sama ibu-ibu tadi soalnya telat nganterin browniesnya!" ucap Lolita lagi sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ih Loli tuh sebenernya pengen curhat sama Pim-Pim, tapi kenapa sih Pim-Pim tuh gak pernah ngomong sama loli?! Coba aja Loli punya kekuatan, udah Loli kasih suara deh buat Pim-Pim, biar Pim-Pim bisa ngobrol sama Loli!"

Krik...Krik...Krik

Seperti itulah sehabis Lolita berbicara dengan Pim-Pim. Garing banget menurut Lolita, seperti suara jangkrik. Membuat Lolita terkadang sangat jengkel terhadap Pim-Pim entahlah.

Bahkan para tetangga yang melewati Lolita tadi saat mengobrol dengan Pim-Pim sudah menganggap Lolita aneh karena mengobrol seperti tadi. Aneh saja rasanya.

"Kayaknya dari tadi Loli diliatin terus sama orang-orang disini karena ngobrol sama kamu terus!" Lolita bahkan sampai mengalihkan pandangannya yang tadi kearah Pim-Pim sekarang menatap kearah orang-orang sekeliling yang tadi menatapnya dengan aneh.

Lolita yang merasa malu karena sudah ditatap aneh oleh orang-orang sekitar, hanya tersenyum canggung kearah mereka.

"Oke Pim-Pim ini bukan tempat kita, jadi kayaknya kita harus minggat dari tempat ini," ucap Lolita yang kembali menaruh Pim-Pim ke keranjang sepedanya lalu setelah itu mulai mengayuh sepedanya.

"Mmmm....adem banget ya Pim!" seru Lolita sambil menikmati angin disekitar.

Bahkan helaian rambut Lolita sudah beterbangan terkena angin, membuat Lolita semakin menikmati perjalanannya dengan sepeda yang ia gunakan bersama Pim-Pim.

Disaat-saat seperti ini, terkadang Lolita juga sempat memikirkan Raga. Ia berkhayal bisa berjalan bersama Raga, Pim-Pim, serta juga Pum-Pum. Walaupun dulu Lolita sangat sering berantem dengan Raga. Namun, dimasa-masa seperti itulah yang membuat Lolita merindukan Raga.

"Kita ke taman aja ya Pim, abis itu kita pulang," ucap Lolita yang masih mengayuh sepedanya dan sesekali sambil menatap kearah Pim-Pim dengan tersenyum lirih.

Different LoveWhere stories live. Discover now