KARA |Serendipity|

By iliostsan_

12.3K 4K 13.6K

Tentang Kara dan semua orang di dekatnya. Bukan hanya kisah cinta antara gadis dan pria, tetapi juga tentang... More

Prolog + Perkenalan tokoh
KS - 01
KS - 02
KS - 03
KS - 04
KS - 05
KS - 06
KS - 07
KS - 08
KS - 09
KS - 10
KS - 11
KS - 12
KS - 13
KS - 14
KS - 15
KS - 16
KS - 17
KS - 18
KS - 19
KS - 20
KS - 21
KS - 22
KS - 23
KS - 24
KS - 25
KS - 26
KS - 27
KS - 28
KS - 30
KS - 31
KS - 32
KS - 33
KS - 34
KS - 35
KS - 36
KS - 37
KS - 38
KS - 39
KS- 40

KS - 29

166 66 188
By iliostsan_

Jangan lupa vote ya sahabat ! 🤗

Happy reading ~

••

Usai kejadian dimana seorang gadis misterius datang dan merekam tanpa meminta izin, video tersebut diunggah di Instagram SMA Lambe Pamungkas.

Kara menjadi bahan ejekan untuk kedua kalinya. Dia tidak bisa berhenti berpikir, apakah pemilik akun Instagram sekolah yang berisi berita bohong dan melenceng itu tidak punya pekerjaan atau itu salah satu pekerjaannya? Mengarang rumor palsu? Entahlah, yang pasti Kara sudah tidak kuat lagi dengan ejekan yang ditujukan padanya.

Setelah mengobrol dengan Damian di lapangan saat itu, guru yang mengajar kelas Damian datang untuk membuat Kara kesepian dan masuk ke dalam kelas. Fyi, waktunya pergantian jam pelajaran.

Kara menggebrak mejanya setelah melihat Instagram-nya yang dibanjiri hinaan dari manusia aneh yang hobinya memojokkan orang lain. Kara membenci ini. Yang dia inginkan hanyalah hidup damai tanpa harus terlibat dalam urusan rumit seperti ini. Dia tidak suka jika seseorang datang, menghancurkan hidupnya dengan memberikan cercaan tanpa mengetahui apapun.

Daryna sekali lagi melihat video berdurasi 19 detik itu, video yang di-zoom pada objek yang dituju seperti video amatiran-terlihat wajah Kara menghadap kamera.

Video itu terasa janggal. Pasalnya, awalnya video tersebut memperlihatkan Kara yang sedang asyik duduk dan Damian mendatanginya dengan dua benda di tangannya, setelah itu, video berubah menjadi memperlihatkan rekaman Damian yang sedang menyeka keringat Kara dengan wajah menyamping membuat anggapan orang lain terhadap Kara-dirinya melakukan hal tak senonoh dengan seorang pria di sekolah.

Daryna mengamati postingan tersebut, satu jam yang lalu postingan tersebut telah di-upload. Daryna memang punya insting bahwa orang yang menjebak Kara dengan menyebarkan video yang dipotong sebagian itu ada di sekitarnya. Daryna akan mengambil satu langkah, membeberkan kedok 'seseorang' yang ingin mencoreng nama baik temannya dan membuat 'seseorang' itu tidak nyaman karena salah memilih lawan.

Daryna menoleh ke belakang, memandang Kara prihatin. "Awas aja tuh orang. Sampai gue tau siapa yang berani main-main sama Kara, habis lo di tangan gue," monolognya dengan tatapan tajam ke depan. Jika, tatapan itu bereaksi seperti yang diharapkan, papan tulis di depannya akan terbelah menjadi dua dengan penglihatan yang begitu tajam.

Samar-samar terdengar dari belakang. Reni mulai melakukan aksinya memojokkan Kara dengan berbicara kasar. Daryna mengamati wajah Reni dengan tatapan mengintimidasi. Memang Reni-lah yang sepertinya tidak menyukai Kara sejak awal. Entah apa yang membuatnya merasa kesal dengan kehadiran Kara, membuat Daryna bingung. Namun tenang, ia akan bergerak cepat membasmi hama yang tidak pantas bersekolah di sini.

Tatapan Daryna beralih tatkala Kara mendorong kursinya ke belakang dengan kasar, berlalu pergi entah ke mana tanpa menoleh sedikitpun padanya. Membuat Daryna paham, gadis itu akan selalu pergi menuju tempat tenang untuk menyurutkan emosional yang dirasakannya.

••

Arsa melihat ke ponsel gadis yang menyukainya. Menatap video berdurasi sembilan belas detik yang menampilkan wajah Kara dengan seorang pria di hadapannya. Jika Arsa belum diberitahu oleh gadis itu, maka Arsa dianggap pria bodoh karena telah menitipkan perasaannya kepada gadis yang baru-baru ini bersamanya.

Arsa pun merasa janggal dengan video tersebut. Video tersebut seolah diedit sedemikian rupa seolah-olah seorang gadis bernama Kara sedang melakukan sesuatu yang mesum di lingkungan sekolah. Arsa tidak akan percaya dengan video itu tanpa meminta penjelasan dari gadis itu terlebih dahulu.

"Ih, lihat tuh si Kara, nekad banget ya, mau ngelakuin hal mesum di sekolah. Tampangnya nipu banget ish, dia nggak pantes sih dicintai sama kamu, Sa," ucap Dara yang ingin memancing kemarahan Arsa.

Gadis itu memandang Arsa dengan senyum kemenangan. "Tuh lihat, 'kan, kelakuan cewek yang kamu sukai itu? Nggak jauh beda sih sama mantan kamu si Syakira. Adik kelas yang nggak tahu diri, yang bisa-bisanya suka sama kakak kamu saat kamu masih pacaran sama dia," katanya, "aku sih nggak sudi, ya, suka sama cewek kek Kara yang awalnya sok jual mahal eh ditawar sedikit ternyata aslinya murahan, iyuh banget!" serunya antusias dikala Arsa belum juga merespon perkataannya maupun tindakan Arsa lebih terkesan bingung tanpa emosi.

Arsa menoleh, beraninya gadis itu menyamakan Kara dengan Syakira yang sikapnya sudah terlihat kontras dan bertolak belakang serta mencoba menghina Syakira yang bagaimanapun sikapnya pada Arsa waktu itu, tetap, gadis itu Arsa anggap sebagai 'seseorang yang pernah menumbuhkan kebucinan yang besar sampai-sampai tak sadar cintanya diduakan' itu membuat Arsa geram mendengarnya.

Arsa menggebrak meja, berdiri dan menatap gadis itu dengan datar. Aura yang mencekam menguatkan sinyal bahwa Arsa sangat anti ketika seseorang berbicara yang tidak-tidak tentang orang yang dipedulikan oleh Arsa. Satu kelas merasa terkejut dan merinding seketika.

"Lo nggak pantes ngomong kek gitu." Arsa menatap Dara dingin.

Arsa mencengkram kerah baju Dara, tampak bola mata gadis itu yang terlihat gelisah setelah bertatapan langsung dengannya, membuat Arsa berdecih pelan.

"Jangan lo kira gue takut lawan lo karena lo cewek, Dar. Gue bisa aja layang-in satu kepalan tangan untuk lo, tapi, gue masih punya kepekaan dan hati, karena gue masih bisa mengerti sama keadaan yang dihadapi temen gue sekarang." Arsa menghempaskan tangannya dari kerah gadis itu.

Arsa memandang Dara merendahkan. "Lagian anak umur lima tahun aja tau, siapa yang sebenarnya pantas buat gue perjuangkan," lanjutnya sedikit menyindir, membuat Dara terkesiap, merasa kesal dan takut.

"Jadi, jangan jatuhkan harga diri orang lain demi mendapatkan simpati banyak orang ke lo. Ubah sikap lo, jaga ucapan lo, gue jamin, lo bakal dapat simpati dan seseorang yang terbaik," ucap Arsa memperingati.

Arsa berjalan. Namun, sebelum dirinya lenyap dari pintu, dia pun berbalik.

"Lo cantik, Dar. Tapi, mulut lo masih perlu diajari etika sebelum berbicara," ujar Arsa memperingati, berlalu meninggalkan kelas yang mulai menyoraki kebodohan gadis itu. Benar, ia salah memilih Arsa sebagai korban provokasinya.

••

Kara frustrasi sekarang, dia berjalan menuju atap. Namun, tangannya terhalang membuat tubuhnya terhuyung ke belakang. Terlihat seorang guru bernama Dinda yang masih berumur dua puluhan, menariknya ke ruang BK.

Guru itu membawa Kara ke ruangannya. Namun, sejak lima menit berlalu, diam menyapa mereka berdua. Kara, yang memasang wajah kaku tanpa ekspresi, melihat ke arah guru dengan ekspresi yang menunjukkan rasa sakit yang dia rasakan.

Kara sangat paham kenapa dirinya dibawa masuk ke dalam ruangan ber-AC milik guru BK ini. Sekolah memiliki koneksi yang menyebar dengan sangat cepat hingga guru BK menemukan masalahnya. Kara mencoba untuk menenangkan diri dan menyingkirkan perasaan yang sedang menjajah hatinya.

Guru itu menghela nafas, jelas bahwa desahan itu menyiratkan rasa kegusaran yang mendalam. "Kara ...." Belum selesai terucapkan, Kara memotongnya cepat.

Kemudian Kara memandang Dinda dengan mata yang berkaca-kaca. "Bu, percaya sama Kara. Kara nggak mungkin buat mesum apalagi masih di area sekolah. Itu semua salah paham, Bu."

"Kamu jujur saya akan mempertimbangkan-"

"Saya nggak mungkin berbuat mesum di sekolah. Orang tua saya nggak pernah ngajarin saya berbuat yang aneh-aneh, Bu!" Kara tidak bisa berkata-kata. Dia sudah emosional dengan semua yang dia hadapi.

"Ya, saya tidak akan menyangkal perkataan kamu bahwa tidak akan ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang yang bersikap tidak terdidik dan mengajarkan hal yang tidak masuk akal kepada anaknya ... saya akan memberikan waktu lima menit untuk menenangkan diri dan menjawab semua pertanyaan saya. dengan kepala dingin." Kara geram. Seakan Dewi Fortuna enggan membantunya pada masalah ini. Semakin rumit jika sudah berurusan dengan guru BK.

"Saya udah coba tenang, Bu. Tapi, orang yang memfitnah saya nggak jera juga, dan hanya bisa nambah beban pikiran saya dengan membawa rumor palsu. Rumor itu seakan membawa kesialan dan membuat saya sulit mengontrol emosi." Terlihat raut tak senang di wajah Kara. Benci yang teredam oleh sisi baiknya tak dapat terkontrol dengan baik. Rumor. Hanya satu kata, lima huruf, mampu memporak-porandakan ketenangan Kara.

Dia berusaha tenang, setenang air sungai. Namun percayalah jika kalian melakukan sesuatu yang menimbulkan kebencian sekali lagi, malapetaka akan tampak seperti sungai yang awalnya tenang, tiba-tiba membesar dan memakan korban yang sadis. Murka. Rasa itu yang sedang ia rasakan. Karena kesabaran seseorang pasti ada batasnya.

"Awalnya saya pengin nutup mulut aja dari masalah yang nimpa saya akhir-akhir ini. Tapi, saya nggak bakal diam aja kalau mereka bermaksud mencemari nama baik saya dan menyinggung orang tua saya, Bu! Udah kali kedua saya difitnah kayak gini." Terlanjur sudah. Awalnya ingin mengubur semua yang dia rasakan sedalam mungkin hingga ke lubuk hatinya, terbongkar sia-sia. Kara benci berbagi cerita sedih. Dia tidak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya.

Setelah itu pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan wajah Damian dengan wajah datar. Dia kesal dengan rumor yang disebarkan oleh orang lain tentang dia dan Kara. Selain itu, dampak buruknya lebih banyak pada Kara daripada dirinya.

Damian duduk di kursi di sebelah Kara. Kara tidak berbalik, emosi menguasai dirinya.

Ternyata, sebelum dirinya di bawa ke ruangan ber-AC yang mendadak hangat ini, Damian juga dipanggil oleh Bu Dinda. Sudah direncanakan sedari pagi rupanya, pikir Kara.

"Bu, kenyataannya berbeda dari rekaman yang di-upload di akun lambe," ucapnya to the point. Tak ingin mengulur waktu. Ia tak ingin gosip miring yang menjurus ke Kara semakin rumit dan tipis kesempatan untuk membersihkan nama baiknya.

"Beritahu saya sejelas-jelasnya mengenai kebenaran dari mulut kamu, Damian. Jangan dilebihkan jangan dikurangin, apa adanya."

Setelah itu Damian menceritakan semuanya yang Kara dan dirinya sendiri telah lalui pagi ini. Mulai dari Kara yang disuruh keluar kelas karena suatu masalah yang dia kerjakan dan sampai di Damian mendekatinya dengan botol air dan tisu. Dia berbicara dengan ringan dan hal-hal yang menjadi masalah utama dia ceritakan dengan jujur agar tidak ada orang lain yang salah paham dan memunculkan spekulasi baru.

Guru itu mengangguk-anggukkan kepala sambil menatap mata kedua anak murid di depannya secara bergantian. Mencari kebohongan yang disimpan. Nihil.

"Baiklah, jika apa yang kamu katakan ini benar, saya akan mempertimbangkan untuk tidak mengatakan kepada kepala sekolah dan kalian tidak dikeluarkan dari sekolah secara sia-sia." Sekolah Pamungkas, merupakan sekolah swasta yang bergerak di bidang pendidikan dan memiliki sistem pembinaan karakter siswa yang disiplin serta melatih bakat siswa. Sekolah ini tidak segan-segan mengeluarkan bibit-bibit buruk yang tidak memiliki keinginan untuk mengembangkan diri di sekolah. Termasuk, berbuat mesum di sekolah.

Menurut Bu Dinda, Kara merupakan benih unggul yang berprestasi di bidang olahraga. Gadis itu adalah salah satu dari banyak siswi di sekolah ini yang berbakat dalam bola basket. Namun, Kara masih terlihat 'linglung' dan tidak menyadari di mana letak bakatnya. Kara hanya menjunjung tinggi kemalasannya saja tanpa ingin mengasah bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu, guru itu sedikit khawatir jika kabar ini terdengar di telinga kepala sekolah dan beredar di sekolah lain.

"Makasih banyak, Bu. Karena ibu mau mendengarkan penjelasan kami terlebih dahulu sebelum bertindak," ujar Kara. Guru itu menganggukkan kepala.

"Sekarang, kalian kembali ke kelas masing-masing. Buat kamu Kara, jangan sampai bolos. Untung saya cegat kamu tadi. Kalau kamu tidak konfirmasi ke saya, masalah yang kamu alami semakin runyam dan sedikit kesempatan untuk menemukan titik terang dari masalah kamu ini." Kara hanya bisa mengangguk. Mengucapkan permisi dan berjalan beriringan dengan Damian menuju kelas masing-masing.

"Maafin gue, gara gue, lo terlibat dalam masalah yang gue terima," Kata Kara tidak nyaman. Pasalnya, gadis itu melibatkan banyak pihak dalam masalah yang sedang mengganggunya saat ini.

Damian menggeleng. "Gue yang seharusnya minta maaf sama lo. Karena gue tadi udah lancang megang pipi lo."

"Gue harap lo kuat ngadepin semuanya. Karena gue tau lo cewek tangguh. Tapi, kalau lo nggak kuat sama masalah yang lo hadapi, curhat adalah pilihan yang tepat. Bukan untuk melibatkan banyak pihak, namun, sekadar meringankan beban pikiran lo." Damian menepuk pundak Kara beberapa kali dan tersenyum tipis.

Kara tersenyum memandangnya. "Ya, bang. Gue akan ikuti arahan lo, makasih." Damian mengangguk. Mereka berjalan berlawanan arah, menuju kelas masing-masing. Jika, sering berdekatan, terutama rumor panas yang melanda mereka berdua, masalahnya mungkin menjadi lebih buruk dan kecil pula kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran.

Kara berjalan ke kamar mandi, ingin menenangkan diri dan menjauhi pikiran yang bisa menyulut emosi. Entah kenapa, akhir-akhir ini menurutnya sangat lama. Banyak kejadian yang dialaminya dan mampu mendobrak benteng di dalam hatinya. Tenang, sekarang tidak ada gunanya. Hanya kesal, tidak nyaman, sedih, dan bingung.

Kara tidak tahu alasan dibalik itu semua. Kara berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang dihadapinya adalah sebuah cobaan yang harus ia lalui dengan hati yang tenang dan kepala yang dingin. Marah, bisa membuatnya tidak bisa mengendalikan diri dan kerutan di wajahnya saat marah membuatnya terlihat tua. Ia tidak ingin penuaan dini terlalu cepat. Dia ingin bersenang-senang, dia ingin menikmati waktu sendiri atau bersama keluarga serta teman.

Kara memandangi wajahnya melalui pantulan kaca. Menyandarkan telapak tangan di wastafel. Kemudian, dia memercikkan air ke wajahnya. Mencoba mendinginkan otak yang sepertinya mendidih. Tampak refleksi menyedihkan dirinya di kaca. Mata bengkak dan lingkaran hitam di kelopak mata, wajah tanpa ekspresi. Masalah ini benar-benar membuatnya gila secara perlahan.

"Lo harus tetap tenang, apapun yang lo hadapi saat ini. Lo nggak perlu cepat mengambil keputusan di saat marah karena itu nggak baik dan lo harus menjaga emosi lo agar nggak meledak di saat itu juga. Lo harus tenang, Kara. Lo harus tenang." Kara mengangguk-anggukkan kepala dengan mimik wajah yang menyakinkan diri sendiri. Bahwa setiap masalah pasti menemukan titik terangnya.

"Semua akan berlalu semestinya. Semua ini semacam karma buat lo karena lo pembangkang sama bonyok lo. Lo nggak perlu berpikiran yang macam-macam, harus tetap positif. Lo harus tenang. Huftt ...." Kara menghela napas panjang untuk mengontrol emosi yang perlahan berkurang.

Kara meyakinkan dirinya sendiri bahwa badai akan berlalu, dan berusaha untuk menyingkirkan pikiran negatif yang dapat memprovokasi pikirannya.

Setelah itu, dia tersenyum. Dengan senyuman setidaknya rasa lega menyelimuti dan menyingkirkan perasaan emosional dari hati.

Jangan lupa vote dan komen, terus follow akun Chan ya! Terimakasih 😊🙏

Jumpa lagi di bagian berikutnya!
보라 해!❤️💛💚💙💜

Monday, Nov 30th, 2020

|Telah di revisi|
|16.01.21|

Continue Reading

You'll Also Like

411K 5K 22
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
5.6M 375K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
776K 28.4K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
5.1M 378K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...