utopia (segera terbit)

By tinvthinks

5.8M 969K 181K

"Tunggu, jadi gue satu-satunya cewek di kelas ini?" Singkatnya, Dara si anak emas sekolah akan menduduki kela... More

START
01 || Perkenalan
02 || Bu Puspa
03 || Ketua Kelas
04 || Tanggung Jawab
05 || Kasus Alfa
06 || Alasan Dara
07 || Kasus Alfa (2)
08 || Kebiasaan
09 || Pembenci Topeng
10 || Tiny Cafe
11 || Kelas Unggulan
12 || Fake Friend
13 || Pak Rizky (Fucek)
14 || Hukuman (1)
15 || Hukuman (2)
16 || Hukuman (3)
17 || Kekesalan Kio
18 || Mabar, Kuy!
19 || Pasangan Kelima?
20 || Foto Polaroid
21 || Ikutan Bolos
22 || Good Day
23 || Haje Demen Sempak Kakak?
24 || Pengurus Kelas
25 || Asep dan Alerginya
26 || Tawuran
27 || Penyelesaian Masalah
28 || Percobaan Mengontrol Diri
29 || Petasan Bom Farzan
30 || Ketahuan, deh
31 || Diskriminasi Nilai
32 || Alfa, Cowok dengan Luka
33 || Perihal Plester
34 || Confess
36 || Kata Kio
37 || Kemeja Dio
38 || Jadi ini Mahardika
39 || Asep Anak Polos Rupanya
40 || Misi Dara
41 || FesGa
42 || Perkelahian yang Terulang Kembali
43 || Lagi-lagi IPA 2
44 || Di Luar Ekspektasi
45 || Kenyataan yang Menyakitkan
46 || Cerita di TPU
47 || Akhirnya Jalan Keluar
48 || Lega dan Bebas
49 || Ada Apa Sebenarnya?
50 || Konsep IPS 5
51 || Penampilan IPS 5
52 || Sebenarnya, Ini Ersya
53 || Siapa itu Kevin?
54 || Family Problem
55 || Tolong, ya?
56 || "Secepatnya."
57 || Kejutan Tak Terduga
58 || Keputusan Akhir Pak Tegar
59 || Obrolan dengan Kevin
60 || Akhirnya
61 || Terungkap Sudah

35 || Si Tengil

76.2K 14.1K 1.6K
By tinvthinks

Dara terdiam sejenak. Tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Andra. Jujur, ia tidak tahu harus menjawab apa, atau bahkan memberi tanggapan apa. Pertanyaan itu tidak pernah terpikir olehnya. Lagipula, hal tersebut terlalu dadakan.

"Nah iya, kalo ada gimana tuh, Ra?" desak Alfa dengan santai namun masih membuat Dara diam.

"Itu....———"

"Topiknya napa jadi gini?" potong Dio cepat mengalihkan seluruh atensi. "Ganti," sambungnya dengan kedua mata menatap Andra.

Andra menaikkan kedua alisnya ketika mendapati Dio menatapnya. Dengan nada yang terbilang santai ia menyahut, "Lah kan kepo."

Wakil ketua kelas itu kembali memperjelas, "Itu privasi, Dra."

"Iye-iye."

Ardi secara tiba-tiba mendekat ke telinga Andra dan berbisik, "Si Dio lagi sensian bego, maklumin aja."

"Gue denger ya curut."

Kembali ke posisi normal, Ardi melipat kedua tangannya di dada kemudian menaikkan dagunya sembari menyeletuk, "Oh aja oh."

Dara tersenyum kaku dan berusaha untuk kembali santai, walau batinnya tahu ada yang tidak beres di sini. "Eh, nanti kita ke kafe, kan?" tanyanya berusaha mengalihkan topik.

"Gue lupa bawa buku."

"Sama."

Mereka semua serentak mengangguk setuju dengan pernyataan Revan. Buku-buku tersebut mereka tinggalkan di kelas, lebih tepatnya di laci meja masing-masing. Karena menurut mereka, lebih baik membawa beberapa kaos daripada mengisi tas dengan hal yang tidak berguna. Toh, mereka belajar juga tidak tiap saat.

Dara tercengang sejenak dan kembali bertanya, "Terus kalian mau pelajaran apa?"

"Ajarin gue Fisika dong, Ra."

"Anjay."

"Yang tentang reproduksi tapi."

Satu geplakan berhasil dilayangkan ke belakang kepala Farzan. Cowok itu mengaduh kesakitan lalu segera memberi tatapan tajam pada si pelaku. Sedangkan Andra dan Ardi sudah tertawa melihat raut wajah cowok tersebut.

"Lagian dongo bener jadi manusia," sungut Ersya tak habis pikir.

"Gue kan pura-pura bego biar lucu, Ca. Gimana sih lo."

"Lo kan emang bego," sahut Ersya kemudian memberi satu lagi geplakan pada cowok tengil itu. "Ca apaan anjir, Ca bapak lo."

"Tapi kan nama lo Caca."

"Di, mulut lo mau gue sumpel pake sempak?" ancam Ersya.

"Ampun, Adinda."

Ersya menarik napas panjang kemudian mengembuskannya dengan perlahan. "Dra, tahan gue," pintanya pada Andra yang langsung sigap memeluk sebelah lengannya.

"SINI LO, ASU," seru Ersya lalu bergerak memberontak berusaha menggapai Ardi yang sudah bergerak mundur bersembunyi di balik Asep. Sedangkan Andra masih setia memeluk lengan cowok itu, bahkan ia dengan dramatisnya menarik cowok itu menjauh dan menjerit,

"SYA, SABAR, SYA. ORANG SABAR PAS SUNATNYA GAK BAKAL SAKIT."

Ersya berhenti sejenak lalu berseru kepada Andra. "GUE UDAH SUNAT DARI LAMA GOBLOK."

"Oiya."

Cowok berparas imut itu kembali memberontak dan berusaha menggapai Ardi. "JANGAN LEPASIN GUE, DRA."

"Oke siap."

Dara menggelengkan kepalanya pelan sembari berdecak tiga kali. Lantas bangkit berdiri, ia lalu menjewer telinga Ardi dan menariknya agar mendekat pada Ersya. Begitupula nasib yang sama menimpa telinga cowok tersebut, membuat keduanya menjerit kesakitan.

"Kurang kuat itu, Ra."

"Woi mampus kuping lo pada langsung melar."

Farzan tertawa keras seraya menepuk bahu Andra dan memintanya mengulangi satu kata terakhir pada kalimatnya.

Walaupun bingung, ia tetap menurut, "Melaaarrr."

"YA ALLAH RECEH BANGET GUE."

Andra menoyor kepala Farzan dengan raut wajah yang heran, "Emang, somplak."

"ASTAGFIRULLAH IYA, RA. AMPUUUN!"

"TELINGA GUE PANAS ANYING!"

"TELINGA GUE KEK KEK KEK! Biasa aja sih, TAPI SAKIT ANJ!"

Menjewer semakin kuat, Dara akhirnya melepas kedua tautan tersebut. Ia bersedekap kemudian bergantian menatap kedua cowok yang kompak mengelus telinga masing-masing. Dengan wajah sangar ia membentak, "Enak, gak?!"

"Ra, mampus nih gue gak bisa liat. Lo apain telinga gue?" Ardi memulai dramanya dengan berlagak seperti orang buta. Ia tak menggerakkan kedua matanya dan menggunakan kedua tangan untuk meraba-raba sekitar.

"Eh, ini Repan ye. Memble, Pan, keliatan jadinya," ucapnya tak berdosa saat jari-jarinya mendapati bibir Revan. Cowok itu hanya mendelik menahan diri untuk tidak menarik bibir cowok yang kurang waras itu.

"Gila nih hewan, ayoklah abaikan saja," ajak Ersya lalu berdiri mengambil barang-barangnya dan berlalu pergi. Yang lain pun serentak menyusul, mengabaikan Ardi yang sudah seperti gembel duduk lesehan sendirian.

"Lah ditinggal," gumamnya kesal.

"OALA ASU."

***

Dara tahu, membiasakan diri dengan hal yang dibenci itu bukanlah hal yang mudah. Tidak bisa sekilat jentikan jari saat ia berusaha membuyarkan Dio yang tak sengaja tertidur saat dirinya menerangkan. Ia maklum, tapi berharap bahwa para cowok ini bisa berubah tidak da salahnya, kan?

"Saran gue, kalo bisa, kalian ulangi apa yang tadi kalian pelajarin. Terus jangan lupa, cari materi lain di YouTube atau Google, jangan berpatok di gue aja. Paham?" pesan Dara mengakhiri les hari ini.

"Iyaaa, Ra."

Dengan itu Dara tersenyum puas, berharap bahwa apa yang dipesannya barusan dapat mereka lakukan. Ia menggendong tasnya lalu kembali menatap mereka, "Gue balik duluan, ya?"

"Loh, kenapa?" tanya Andra langsung.

"Gue mau ngomong sama Kio, kalo pas balik keburu tidur dianya."

"Yaudah, mau kita antar? Lo gak bawa motor, kan?" tawar Asep.

Dara dengan cepat menggeleng sembari mengibaskan kedua tangannya, "Gak usah, gak perlu. Gue bisa naik angkot."

"Gue aja yang nganter," usul Alfa menawarkan diri. Tanpa mendengarkan yang lain, ia sudah memakai jaketnya dan mengambil kunci motor di gantungan kunci, lalu berjalan keluar.

Dara mengerjapkan kedua mata dengan bingung. "Tapi———"

"Udeh, lu ikut aje dah," Jena mendesak Dara dengan mendorong punggungnya agar berjalan keluar kafe.

Dara menghela napas pasrah kemudian mengibaskan tangan, "Gue duluan, ya," setelahnya ia berlari keluar kafe berusaha menyusul Alfa.

Saat keluar dari kafe, Dara mendapati Alfa sudah siap dengan motornya. Ia menoleh pada Dara, membuka kaca helm-nya, lalu mendesak, "Ayok, cepat."

Dara menarik napas panjang sebelum akhirnya menghampiri Alfa. Ia linglung sejenak, tak tahu harus duduk dengan posisi apa. Masalahnya motor Alfa adalah motor gede yang biasa digunakan oleh para pembalap yang kerap ia tonton di televisi bersama ayahnya. Sedangkan dirinya sekarang masih memakai rok putih pendek selutut.

"Naik."

"I-iya," dengan itu Dara memilih untuk duduk menyamping dan berpegangan pada jaket cowok itu. Namun, baru saja Alfa hendak jalan, ia sudah menghentikan cowok tersebut dan turun dari motor.

"Bentar!"

Secepat kilat Dara berlari menuju toilet kafe, dan mengganti roknya dengan celana olahraga. Untung ia membawanya, berjaga-jaga kalau saja ia ingin ikut berolahraga bersama yang lain saat masih di rumah Farzan tadi. Setelah terlihat rapi melalui cermin besar di toilet kafe, ia bergegas keluar sembari memasukkan rok berserta tali pinggangnya ke tas.

"Dah, ayok!" Dara bergerak naik ke motor dengan posisi yang normal. Ia tetap menjadikan jaket Alfa sebagai pegangan.

"Al, pelan-pe———AAAA!"

Alfa sontak menghentikan motornya, lalu menoleh kepada Dara yang tadi dengan spontan memeluknya. "Gapapa?"

"GUE HAMPIR KEJENGKANG, BODOH."

Dengan satu kata di belakang kalimat itu Alfa tertawa keras. Ia baru pertama kali mendengar Dara berkata kasar seperti itu. Diirnya tak menyangka akan mengalami hal tersebut di sini.

Dara menutup mulutnya rapat saat menyadar penyebab Alfa tertawa keras. Turut memejamkan kedua mata dengan erat, ia berdesis sembari memukul perut cowok itu, "Jalan!"

"Iya-iya, Neng. Bentar Akang ngakak dulu," sahut Alfa masih tertawa keras.

Wajah Dara semakin memanas. Tak ada lagi cara lain selain menggelitiki tubuh Alfa sampai cowok itu menyerah.

"ANJIR JANGAN DIGELITIK," seru Alfa berusaha menahan geli sekaligus menahan motornya yang tiba-tiba oleng ke samping, membuat Dara terdiam kaku dengan kedua tangan erat memegang jaket cowok itu.

"ALFAAAA!"

Astaga, memalukan.

gamau tau pokoknya
harus rame atau ga
aku aduin pak alfa ni 😿

Continue Reading

You'll Also Like

685K 20K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
1.8M 195K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
1M 33.1K 45
-please be wise in reading- āˆ† FOLLOW SEBELUM MEMBACA āˆ† Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...