TH | 14

470K 55K 5.5K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****



Setelah beberapa lama berkutat dengan alat-alat dapurnya untuk membuat nasi goreng dengan bantuan Umma Hafsah, akhirnya nasi goreng itu jadi juga.

Segera ia taruh sepiring nasi goreng yang ia buat ke atas nampan beserta obat dan teh madu dan ia bawa menuju kamar Abi.

"Gus, Gus Abi." Panggilnya langsung tanpa mengetuk pintu, karena kedua tangannya memegangi nampan.

Tak lama pintu kamar bercat putih itu terbuka menampilkan Abi yang penampilannya tak jauh berbeda dari hari itu, hari dimana Dira memberikannya teh madu. Hanya memakai kaos dan sarung saja. Yang membedakannya kali ini adalah wajahnya yang nampak pucat dan lesu, tidak seperti biasanya yang cerah.

"Buburnya yang Umma bikin udah dimakan belum?" Tanya Dira.

Abi menggeleng. "Nggak nafsu." Jawabnya.

"Bener tebakan saya. Saya juga gitu kalo lagi sakit, nggak nafsu. Apalagi kalo dikasih makannya tuh bubur, tambah nggak selera dan malah bikin enek. Jadi saya bikini nasi goreng biar Gus Abi berselera makan. Ada teh yang dicampur campur madu, gulanya setengah sendok sama obat juga. Nih." Gadis itu berbicara panjang lalu menyerahkan nampan yang ia bawa kepada Abi.

"Dimakan ya, Gus Abi, obatnya juga jangan lupa diminum. Semoga cepet sembuh." Ucap Dira dengan senyum yang begitu manis lalu pergi ke dapur lagi, setelah meninggalkan 3 tepukan kecil di kepala Abi, meninggalkan laki-laki itu yang terpaku di tempatnya.

Apa barusan Dira membuatkan sarapan untuknya? Apa barusan Dira memberikan sebuah perhatian kepadanya? Apa Abi tidak sedang berhalusinasi karena sedang sakit?

Hati Abi terasa tersetrum aliran listrik yang membuatnya bergetar dan darahnya berdesir. Kenapa perhatian kecil saja dari Nadira mampu membuatnya membatu?

"Wes ojo ngelamun terus." Bilal yang melihat itu pun terkikik geli dan segera mencetus.

Abi tersentak kaget karena suara itu. Untuk nampan yang ia pegang tidak jatuh, kalo jatuh kan nanti nasi goreng dan teh yang istrinya buat, terbuang sia-sia.

"Ojo ngageti." Tegur Abi.

Bilal memasang wajah jahil menatap Mas-nya itu. "Enak ya, Mas. Dibikinin sarapan, dibikinin teh, diperhatiin gitu sama istri." Godanya.

"Huh! Kalo aku jadi Mas Abi, udah aku bawa ke kamar sekalian." Lanjut laki-laki 21 tahun itu.

"Nggak usah ngawur! Mana mungkin Mas bawa dia ke kamar gitu aja." Sahut Abi.

"Halah, waktu itu aja nawarin Nadira masuk ke kamar kok. Dikiranya aku ndak tau opo?" Cibir Bilal.

Abi menatap adiknya itu dengan malas sekaligus salah tingkah. Tapi ia berusaha untuk menyembunyikan salah tingkahnya itu.

The Hidden [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang