TH | 26

522K 59.1K 15K
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****



"Assalamu'alaikum." Raya mengucap salam begitu kakinya masuk ke ndalem.

"Wa'alaikumussalam." Abi yang tengah muraja'ah pun menjawab salam Raya.

Laki-laki itu mendongak sekilas untuk melihat siapa yang datang lalu menunduk lagi dengan helaan nafas panjang.

"Umma Hafsah lagi pergi." Cetus Abi dingin.

"Saya ke sini bukan mau cari Umma Hafsah kok, Gus." Sahut Raya.

"Tapi saya mau kasih ini buat Gus Abi. Kwetiau, bukan batagor." Lanjutnya sambil meletakkan kresek kwetiau yang ia bawa ke atas meja tepat di depan Abi.

"Saya udah bilang berapa kali, Raya, untuk tidak memberikan saya makanan seperti ini lagi?" Tanya Abi lelah.

Raya tersenyum tipis, "Dira pernah ngomong sama saya, kita nggak boleh nyerah hanya karena sekali kegagalan. Jadi saya akan terus berusaha, Gus."

Abi berdiri dengan rahang yang mulai mengeras, "Kamu tau saya sudah beristri, dan kamu juga tau siapa istri saya." Abi berdesis lirih namun tajam.

Sungguh ia tidak bisa lagi menahan gejolak emosi pada dirinya. Raya sudah tau semuanya tapi gadis itu berpura-pura tidak tau. Raya mendengarkan pembicaraan mereka saat keluarga ndalem memberitahu Dira perihal hubungan mereka, karena waktu itu Raya tak sengaja mendengar, dan Abi melihatnya berdiri di samping pintu.

Waktu Abi menggendong Dira yang pingsan dari asrama menuju ndalem, Raya pun melihatnya. Makanya ia bisa memberi alasan pada Alma tentang Dira yang sakit dan harus dirawat di ndalem.

Lalu, tadi pagi pun Raya melihat bagaimana Dira dan Abi yang saling menyematkan cincin di kamar karena pintunya tak tertutup rapat.

Tapi kenapa gadis itu berpura-pura seolah dirinya tidak tau apa-apa? Apa maksudnya?!

Raya tersenyum tipis. Sedangkan Abi geleng-geleng tak habis pikir. Di saat seperti ini saja gadis itu tersenyum?

"Saya tau, Gus. Tapi apa salah jika saya punya perasaan sama Gus Abi?"

"Jelas salah!" Jawab Abi cepat nyaris berteriak.

Lalu laki-laki itu mengusap wajahnya kasar yang sudah memerah padam dan mengucap istighfar.

"Kamu mencintai seseorang yang sudah beristri saja salah, apalagi laki-laki itu adalah suami dari adik kamu sendiri."

"Agama tidak melarang perempuan untuk mencintai laki-laki, begitu juga sebaliknya. Tapi di sini situasinya sudah berbeda, saya sudah beristri, dan istri saya itu adik kandung kamu sendiri. Jadi tolong, hapus perasaan kamu itu."

"Saya hanya mengagumi--"

"Mengagumi apa?" Abi memotong ucapan Raya, "Tolong kamu hargai saya yang sudah beristri dan menjadi adik ipar kamu, dan tolong hargai perasaan Dira, Raya." Kata Abi memelankan suaranya.

The Hidden [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now