"Kio, kamu bo'ongin Kakak, kan?"
Tak mengalihkan atensinya terhadap film yang ia tonton, Kio justru menaikkan sebelah alisnya sebagai respon seraya kembali bertanya, "Maksud Kakak?"
"Yang tentang cowok itu pada gak baik," jawab Dara memperjelas. Ia menyipitkan kedua mata sembari merengsek mendekat, "Iya, kan? Kamu bo'ongin Kakak, kan?"
"Apanya yang bo'ong sih, kan emang bener cowok itu gak baik," sahut Kio mulai sebal seraya menatap yang lebih tua.
"Tapi gak semua, Ki. Kamu ini gak boleh gitu tau," protes Dara tak kalah sebal.
"Kio juga ngelakuin ini biar Kakak selamat dari para buaya yang berkeliaran itu," gerutu Kio kembali menatap lurus ke depan. "Kio gak mau ya, Kak, Kakak jadi korban buaya. Si Pia kemaren ngadu sambil nangis-nangis ke Kio kalo pacarnya selingkuh, padahal sebelumnya dia udah pernah nangis gara-gara di-PHP-in cowok. Kio cuman gak mau Kakak jadi kayak dia."
Sejenak, Dara tertegun. Ia tahu bahwa Kio memang kadang agak terlalu over padanya. Ia tidak pernah menanyakan alasannya, karena memang tahu bahwa Kio melakukan hak tersebut bukan untuk hal yng tidak baik. Dan ia sudah beberapa kali melihat sisi adiknya yang seperti ini. Tapi tetap saja dirinya masih saja tertegun dengan setiap kalimat yang diucapkan adiknya itu.
"Tapi cara kamu salah. Masa ngejelekin kaum sendiri? Kamu itu juga cowok loh."
"Dih, apaan," Kio mendadak sewot, "beda. Kio gak buaya."
Dara menyipitkan matanya curiga, ia menunjuk Kio seraya asal menuduh, "Kio, kamu naksir Pia, ya?"
Walaupun samar, Dara yakin adiknya itu terkejut dengan tuduhannya. Terbukti dengan kedua bola mata yang bergerak ke segala arah dan juga kedua telinga yang memerah seketika. "E-enggak, kok."
Tersenyum puas, sang kakak yakin akan kecurigaannya saat ini. Ia menyandar di sandaran sofa sembari bersedekap. "Gak usah bo'ong, Ki. Kakak tau, kok. Normal itu mah, gak usah takut."
Kio mendengkus kecil lalu menggerutu pelan, "Giliran gini aja peka, tapi urusan lain susah banget peka-nya."
"Ngomong apa kamu?"
"Gak," jawab Kio cepat.
"Kadang cowok itu susah ditebak. Ngedeketin belum tentu beneran suka. Jadi hati-hati aja sih."
"Trus juga, Kio males pacaran, Kio gak suka sama Pia," kilahnya lalu bergerak menjauh menuju kamarnya. Namun, saat masih belum jauh, ia menatap sang kakak dengan jahil.
"Itu tadi siapa, Kak? Bang Alfa bukan? Kalian pacaran, yaa?" ledeknya dengan raut wajah yang menyebalkan.
Dara menganga tak percaya. "Apa-apaan...."
"MAMAA, KAK DARA PACARAN!"
Bersamaan dengan bantal sofa yang melayang ke kepala si adik, Dara berseru panik, "ENGGAK, MA, KIO NGASAL."
"IYA, MAA! TADI DIA DIANTAR SAMA COWOK!"
"KIOOOOO!"
"Loh, Kak? Kakak pacaran?" sang ibu datang dari dapur dengan raut wajah yang kaget.
"Enggak, Ma!" tampik Dara cepat dengan kedua tangan yang dikibaskan. Ia melirik tajam ke arah Kio yang sudah menjulurkan lidah guna meledek. "Awas aja kamu," desisnya kesal.
Yah, bagaimanapun yang namanya adik pasti selalu menyebalkan.
***
Minggu pagi dibuka oleh kegiatan nge-babu. Namanya juga anak pertama, satu-satunya perempuan pula. Jadilah sekarang Dara mencuci baju, bersama dengan Kio yang bertugas untuk mencuci sepatu.
"Kakak beneran gak pacaran sama Bang Alfa?" tanya Kio mengungkit topik yang dibahas tempo lalu.
"Iya, Kio. Gak pacaran," jawab Dara jengah.
"Gak niat pacaran, Kak?"
Dara menggeleng. Ia mengambil baju-baju yang sudah dicuci di mesin cuci, lalu menaruhnya di ember. "Gak dulu, deh."
"Kalo misalnya ada yang suka sama Kakak? Gimana?"
Dara menghela napas keras sembari menaruh ember yang tadinya ia angkat ke bawah. "Kamu masih kecil gak usah sok bahas beginian deh."
Kio tersenyum sinis lalu bangkit berdiri. "KITA CUMAN BEDA 3 TAON ELAH, GAK USAH NGATAIN GUE BOCAH MULU NAPA."
"Emang bocah juga," cibir sang kakak tanpa dosa.
Kio hanya bisa mengelus dada berusaha tabah. Ia tahu kakaknya itu memang hobi meledek dan menggodanya. Hanya sikap tabah dan sabar saja yang bisa ia lakukan.
Setelah selesai membilas kedua pasang sepatu, Kio beranjak menjemurnya di tempat yang terpapar sinar matahari. Kemudian ia membuang air bekas pencucian di ember.
"Ki, abis ini sapu rumah, ya. Kakak mau cuci piring."
Kio membuat simbol 'oke' dengan jari-jari tangannya lalu beranjak pergi.
"Araa!"
"Di belakang, Ma!"
"Mama sama Papa mau pergi bentar, katanya ada masalah di Yayasan," pamit Fara sembari bersiap-siap.
"Lama gak, Pa?" tanya Dara pada sang ayah, karena ibunya sudah pergi entah ke mana.
"Gak tau juga, Ra. Katanya masalahnya agak besar, gak pasti baliknya jam berapa." Tio menepuk bahu anak perempuannya itu lalu pamit, "Papa sama Mama pergi, ya."
Dara mengangguk paham. Sebenarnya ia sudah terbiasa, semenjak ibunya menjadi pemimpin dari yayasan SMP Kio, kedua orang tuanya kadang dipanggil karena ada sesuatu, entah itu besar atau kecil. Dara paham dengan kondisi itu, ada kalanya rasa ingin protes melunjak, namun ia hanya bisa mendoakan yang terbaik.
Daripada itu, Dara harus segera menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Masih ada piring yang kotor di wastafel. Memang tidak terlalu menumpuk, karena mereka sudah dibiasakan untuk mencuci piring sendiri setelah makan. Tapi tetap saja wastafel yang harusnya bersih itu saat ini berisi peralatan makan yang kotor.
Setelah selesai menjemur pakaian, Dara beranjak menuju dapur. Tapi ia tak sengaja mendapati Kio yang sudah santai di ruang keluarga. Dengan tatapan iri dirinya melontarkan pertanyaan, "Halaman udah bersih?"
"Udah," jawab sang adik kemudian menoleh pada si kakak. "Kak, Kio panggil temen-temen Kakak, ya?"
"Hah?" Dara mengernyit bingung. "Siapa...——"
"Kenapa?"
Suara berat itu mengalihkan atensi Dara ke arah pintu depan. Ia membelalak kaget saat mendapati Dio yang saat ini berjalan ke arah Kio.
"Mau mabar."
"Males gue."
Kio cemberut seketika. Ia mendelik pada Dio yang malah menghampiri Dara. Cowok itu duduk di meja makan, di samping tempat Dara mencuci piring.
"Kalo gitu gak guna dong gue ajak lo ke sini, Bang. Balik, gih."
"Mager," sahut Dio tak acuh.
Kio mendengkus sinis. "Kak Ara, telpon Bang Farzan dong. Mo mabar."
"Kakak lagi cuci piring, Ki," sahutnya Dara jengah sembari menunjukkan kedua tangannya yang penuh sabun. "Suruh Dio gih."
"Bang Dio, telpon."
"Gak sekalian suruh anak-anak pada ke sini? Mereka pasti mau," saran Dio kemudian.
"Nah, iya."
Dara melirik Kio yang kesenangan dengan tajam, lalu menghela napas pasrah. "Yaudah, chat aja."
Dio mengangguk lalu membuka roomchat yang selalu ramai, entah apa pembahasannya.
o em jik helowww
dower
bgst
letoy
Ardi, anda tau setan?
pangeran andra
ngakakk
dower
bibir w cipokable jir
ardi binti sumanto
cipokable kepala kaw
mr. money no jenggot
pls lh sat nm gue
pangeran andra
ngakakk pt2
ardi binti sumanto
gatau knp yg pertama kali
gue pikirin itu mister maney anjey
pangeran andra
loh otak lo kn udh dilelang, lo mkir pake apa di?
letoy
sial, andra klo ngtik suka bener
parjan = para janda
^2
letoy
MENGAKAK
pangeran andra
para janda anj
letoy
parjan lho duda:(
pangeran andra
parjan waria
ardi binti sumanto
astagfirullah bnr
dyo
bego
sy alpa
gblknya natural emg
parjan = para janda
badjingan
putri dara
ngakak hiks
pangeran andra
hai sayang
parjan = para janda
skip bocah halu
letoy
ngakak mulu gue liat lo jan asli
sy alpa
sinting anying
ardi binti sumanto
anak parjan bi laik:
jgn macam2 paman
bapakku para janda
letoy
BANGSUL😭
pangeran andra
PARA JANDA ANJ
sy alpa
AHAHAHAHA
mr. money no jenggot
sebatas para janda
putri dara
receh banget😭
pangeran andra
parjan ntr pas ambil rapot anaknya bukannya dipanggil bapak parjan, malah para janda
letoy
MENGAKAK
ardi binti sumanto
parjan klo jd iklan:
parjan semakin di depan!
para janda semakin di depan!
letoy
RECEH BENER ANJIG
mr. money no jenggot
buli parjan satispaying y
sy alpa
humorr
parjan = para janda
ajege
ardi binti sumanto
gabut cok
main tebak2an kuy nying
sy alpa
kuy
ardi binti sumanto
cita-cita anak kecil sewaktu kecil
1.
2.
3.
4.
5.
letoy
anak kecil y psti msi kecil dong goblok
pangeran andra
WKWKWK anjg ersya
ardi binti sumanto
jawab 2lol
read by 7
oalah asu
read by 8
dyo
woi sni kermh ketua kelas
nongki
dower
otw
letoy
gue agk telat dkit ya
mr. money no jenggot
bntr gue lg berak
parjan = para janda
jorok bgt ajege
mr. money no jenggot
bct jnda
sy alpa
ok
ardi binti sumanto
liat siluman upil cair ini
td aj pas gue suru jwb malah pura2 mati tai
bismillah headshot
pangeran andra
ardi syg jmput gue
gue mger bawa motor astagfir
ardi binti sumanto
ok dyo gue otw sndirian
pangeran andra
oala asu
read by 3
komen kalian di part boongan kemaren, MOOD BANGET AJSBKAKS LOFYUUU <33