DRACO : THE TROUBLEMAKER

By Kundekun

239K 35.7K 6.8K

Berteman baik dengan Pansy membuat Veena terbiasa terhadap sifat buruk anggota Slytherin. Bahkan dia selalu... More

#1
#2
#3
#4
#5
#6
#7
#8
#9
#10
#11
#12
#13
#14
#15
#16
#17
#18
#19
#20
#21
#22
#23
#24
#25
#26
#28
#29
#30
#31
#32
#33
#34
#35
#36
#37
#38
#39
#40
#41
#42

#27

4.5K 809 401
By Kundekun

"Veena, aku teringat dengan suatu cerita dari buku kuno. Kau mau mendengarnya?" Tanya Luna dengan senyumannya yang khas.

"Tentu, ceritalah."

***

Suatu hari hiduplah seorang dewi di atas langit. Dewi itu memiliki segala hal yang diinginkan semua wanita. Kecantikan, kekayaan, dan kemansyhuran. Namun ada satu hal yang tak ia miliki, yaitu cinta.

Hari demi hari ia jalani sebagai seorang dewi, hingga akhirnya ia menemukan kolam ajaib dimana Dewa Khronos sang pengatur waktu memantau keadaan manusia di muka bumi.

Dewi itu melihat sungai tersebut dan mendapati seorang pangeran muda nan tampan yang tinggal di suatu kerajaan. Pangeran itu selalu menyembunyikan perasaanya di balik wajah dingin tanpa ekspresi. Namun hal tersebut justru memikat hati sang Dewi.

Setiap hari Sang Dewi selalu memperhatikan pangeran tersebut dari atas langit. Mendambakannya dan mulai mencintainya dalam diam.

Hingga ia menyadari bahwa ternyata sang pangeran hidup dalam tekanan, ia tak pernah bahagia dan tak pernah juga memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya. Semua urusan hidupnya sudah diatur oleh penjahat abadi bernama takdir.

Sampai suatu hari sang pangeran membunuh sang raja untuk menggulingkan tahta. Namun rakyat yang sangat mencintai sang raja pun tak terima, mereka memberontak dan menghukum mati sang pangeran.

Sang Dewi yang tidak sanggup melihat pangeran tersebut mati dengan tidak terhormat pun hanya bisa menangis 7 hari 7 malam, sampai konon katanya tangisannya itu membuat hujan besar yang menenggelamkan kerajaan tersebut.

Dewa pengatur waktu pula kewalahan dibuatnya, hingga para dewa di langit merundingkan bagaimana cara agar sang Dewi berhenti menangis.

Mereka pun sepakat akan mengabulkan apa saja keinginan Dewi tersebut untuk menghiburnya. Namun ternyata keinginan sang Dewi mencengangkan para dewa.

Ia meminta untuk dihidupkan kembali menjadi seorang manusia, dan meminta agar sang pangeran dilahirkan kembali di masa yang berbeda. Dengan begitu sang Dewi bisa membantu sang pangeran melawan takdir kejam yang menunggunya di masa depan.

***

"Lalu bagaimana kelanjutannya, Luna?"

Gadis itu menggelengkan kepala, "Aku tak tahu bagaimana kelanjutan dari cerita itu, karena halaman terakhir di buku tersebut sobek dan hilang entah kemana. Namun menurutmu bagaimana akhir dari cerita mereka, Veena?"

"Hhmmm.... mungkin mereka berdua berakhir hidup bahagia?"

Luna tersenyum, "Ya, kurasa semua orang yang membaca buku itu akan menginginkan hal yang sama. Tapi bukankah masih ada penjahat abadi bernama takdir? Sepertinya takdir takkan membuat semua berjalan dengan mudah. Atau justru akan memperburuk suasana karena sang Dewi telah berani ikut campur dengan urusan takdir. Entahlah? itu hanya pendapatku saja."

Gadis berambut putih itu pun beranjak pergi dari tempatnya berdiri meninggalkan Veena  yang masih terdiam disana. Merasa semua ini semakin janggal. Seperti segala informasi yang ia dapatkan itu saling berhubungan.

Dan entah mengapa, dari kisah yang diceritakan Luna itu ia seolah-olah dapat merasakan apa yang dirasakan sang Dewi tersebut. Entahlah, ini semua sangat aneh sampai membuatnya merasa pusing.

"Oh! Aku jadi ingat, nama lengkapmu itu Veena Hemera Middleton, bukan? Aku pernah melihatnya di papan peringkat Hogwarts." Tanya Luna seraya berbalik menghadapnya.

"I-iya, memangnya ada apa?"

"Kebetulan sekali. Nama Dewi dari cerita kuno tersebut bernama Hemera. Persis seperti nama tengahmu, Veena." Luna kembali berbalik lalu lanjut berjalan.

Gadis itu terdiam, sungguh ucapan Luna barusan semakin membuat spekulasi di otaknya meledak, "Ini terlalu aneh untuk disebut kebetulan."

***

Waktunya makan malam, semua murid berkumpul di aula besar seraya menyantap hidangan yang ada di atas meja. Karena hari menjelang natal, banyak sekali menu makanan seperti kue patiseri berbentuk pohon cemara, boneka salju dan yang lainnya.

Veena sudah duduk di kursi bagian asrama Slytherin menunggu yang lainnya datang sembari fokus membaca buku.

Akhirnya teman-temannya yang baru saja kembali dari Hogsmeade pun datang seraya bercanda gurau membicarakan pertarungan bola salju yang mereka mainkan disana.

"Kalian sudah kembali." Tutur Veena seraya menoleh ke arah mereka.

Draco duduk di samping gadis itu sedangkan Pansy mengambil tempat di sebrangnya, "Yak! Veena bisa-bisanya kau masih membaca buku dengan tenang disini, huh? Tidakkah kau merasa bersalah karena meninggalkanku sendirian bersama para laki-laki macam mereka?!" Pekik Pansy gusar sambil mengambil paksa buku yang tengah dibaca Veena.

"Woow tenanglah, Pansy. Kau seperti ibuku saat mengamuk seperti itu." Ujar Blaise yang duduk disamping gadis berambut sebahu itu.

"Kau melewatkan segala hal menarik disana, tahu! Aku bahkan tidak ingin pergi dari Hogsmeade!" Tutur Crabbe dengan sumringah.

"Hahaha... Kau tak mau pergi karena banyak cemilan lezat di Honeydukes, bukan?" Tanya Goyle dengan menyeringai ke arah temannya.

"Yup! Kau benar sekali, Goyle!" balasnya cepat.

Draco menoleh ke arah Veena yang terkekeh pelan karena Pansy terus menceramahinya, "Kenapa kau tiba-tiba mengurungkan niat untuk pergi kesana?" Tanya Draco dengan tenang.

"Tidak apa, aku hanya tidak tertarik untuk pergi kesana." Jawab Veena seraya ikut menoleh ke arahnya

"Oh, begitu." Balas Draco singkat kemudian memalingkan wajahnya.

Blaise seketika menyeringai saat melihat pria pirang itu nampak muram sembari menopang dagunya, "Hei! Hei! Veena! Kau tahu? Selama di Hogsmeade Draco selalu murung karena kau tak ikut kesana. Setiap beberapa menit sekali ia melihat sebuah kotak coklat lalu menghela nafasnya dan--"

"AAAKH!!! DIAMLAH BLAISE!!" Pekik Draco yang panik karena mulut ember macam Blaise.

"Fufufuuuuu...." Goyle dan Crabbe ikut bersiul mendengarnya. Tentunya langsung mendapat tatapan mematikan dari Draco.

Mereka yang merasa canggung karena didelik dengan tajam oleh pria berambut pirang itu hanya bisa berpura-pura tidak melihatnya dan segera menyantap makan malam yang ada di atas meja.

Draco merogoh kantong jubahnya lalu berbisik ke arah Veena, "Keluarkan tanganmu." ujarnya pelan.

Veena melirik pria itu dengan kebingungan, tak banyak bertanya ia pun membuka telapak tangannya kemudian sebuah kotak coklat mendarat di atasnya.

Gadis itu mengejap-ngejapkan matanya, "Apa ini, Draco?" Tanya Veena dengan berbisik.

"Ku dengar itu coklat terbaik yang ada di Hogsmeade. Makanlah, kau akan tahu rasanya." Lanjutnya masih berbisik dengan pelan. Gadis itu mengangguk seraya mengucapkan terimakasih.

Tanpa menunggu lama Veena segera membuka kotak coklat tersebut. Ternyata ada sembilan varian coklat yang tersimpan disana. Karena yang berwarna vanilla sangat menarik perhatiannya ia pun mengambilnya dan langsung mengunyahnya.

Gadis itu membulatkan matanya karena coklat tersebut langsung lumer di mulut, memberikan sensasi surga dunia pada lidahnya, "Um! Draco! Ini sangat enak! Cobalah!" Veena tanpa pikir panjang mengambil  salah satu coklat dalam kotak tersebut kemudian mengarahkannya kemulut Draco, "Ayo! Cobalah Draco!" ujarnya sumringah.

Veena nampaknya tidak menyadari semua temannya menatap pemandangan tersebut dengan wajah yang keheranan. Pasalnya ini seperti tampilan sepasang kekasih yang saling menyuapi satu sama lain, tapi sialnya Veena terlalu tidak peka akan hal tersebut.

"Hm? Mengapa kau diam saja, Draco?" Veena mengerutkan keningnya karena pria itu sedari tadi hanya diam tak bergeming, dengan pipinya yang sedikit merona.

Gadis itu merasakan seseorang menepuk pundaknya, "Veena! Kalau Draco tidak mau, buatku saja!" Ujar Crabbe menggebu-gebu seraya menunjuk mulutnya yang terbuka lebar.

Veena membalikkan badannya, karena Crabbe duduk disebelah kirinya, "Oh? Baiklah, buka mulutmu, Crabbe." Tuturnya seraya menyuapkan coklat tersebut ke mulut pria gembul itu.

Crabbe mengunyah coklat tersebut dengan sangat gembira dan tentu Veena merasa senang melihatnya, "Enak, bukan?" Ujarnya yang dibalas anggukan penuh semangat oleh Crabbe.

Draco seketika mematung saat coklat yang disuapi Veena malah jatuh ke dalam mulut Crabbe, "PFFTT--" Blaise yang menyaksikan semua kejadian itu tak bisa menahan gelak tawanya, "Ahhahaha, Demi Merlin! Draco, dari sekian banyak pria kau justru tertikung oleh Crabbe, pfftt--" pria berkulit tan itu kembali tertawa.

Draco yang kesal itu menendang Blaise dari bawah meja, dan langsung tepat mengenai titik vital para kaum lelaki.

Veena hanya melihat Blaise yang tertawa miris tanpa mempertanyakan apa yang menurutnya lucu, ia pun kembali mengambil coklat dan mengunyahnya pelan dengan wajah tanpa dosa, "Pansy, kau mau?" Tutur Veena seraya menyodorkan kotak coklat tersebut.

"Sebentar, Veena. Dari mana kau dapat coklat ini?" Tanya Pansy seraya mengernyitkan keningnya.

"Dari Draco." Balasnya singkat seraya menunjuk pria di sebelahnya. Sedangkan Draco langsung mengusap wajahnya karena Veena langsung berbicara blak-blakkan bahwa dialah yang memberikan coklat tersebut.

"Oh, pantas saja. Veena apa kau tahu satu kotak coklat ini harganya berapa?"

"Tidak tahu. Memangnya berapa? tidak jauh dari 5 galleons, bukan?" Ujarnya yang masih tetap mengunyah.

Pansy menyeringai mendengarnya, "Satu kotak coklat itu di bandrol dengan harga 50 Galleons, Veena."

"PFFTTT-- ohok.. ohokkk... Pansy, kau bercanda!?"

"Apa aku terlihat sedang bercanda?"

Veena terbatuk-batuk mendengar harga dari kotak coklat yang ada di tangannya. Memang benar bungkusnya terlihat sangat mewah, tapi dia tidak mengira harganya akan semahal ini.

Gadis itu menatap coklat tersebut dalam-dalam. Pantas saja rasanya sangat luar biasa, harganya juga sangat fantastis ternyata. Ia kini melirik ke arah Draco yang memasang wajah datarnya.

"Hhhaaa... Aku hampir lupa dia keturunan Malfoy." Gumamnya pelan.

Sedangkan Draco menatap kosong ke arah meja di depannya seraya bermonolog dalam hati, "Bahkan sekotak coklat pun tidak mempan kepadanya, huh?" Gumamnya  dengan wajah yang  sendu.

TO BE CONTINUE

Continue Reading

You'll Also Like

126K 1K 6
isinya jimin dan kelakuan gilanya
1M 83K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
70.1K 14.5K 161
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
99K 11.9K 37
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...