Chapter | 11⚜️

59 7 0
                                    

Seorang gadis perempuan cantik kini sedang berada di ruang keluarga Krismantara. Renjana Astrettiana, nama dari perempuan cantik itu yang sedang berbincang kecil bersama Berlinda, Caesar, serta juga Damian yang ikut serta bersama mereka.

"Aku banyak-banyak berterima kasih kepadamu Raja Caesar, berkatmu aku bisa bersekolah serta juga aku sangat berterima kasih kepadamu karena kau sudah memberiku tempat tinggal yang sangat layak untuk ukuran gadis sepertiku yang kau temukan dijalanan ini," ucap Rencana kepada Caesar dengan tatapan hangat serta juga senyuman yang tulus.

Caesar membalas senyuman tulus dari Renjana dengan senyuman lagi yang terukir di bibir Caesar. "Kau sudah kuanggap sebagai anakku Renjana, tetapi kau masih belum juga memanggilku dengan sebutan Ayah?" tanya Caesar sambil menaikkan alis sebelah kirinya.

Renjana tertawa kecil mendengar itu. "Maafkan aku, Ra—maksudku Ayah," kikuk Renjana.

"Jangan lupakan aku juga, kau harus menyebutku Mama!" ujar Berlinda yang membuat Renjana tersenyum haru.

"Iya Mama," ucap Renjana yang kini air mata sudah menggenang di matanya.

"Apa aku boleh memelukmu Mama?" tanya Renjana yang langsung saja diangguki oleh Berlinda dengan cepat.

Renjana yang mendapat persetujuan dari Berlinda, langsung memeluk Berlinda dengan erat. "Kau ini adalah anakku. Kau boleh memelukku kapan saja, kau adalah anak perempuan satu-satunya untukku," ucap Berlinda sambil mengelus-elus punggung belakang Renjana.

Berlinda bisa merasakan jika Renjana saat ini sedang menangis didalam pelukannya. Terdengar dari isakan kecil yang dikeluarkan oleh Renjana dan itu mampu didengar oleh Berlinda, Caesar, dan juga Damian.

"Kau sangat jarang sekali menangis jika berada di depan Mama dan Ayah, lalu mengapa sekarang kau menangis?" canda Berlinda dan dibalas tawa kecil yang bercampur dengan isak tangis.

"Karena aku sangat terharu. Ketika kedua orang tua kandungku menelantarkan dan membuang aku begitu saja, tetapi kalian bersedia merawatku dan membiayaiku sampai besar seperti ini. Sungguh aku sangat berhutang budi kepada kalian, tetapi aku akan berjanji akan melakukan apapun yang kalian inginkan," ucap Renjana tulus.

"Dengarkan aku Renjana, kau tak perlu berjanji seperti, justru aku yang berterima kasih karena kau datang kedalam kehidupan kami dan aku sangat bersyukur bisa merawat perempuan yang kuat sepertimu, tapi untuk kali ini kau terlihat cengeng!" ledek Caesar.

"Biarkan saja Renjana menjadi cengeng dulu, aku bahkan sangat jarang sekali melihat ia seperti ini," ucap Berlinda sambil mengusap rambut halus Renjana.

Dirasa sudah cukup, Renjana langsung menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya dan melepas pelukannya dari Berlinda.

"Mengapa wajahmu ditutup seperti itu?" bingung Berlinda.

"Karena aku tidak ingin kalian melihat wajahku yang habis menangis serta air mataku yang belum ku hapus, tunggulah," sahut Renjana sambil menghapus air matanya namun ia menghapusnya sambil menghadap kearah belakang agar Berlinda, Caesar, dan juga Damian tidak melihatnya.

"Ingin melihat bunga matahari bersama Mama?" tanya Berlinda saat Renjana sudah menghapus air matanya serta juga kedua telapak tangan ia sudah tidak lagi menutupi wajah Renjana.

Renjana menggeleng. "Mama tahu kan kalau aku lebih menyukai memanah."

"Sekali saja temani Mama untuk melihat bunga, ya?" bujuk Berlinda yang membuat Renjana tak bisa menolak dan pada akhirnya Renjana menganggukan kepalanya.

Different LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang