utopia (segera terbit)

By tinvthinks

5.8M 969K 181K

"Tunggu, jadi gue satu-satunya cewek di kelas ini?" Singkatnya, Dara si anak emas sekolah akan menduduki kela... More

START
01 || Perkenalan
02 || Bu Puspa
03 || Ketua Kelas
04 || Tanggung Jawab
05 || Kasus Alfa
06 || Alasan Dara
07 || Kasus Alfa (2)
08 || Kebiasaan
09 || Pembenci Topeng
10 || Tiny Cafe
11 || Kelas Unggulan
12 || Fake Friend
13 || Pak Rizky (Fucek)
14 || Hukuman (1)
15 || Hukuman (2)
16 || Hukuman (3)
17 || Kekesalan Kio
18 || Mabar, Kuy!
19 || Pasangan Kelima?
20 || Foto Polaroid
21 || Ikutan Bolos
22 || Good Day
23 || Haje Demen Sempak Kakak?
24 || Pengurus Kelas
25 || Asep dan Alerginya
26 || Tawuran
27 || Penyelesaian Masalah
28 || Percobaan Mengontrol Diri
29 || Petasan Bom Farzan
30 || Ketahuan, deh
31 || Diskriminasi Nilai
32 || Alfa, Cowok dengan Luka
33 || Perihal Plester
35 || Si Tengil
36 || Kata Kio
37 || Kemeja Dio
38 || Jadi ini Mahardika
39 || Asep Anak Polos Rupanya
40 || Misi Dara
41 || FesGa
42 || Perkelahian yang Terulang Kembali
43 || Lagi-lagi IPA 2
44 || Di Luar Ekspektasi
45 || Kenyataan yang Menyakitkan
46 || Cerita di TPU
47 || Akhirnya Jalan Keluar
48 || Lega dan Bebas
49 || Ada Apa Sebenarnya?
50 || Konsep IPS 5
51 || Penampilan IPS 5
52 || Sebenarnya, Ini Ersya
53 || Siapa itu Kevin?
54 || Family Problem
55 || Tolong, ya?
56 || "Secepatnya."
57 || Kejutan Tak Terduga
58 || Keputusan Akhir Pak Tegar
59 || Obrolan dengan Kevin
60 || Akhirnya
61 || Terungkap Sudah

34 || Confess

78.7K 13.9K 1.1K
By tinvthinks

"Tar balik langsung ke rumah Farzan, kan?" tanya Ersya meminta penjelasan. Ia tengah bersiap-siap sembari memakai jaketnya.

"Kagak, ngamen dulu di jalan tol," jawab Farzan dengan nada sewot.

"Lo aja bego tampang lo kayak pengamen."

"Matamu satu."

Ardi tertawa, "Jan, kalo lawan si———"

"Kak Ardi."

Ardi menoleh cepat saat mendengar seseorang memanggilnya. Ia mengernyit heran dan menggerakkan telunjuknya pada hidungnya yang gatal, lalu menaikkan lengan tasnya yang di sampirkan di sebelah bahu. "Kenapa?"

"Ini," cewek tak dikenal itu memberikan selembar tisu yang terlipat rapi. "Itu spesial, Kak, jangan lupa, ya." Kemudian tersenyum kikuk dan berlalu dengan langkah yang cepat.

"Lah itu apa?" tanya Farzan heran.

"Gak mau dibuka?" saran Dio.

"Ngapain di buka?" Ardi menutup kedua lubang hidungnya dengan tisu tersebut lalu berusaha mengeluarkan cairan hingga menimbulkan suara yang membuat Ersya bergidik geli.

"Jorok bego."

Setelah merasa hidungnya sudah aman, Ardi tersenyum lega lalu membuang tisu yang sudah terkontaminasi itu ke tempat sampah di depan kelas.

"Tau aja orang lagi ingusan."

***

Sebenarnya, Dara tidak sepolos itu. Ia tidak bisa munafik dengan menepis fakta kala Revan mengejeknya dengan kata-kata 'cuci mata'. Beda dari yang pertama, sepertinya dirinya sudah agak terbiasa dengan hal ini. Walaupun kadang masih kaget saat tiba-tiba mereka membuka baju tanpa aba-aba apapun.

"Pengap banget pen mandi."

"Mandi bareng sini sayang."

"Geli bego," balas Ersya cepat mengekspresikan rasa geli pada wajahnya.

"Tarjan nih terdeteksi pedopilia."

"Bangsat."

Dengan tangan yang sibuk merapikan kuncirannya, Dara tertawa. Setelah rapi, ia menekuk kakinya lalu memeluk lututnya. "Eh, mau nanya dong."

"Apaan, Ra?"

"Kalian pernah suka sama cewek gak?"

Revan menjawab dengan nyolot, "Pernah lah bodoh, dikira kita homo."

"Kan gue nanya doang," Dara tak kalah nyolot.

"Gue lagi suka sama cewek."

"LAH SERIUS?" reflek semuanya berseru tak percaya.

"Baru tau kita, Sep."

"Maen rahasia-rahasia nih."

"Musuhin aja lah si Asep."

Dengan perasaan agak kesal Asep menoyor kepala Ersya, Revan, Andra, dan Ardi yang asal menyeletuk. "Gue pernah cerita kali."

"Kapan?" tanya Dio, namun sejurus kemudian ia mengangguk pelan seperti mengingat sesuatu yang penting. "Yang pas itu? Udah lama gila."

"Yang mana sih yang mana?" tanya Farzan tak mau kalah.

"Yang adkel."

Terkejut, Ersya langsung menoleh pada Asep dan berseru, "LAH ADKEL ITU UDAH DUA TAON YANG LALU ANJ."

"AJIGILE SI ASEP GAMON," ledek Andra dengan tawa yang menyebalkan.

"Gue kira udah pindah hati," kata Revan menaikkan sebelah alisnya.

"Ya gimana, udah netap di sana gimana mau pindah coba."

"ACIEEE ANJAAAAY."

Ardi mulai bertingkah dengan menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan, kemudian menghujani bahu Asep dengan pukulan kecil yang terkesan genit dan menggelikan. "Aduh Aa' Asep aku maluuuu."

"Dek, gue suka sama lo. Lo harus jadi pacar gue," Farzan berbicara pada Ardi dengan notasi serius yang dibuat-buat.

Ardi menoleh dan memasang wajah terkejut yang berlebihan. "Gak dulu, lo pedopilia."

"Oalah ajege," umpat Farzan mengelus dadanya dengan tabah. "Kan kita mo ngejek si Asep, bego bener."

"Udah gagal, woi. Udah gagal," Ersya bangkit dan duduk di antara kedua orang tersebut. Kalau dibiarkan bisa jadi rusuh, lebih baik dipisahkan.

"Oh iya, seinget gue lo dikasih sesuatu sama cewek tadi. Apaan, tuh?" tanya Alfa curiga pada Ardi.

"Hah?" Ardi cengo, "Yang apaan?"

"Tisu bukan?" terka Dio.

"OHHH YANG TADI," seru Ardi heboh mengingat kejadian tadi. "Udah gue bikin ngelap ingus."

"Dih, bego."

"GOBLOOOK ITU SURAT CINTAAAAH."

"Seinget gue kata adkel tadi itu spesial dah," sahut Andra dengan kedua tangan sibuk mengibaskan headband-nya guna menghasilkan sedikit angin.

"Yang katanya spesial gak bakal ada harga dirinya kalo sama Ardi mah," balas Revan.

Ardi menunjuk Revan dan mengangguk dengan tampang songongnya. "Betul."

"Lo udah sering dapet surat gituan, Di?" tanya Dara penasaran. "Atau lo semuanya sering?" kini atensinya beralih pada mereka satu persatu.

"Dulu," jawab Dio. "Sekarang jarang."

"Loh? Kok bisa?"

"Gue pernah denger ada yang ghibahin kita," Ersya memulai cerita. Ia meluruskan kakinya sejenak dan bertumpuk pada kedua tangan di samping belakang badan. "Katanya, kita ini suka sesama cowok."

Dara langsung menganga, benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ersya barusan. "Sumpah? Kok bisa?"

Alfa mengangkat kedua bahunya ringan. "Kita udah bareng-bareng dari masuk sekolah, terus gandeng cewek juga jarang. Gak tau awalnya darimana, tapi tiba-tiba aja gitu si Ersya denger."

"Kalian juga, kenapa gak pernah deketin cewek sih? Kasian tau, padahal banyak cewek yang suka sama kalian. Udah gede tau, masa gak mau ngerasain yang namanya pacar? Terus juga, bukannya cowok tuh suka deketin cewek ya? Kenapa———"

"Terus lo gimana?" potong Revan langsung. "Kenapa gak pacaran?"

Mengatupkan kedua bibirnya secara spontan, Dara mendadak tak tahu harus menjawab bagaimana. Ia tidak pernah punya pikiran untuk menjalin hubungan semacam itu selama masa SMA ini. Menurutnya hal itu hanya buang-buang waktu saja.

"Yaa, gue gak dibolehin pacaran."

"Bacot," sahut Dio dengan raut wajah yang datar. "Sorry, gue pernah gak sengaja denger nyokap lo ngomel karena lo bilang gak tertarik buat pacaran."

Dara melotot pada Dio, memberinya peringatan ditambahi dengan desisan penuh kebencian, "Gak sopan."

"NAH LOH," seru Farzan heboh. "Ketauan lo, Raaaa."

Dara mendengkus sebal kemudian meringis pelan. Ia menatap mereka dan tertawa kaku. "Gue gak tau apa itu pacaran, hehe."

Alfa menyipit curiga, "Lo gak pernah pacaran?"

Dengan polos Dara mengangguk.

"Kalo tertarik sama cowok?" kini Andra yang bertanya.

"Tertarik...," Dara diam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut, "...pernah deh kayaknya."

Mereka serempak mengangguk paham, namun Dara segera menyambung, "Tapi cuman sekadar tertarik, gak sampe ada niatan buat bikin hubungan apa-apa."

"Lo harus cobain rasanya pacaran," saran Andra.

Ersya sewot, "Dih, emang lo pernah?"

"Pernah lah."

"Pakboi kan emang beda," sahut Farzan sembari merangkul bahu Andra. Namun sejurus kemudian ia melepas rangkulan tersebut dan menatap cowok itu datar, "Eh, tapi gak juga sih. Lo udah tiga tahun nge-jomlo gak usah begaya."

"Gue juga jomlo gegara begaul sama lo pada."

Revan menggeplak kepala cowok itu lalu menggerutu, "Gila lo, ya?"

"Hamdalah waras 100% gak kayak lo pada."

"Daripada ngelawan orang gila, mending kita?"

"Yain," sahut mereka datar serempak dengan kedua mata yang berotasi jengah.

Dara tertawa kecil melihat tingkah mereka. Ia meringis pelan ketika mengingat sesuatu, "Isi suratnya tadi apa, ya? Kalo misalnya dia nyuruh ke suatu tempat gimana?"

Terdiam, mereka juga ikut berpikir pada pertanyaan Dara. Namun di sini Ardi-lah pemeran utamanya. Ia yang menentukan apa yang harus dilakukan. Jadi, sontak saja semua mata tertuju pada satu orang yang malah santai. Atau bahkan terlalu santai.

"Bodoamat gue mah. Lagian kertas kan udah ada, kuno bener pake tisu. Pas banget disitu ingus gue lagi meler, ya gue pake lah," jelas Ardi dengan sikap yang bodoamat.

Ersya berdecak sembari menggelengkan kepalanya. Heran sekaligus takjub dengan tingkah Ardi. "Pantes rumor kemaren itu lebih tertuju ke lo, Di."

"Bodoamat lah. Ngapain mikirin bahan ghibah orang yang gak jelas sumbernya darimana. Orang kan kadang demennya bicarain hal negatif daripada yang positif. Jadi maklum aja, paling dosanya makin numpuk," terang Ardi lagi namun kali ini dengan senyum miringnya.

"Sok keren lo anying, aslian."

"Bacot."

"Kalo misalkan ada yang confess ke kalian, kalian bakal gimana?" tanya Dara lagi. "I mean, kan ada tuh cowok yang kalo liat cewek confess malah menjauh atau bahkan ngehujat."

"Gini ya. Cowok kalo menjauh ya berarti dia gak tertarik sama cewek itu. Kalo misalkan ada cewek yang confess, terus si cowok gak ada rasa apa-apa tapi malah makin deketan. Tar malah dikatai PHP, kan?" terang Andra. "Makanya kalo gue sih langsung ngejauh, biar dia sadar diri juga."

"Rata-rata semua cowok gitu," sahut Asep. "Tapi kalo dia ngatain cewek itu, permaluin, mainin atau semacamnya, itu namanya waria, Ra."

"AHAHA ASEP JULIDNYA MULAI."

"Kang julid bener anjir."

"MENGAKAK."

"Capek ketawa gue anying."

"Bener," ucap Revan sembari mengangguk pelan. "Manusia modelan gitu bikin jelek kaum cowok aja."

Dara mengangguk paham. Ternyata cowok tidak seburuk yang diceritakan oleh Kio. Adik cowoknya itu terlalu over padanya, sampai-sampai menceritakan keburukan cowok. Balik dari sini ia harus meluruskan hal tersebut.

"Dara."

"Hm? Kenapa?"

"Kalo misalnya ada yang confess ke lo gimana? Lo bakal lakuin apa?"

Continue Reading

You'll Also Like

849K 6.3K 11
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
1.7M 72.7K 51
"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak sat...
649K 19K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...
694K 5.2K 26
di jadikan pembantu di rumah pengusaha kaya raya dan anak dari pengusaha kaya itu jatuh cinta kepada pembantu itu bahkan saat baru awal bertemu ia su...