Fall Back

By jennar94

201K 8.5K 430

Malam itu adalah sebuah kesalahan. Kira tidak berniat untuk menjadi wanita jalang. Ia hanya ingin minum dan m... More

1st
2nd
3rd
4th
5th
6th
7th
8th
9th
10th
11th
12th
13th
14th
15th
17th
18th
19th
20th
21th
22th
23th
24th
25th
26th
27th

16th

3.3K 220 12
By jennar94

Sebelum baca bolehlah kasih vote dulu. Tinggal klik aja yang gambar bintang. Oke;)

Enjoy!

--------------------

          "Ini ponselmu. Ada banyak panggilan dari orang tuamu dan Daya. Mereka akan khawatir kalau kau tidak membalasnya." Ucap Anthony seraya memberikan ponsel Kira. "Aku akan meninggalkanmu sebentar." Kata Anthony lalu pergi meninggalkan Kira sendirian.

          Kira segera memeriksa ponselnya. Dia tersenyum tipis melihat daftar panggilan masuk ke ponselnya. Sebagian besar panggilan masuk dari Daya dan dua panggilan masuk dari Ibunya. Dia juga membaca satu persatu pesan yang dikirimkan banyak oleh Daya.

          Kira menghela napasnya pelan dan mulai membalas pesan dari Daya. Daya orang yang tidak sabaran dan membuat ponselnya penuh akan pesan dari Daya. Kira tertawa melihat isi pesan Daya yang penuh perhatian dan makian di saat bersamaan disertai berbagai macam emoticon. Yang mana inti dari pesan sahabatnya itu mengabarkan bahwa besok dia pulang ke Chicago.

          Tak lupa juga Kira mengabarkan orang tuanya bahwa dia baik-baik saja. Ibunya meninggalkan pesan suara dan menanyakan kabar Kira. Kira tahu bahwa ibunya sangat mengkhawatirkan dirinya dan Kira tidak ingin mengatakan kejadian akhir-akhir ini yang dialaminya. Mungkin nanti tapi tidak saat ini. Kira sendiri belum memutuskan apa yang harus dilakukannya setelah dipecat dari sekolahnya.

          Kira sedang melamun menatap layar ponsel saat Anthony masuk. "Semua baik-baik saja?" tanya Anthony dan mengambil tempat duduk di samping ranjang Kira.

          "Ya. Semua baik-baik saja. Besok Daya pulang dari New York dan ibuku hanya mengkhawatirkanku saja." Jawab Kira.

          "Apa yang terjadi sebenarnya, Kira?" Ucap Anthony dengan menatap Kira penuh cemas. "Aku meninggalkanmu saat kau sedang kesulitan lalu setelah aku pulang, aku menemukanmu pingsan." Anthony meraih tangan Kira dan menggenggamnya dengan erat.

          Kira menunduk memperhatikan tautan tangannya dengan Anthony. Ada sedikit rasa nyaman dan hangat saat Anthony melakukannya. "Aku tidak tahu bagaimana harus menceritakannya. Bahkan aku terlalu malu untuk menghadapimu saat ini. Aku adalah orang yang bermasalah. Seharusnya kau pergi."

          "Semua hanya kesalahpahaman dan Romeo sudah menjelaskan banyak padaku. Aku juga percaya padamu. Tania juga mengerti dan ingin meminta maaf padamu atas kesalahpahaman itu. Semua itu bukan masalah. Kau bukan masalah, Kira."

          Kira mengangguk pelan. "Ya. Aku menghargai itu. Kau orang yang penuh perhatian, Anthony." Kira memberikan senyum paksanya.

          Anthony mau tak mau ikut tersenyum dan tanpa Kira duga, Anthony mencondongkan tubuhnya dan langsung melumat bibirnya. Kira tersentak dan terkejut akan tindakan Anthony. Tangan Anthony langsung melingkari pinggang Kira dan menahan tengkuk Kira untuk memperdalam ciumannya.

          Ciuman Anthony membuat Kira sadar bahwa dia merindukan Anthony. Kira merasakan jantungnya mulai berdebar cepat. Perasaan rindunya seketika meluap dan begitu mendamba Anthony. Lalu Kira mulai membalas lumatan bibir Anthony dan meluapkan semua perasaannya. Tangannya mendekap tubuh besar Anthony dan membawa ciuman Anthony semakin dalam.

          Anthony tak tinggal diam. Dia juga ikut mendekap tubuh Kira dengan erat dan membuatnya rapat dengan tubuhnya. Hal itu membuat Kira semakin emosional dan membuat dadanya terasa sesak. Ciuman lembut dan dekapan hangat yang Anthony berikan membuat Kira merasa nyaman, dan takut bersamaan. Betapa baiknya Anthony masih mau menemani dan menemui Kira setelah banyak kejadian yang menimpanya.

          Benak Kira mulai berpikir dan merasa tidak pantas untuk terus bersama Anthony. Kira takut dan belum berani untuk lebih terbuka lagi pada Anthony. Dan tanpa disadari, Kira meneteskan cairan bening dari matanya yang membuat Anthony segera berhenti dan memandang Kira penuh cemas.

           "Kenapa kau menangis? Apa ada yang sakit? Apa aku menyakitimu?" tanya Anthony dengan beruntun.

          Kira tertawa kecil dan menghapus sudut matanya yang basah. "Kau tidak melakukan apa pun. Aku hanya senang kau ada di sini."

          "Karena itu kau menangis?"

          Kira tersenyum tipis dan mengangguk. "Hmm. Bisakah aku pulang? Aku tidak nyaman jika harus tinggal di sini."

          "Tidak. Kau masih belum pulih dan Carl juga bilang kalau kau harus dirawat setidaknya dua hari." Jawab Anthony tegas.

          "Aku mengenal badanku dan aku baik-baik saja. Aku ingin istirahat saja di rumah." Kira meraih tangan Anthony, membujuknya. "Aku benar-benar ingin pulang. Aku janji akan istirahat diam di rumah."

          "Oke. Tapi sementara kau akan tinggal di tempatku." Ucap Anthony.

          "Apa? Kenapa?"

          "Karena aku harus mengawasimu dan merawatmu. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian di rumahmu." Jelas Anthony.

          "Sungguh itu tidak perlu. Aku hanya terluka bukannya sakit parah. Lagipula besok Daya pulang dan aku bisa meminta Daya tinggal di tempatku." Ucap Kira dan segera memperhatikan reaksi Anthony.

          "Aku tahu tapi itu berbeda. Setidaknya malam ini kau tidur di sini. Besok baru kita bicarakan kepulanganmu lagi."

          Kira langsung menggeleng. "Aku ingin pulang sekarang. Aku tidak pernah tahan dan tidak akan pernah nyaman tidur di sini." Kira menatap Anthony penuh harap. "Aku mohon."

          Pria itu terdiam sesaat sampai akhirnya mendesah berat dan mengangguk pelan. "Baiklah. Aku akan membawamu pulang." Kira tersenyum puas mendengar persetujuan Anthony. "Tapi aku akan tetap terus mengawasimu, Kira."

          "Oke."

***

          Anthony memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Kira. Kemudian mematikan mesin mobilnya dan melepas sabuk pengaman sambil memperhatikan lingkungan sekitar rumah Kira. Suasana sepi dan gelap. Lampu jalan hanya mampu menerangi radius dua meter saja dan sepertinya jarak antar lampunya sejauh dua puluh meter. Tidak mampu untuk menerangi sepanjang jalan. Apalagi ada beberapa rumah yang tidak ditinggali dan dibiarkan kosong begitu saja.

          "Aku tidak pernah suka setiap datang ke sini." Ucap Anthony.

          Kira yang baru melepas sabuk pengamannya berpaling pada Anthony. "Kenapa?"

          "Lihat! Di sini sangat sepi dan gelap. Aku tidak suka kau harus tetap tinggal di sini." Ucap Anthony.

          "Kau terlalu paranoid. Aku sudah tinggal di sini selama lima tahun dan tidak pernah terjadi sesuatu." Kata Kira memberi penjelasan. "Lagipula aku tidak terlalu suka lokasi yang padat penduduk. Terlalu ramai."

          Anthony mengangguk-ngangguk pelan, entah kenapa dia melakukan itu. Anthony berpaling dan menatap Kira. "Aku akan tinggal bersamamu malam ini."

          "Kau tidak harus melakukan itu. Aku baik-baik saja sendirian." Tolak Kira. "Kau sedang sibuk, bukan? Saat di rumah sakit kau banyak melakukan panggilan dengan orang-orang di perusahaanmu. Aku tidak bisa merepotkanmu, Anthony."

          Anthony meraih tangan Kira dan menggengamnya. "Kau kekasihku, Kira. Aku tidak akan bisa baik-baik saja membiarkanmu sendirian. Pekerjaanku sudah ada yang mengurusnya. Aku hanya perlu mengeceknya besok." Tangan Anthony yang lain mengusap rambut dan pipi Kira dengan lembut. "Apa kau lebih suka kembali ke rumah sakit, hmm?"

          "Baik. Oke." Ucap Kira menyerah dan keluar dari mobil lebih dulu. Sementara Anthony menyeringai senang.

          Anthony menyusul Kira dan meraih pinggang Kira untuk merapat pada tubuhnya, memeluknya dengan posesif. Kira melotot pada Anthony. "Aku tidak bisa membiarkanmu jalan sendirian." Bisik Anthony dan semakin mengeratkan pelukannya.

          "Aku mengerti tapi tidak perlu terlalu dekat seperti ini." Ucap Kira. Tangannya berusaha melepaskan tangan Anthony dari pinggangnya namun tangan Anthony tidak bergeming sedikit pun.

          "Aku tidak akan pernah melepas-"

          Sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba tubuh Anthony tertarik ke belakang dan tangannya terlepas dari Kira disusul sebuah pukulan keras mendarat di wajahnya. Anthony mengerang dan tubuhnya terhuyung hingga terjatuh.

          "Anthony!" pekik Kira.

          Anthony meringis merasakan perih di sudut bibirnya dan terasa bibirnya berdarah. Anthony mendongak dan melihat Jordan sedang menatap tajam padanya.

          Kira berjongkok di samping Anthony dan melihat bekas pukulan Jordan di wajah Anthony. "Kau berdarah." Kira mulai bernapas tak karuan dan berdiri lagi. Menatap Jordan marah. "Jordan! Apa yang kau lakukan?!"

          "Hei, bajingan! Apa yang kau lakukan di sini, huh?!" ucap Jordan lalu menarik Kira ke sisinya.

          Kira yang ditarik Jordan langsung berontak. "Lepas! Jordan! Lepaskan aku!"

          Jordan masih terus menatap Anthony tajam dan penuh peringatan. "Kira adalah milikku. Jadi enyahlah kau dari sini."

          Anthony mendengus seraya melihat tangan Kira yang digenggam paksa Jordan. Sementara Kira terus berontak berusaha lepas dari Jordan. Anthony lalu berdiri dan tanpa basa basi langsung membalas menghajar Jordan dan membuat mantan tunangan kekasihnya itu jatuh terjerembap. Anthony segera menarik Kira ke belakang tubuhnya dan membuatnya menjauh dari Jordan.

          "Kau yang enyah, sialan!" ucap Anthony.

          Jordan mengerang marah dan segera bangkit namun belum sempat berdiri Anthony sudah menendang tubuhnya hingga Jordan berguling ke tanah. Jordan tak tinggal diam. Dia menarik kaki Anthony dan membuat Anthony terjatuh. Jordan memiliki kesempatan untuk menghajar Anthony. Anthony juga balik menghajar Jordan. Mereka saling menghajar hingga berguling-guling di tanah. Kira yang menyaksikan dari jauh hanya menatap cemas mereka.

           Sampai pada akhirnya Jordan mulai kelelahan, ditambah kondisinya yang cukup mabuk membuat Jordan lengah. Anthony lalu mendekati Jordan dan menarik kerah bajunya. Jordan terlihat sedang mabuk dan itu kesempatan bagi Anthony. Segera setelah itu Anthony kembali menghajar wajah Jordan.

          Jordan yang sudah lelah sulit berupaya untuk melawan balik Anthony. Anthony masih terus memberinya satu dan dua pukulan berturut-turut pada Jordan. Hingga mulut Jordan mulai mengeluarkan darah. Anthony mendengar Kira menyerukan namanya dan menyuruhnya berhenti namun dia tidak menghiraukannya. Kehadiran Jordan menyulut emosi Anthony.

          "Anthony! Berhenti memukulinya! Stop it!" teriak Kira dengan suara bergetar. "ANTHONY!"

          Kira berteriak kencang memangil nama Anthony dan berhasil membuatnya berhenti memukuli Jordan. Napasnya tersenggal-senggal. Keringat mengalir dari pelipisnya saking banyaknya tenaga yang dikeluarkan Anthony untuk menghajar Jordan. Sementara Jordan terkulai lemas di bawah Anthony dengan wajah babak belur.

          Anthony lalu melirik Kira yang menatap cemas dan sedih. Anthony kembali beralih menatap Jordan di bawahnya. "Enyahlah dari hidup Kira. Dia sudah tidak mencintaimu lagi." Ucap Anthony dengan suara pelan dan tegas mengancam Jordan.

          Anthony belum puas menghajar Jordan dan ingin rasanya terus menghabisi pria itu. Namun melihat Kira yang ketakutan, Anthony tidak ingin melanjutkannya lagi. Anthony hanya perlu membawa jauh dari Jordan dan membuatnya tetap di sisinya.

          Anthony bersiap bangkit dan menghampiri Kira namun tanpa diduga Jordan bangun dan berbalik menghajar Anthony. Dengan membabi buta dan cepat, Jordan terus melayangkan tinjunya ke wajah Anthony.

          "Sialan! Kau bajingan! Jauhi Kira! Dia milikku! Arrrghhh!" teriak Jordan di sela-sela tinjunya pada Anthony.

          Anthony lengah sehingga tidak bisa melawan Jordan. Dan Jordan dengan keadaan mabuk dan murka, terus meninju Anthony, mengabaikan teriakan Kira yang menyuruh Jordan berhenti. Di bawah kungkungan Jordan, Anthony sudah tampak tidak berdaya.

          "KIRA MILIKKU!!"

          Kira dengan gemetar segera menghampiri Jordan dan menarik paksa tangan Jordan, menahannya untuk berhenti memukuli Anthony. "Berhenti! Jordan, aku mohon berhenti!" bentak Kira disertai suara yang bergetar karena tangisnya.

          Kemudian dari jauh, Derek berteriak memanggil Jordan dan berlari menghampiri mereka. "Astaga! Jordan! Hentikan!" Derek menarik paksa Jordan namun tak berhasil dan Jordan masih terus menghajar Anthony. "Jordan! Berhenti, bung!"

          "Stop it, Jordan! STOP!!" Kira berteriak ditengah tangisnya dan tak kuasa melihat keadaan Anthony.

          "JORDAN!!" Dengan segala kekuatannya, dibantu dengan Kira, Derek akhirnya berhasil menarik Jordan dan segera menjauhkan pria itu. "Sudah. Berhenti, Jordan! Kau bisa membunuhnya."

          "Anthony!" Kira mengguncang Anthony yang terpejam. Kira takut terjadi sesuatu padanya. "Anthony. Hei! Kau dengan aku? Anthony?" Panggil Kira pelan.

          Di sisi lain, Derek masih berusaha menenangkan Jordan dan menahannya yang terus berontak. "Lepaskan aku!" cerca Jordan pada Derek.

          Derek cukup kesulitan menahan Jordan yang terus berontak karena badan Jordan yang lebih tinggi dan besar darinya. "Cukup, Jordan. Dia sudah tidak berdaya lagi." Ucap Derek sambil menatap Anthony.

          Jordan menatap Kira yang fokus pada Anthony dan berteriak. "Kira! Aku mencintaimu, Kira!! Kumohon beri aku kesempatan."

          Kira mengabaikan Jordan dan sepenuhnya hanya fokus pada Anthony. "Aku mohon bangunlah!"

          Wajah Anthony benar-benar babak belur dan berceceran darah. Jordan benar-benar menghabisi Anthony. Anthony merasakan sakit di seluruh wajahnya dan napasnya juga terasa sesak dan sakit. Suara Kira yang bergetar karena tangisnya terus memanggil namanya. Perlahan dan pasti, Anthony membuka matanya.

          "Anthony? Kau lihat aku?"

          "Kira?" ucap Anthony dengan suara parau. Tangannya terangkat untuk membelai wajah Kira dan Kira yang menyadari itu segera menggenggam tangan Anthony.

          "Aku akan membawamu ke rumah sakit. Oke?" Kira mengangkat tubuh Anthony dan membantu memapahnya masuk ke mobil.

          "Seharusnya aku yang merawatmu, Kira." Ucap Anthony saat dia sudah berada di dalam mobil dan Kira membantunya memasang seatbelt.

          Kira tersenyum tipis. "Shut up." Lalu menutup pintu mobil.

          Kira menatap Jordan yang sedari tadi hanya diam mengawasi Kira dan Anthony. Tatapan Jordan masih terlihat emosi. Kira menghela napas panjang dan menghampirinya.

          "Derek, aku ingin kau membawa dia pergi dari sini." Ucap Kira pada Derek. Derek hanya mengangguk.

          Kira beralih menatap Jordan dengan tajam. "Apa maumu?"

          "Kau masih mencintaiku, bukan?" Kira terdiam. "Jawab aku, Kira."

          Mencintai Jordan? Apakah Kira masih memiliki perasaan itu? Kira tidak tahu apakah perasaan itu sudah hilang atau belum. Yang jelas, saat ini Kira tidak memiliki perasaan apa pun pada Jordan atau pada siapa pun. Semua terasa hambar sekarang. Kira merasa tidak percaya lagi pada siapa pun.

          "Aku tahu aku bersalah atas semuanya, Kira. Aku melakukan itu semua karena aku mencintaimu." Jordan memegang bahu Kira dan meremasnya kuat. Seolah Kira hanya penopang hidupnya. Tatapannya menatap Kira dengan memohon. "Kau kebahagianku, Kira. Aku bisa meninggalkan Berlin dan meninggalkan semua keluargaku di New York. Kita bisa memulai kembali."

          "Jordan. Kau tidak bisa melakukan itu." Kira menelan ludahnya yang terasa berat. Melihat Jordan saat ini membuat Kira tidak kuasa menahan tangisnya. Bagaimana pun, Jordan pernah menjadi bagian dari hidupnya. "Aku tidak tahu harus berkata apa. Semua permasalahan dalam hubungan kita di luar bayanganku. Kau membohongiku selama ini."

          "Itu karena aku mencintaimu."

          Kira menggeleng dan merasakan setetes cairan bening turun membasahi pipinya. "Kau hanya egois, Jordan. Kau hanya menginginkan apa yang kau mau. Kau tak peduli bagaimana perasaanku." Jordan menggeleng keras dan Kira melihat air mata Jordan turun. Dia menangis. "Aku harus pergi. Jaga dirimu baik-baik." Kira segera berbalik dan berjalan menuju mobil.

          "Kira!" teriak Jordan namun Kira mulai menjalankan mobilnya dan pergi. "Tunggu... Kira." Ucap Jordan pelan seraya memperhatikan mobil tersebut yang semakin menjauh.

***

          Dokter Carl Vincent sedang mengobati luka Anthony dan Kira hanya mengamatinya dari dekat pintu, tak berani mendekati mereka.

          Setelah perkelahian tadi, Kira membawa Anthony ke rumah sakit tempat sebelumnya Kira dirawat. Carl sempat terkejut melihat kedatangan mereka berdua yang kembali ke rumah sakit tidak lebih dari dua jam dengan kondisi Anthony yang babak belur.

          "Apa kalian ini pasangan gangster atau apa? Atau kalian terlibat dalam jaringan ritel narkoba dan menjadi buronan polisi? Kalian terluka karena hal yang sama." tanya Carl sambil terus mengobati Anthony. "Kau baik-baik saja dua jam yang lalu dan sekarang kau terkapar seperti ini. Aku tidak percaya ini." Gerutu Carl.

          "Diamlah dan cukup obati aku." Balas Anthony kemudian melirik Kira yang hanya diam sambil menunduk menatap lantai.

          "Kau bertengkar dengan siapa sampai seperti ini?" tanya Carl penasaran. Sesekali melirik Kira.

          "Ceritanya panjang. Aku tidak bisa memberit--- Ouchh! Damn it, Carl! Shh.. sakit sialan!" desis Anthony kesakitan saat Carl tak sengaja menekan luka di sudut bibirnya.

          Carl meringis. "Sorry. Aku hanya penasaran siapa yang menghajar seorang Anthony. Setahuku kau tidak pernah terlibat dengan hal-hal seperti ini. Kau hanya sibuk memainkan hati wanita."

          Anthony melotot dan memberikan tatapan tajam pada Carl. Sementara teman karibnya di sekolah itu hanya mengedigkan bahunya tak peduli. Anthony mendesah pelan dan sekali lagi melirik Kira yang terus saja diam dengan kepala tetap menunduk. Kemudian Kira menegakkan kepalanya dan tampak terkejut menyadari Anthony memperhatikannya. Kira memberikan senyum tipis pada Anthony dan Anthony melakukan hal yang sama.

          "Sudah selesai. Tidak ada luka serius lainnya. Kau akan baik-baik saja." Ucap Carl sambil menepuk tangan Anthony yang diperban yang membuat sang pasien meringis sakit lalu menatap Carl dengan tajam. "Ms. Wilton. Untuk saat ini lebih baik kau juga rawat inap di sini saja. Kondisimu masih belum benar-benar pulih." Carl memberikan saran pada Kira dan Kira balas tersenyum.

          "Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Aku hanya akan menjaga Anthony di sini. Terima kasih, dr. Vincent." Tolak Kira dengan halus.

          "Cukup Carl saja. Jika kau butuh apa pun, cukup panggil perawat saja. Aku pergi dulu." Carl melambai pada Anthony dan Kira, kemudian keluar.

          Suasana seketika tenang. Anthony dan Kira hanya diam saling bertatapan. Kira merasa gugup akan tatapan Anthony. Di saat bersamaan Kira juga memperhatikan kondisi Anthony yang banyak terluka karena Jordan. Tiba-tiba Kira merasakan napasnya terasa berat. Anthony terluka dan semua karena dia mencoba melindungi Kira. Kira merasa bersalah pada Anthony karena membuatnya seperti itu.

          Anthony menyadari tatapan Kira yang berubah. Dia terlihat sedih, cemas, dan merasa bersalah. Anthony tahu jika Kira saat ini merasa bersalah atas apa yang dilakukan Jordan. Anthony tidak pernah berpikiran seperti itu dan tidak ingin Kira terus-terusan bertemu dengan Jordan. Melihat Jordan yang bertindak liar tadi membuat Anthony semakin yakin untuk terus melindungi Kira dan terus berada di sisi Kira. Anthony tahu bahwa Jordan tidak akan menyerah untuk merebut Kira kembali.

          Anthony mengulurkan tangannya. "Kemarilah. Aku sedang kesakitan saat ini." Kira terlihat menggigit bibir bawahnya, tampak menimang. "Kemarilah dan peluk aku." Pinta Anthony.

          Kira perlahan mendekati Anthony dan meraih tangannya. "Apakah sakit?" Kira duduk di pinggir ranjang dengan tangannya berada dalam genggaman Anthony.

          "Jordan memukulku sangat keras. Tentu saja sakit." Ucap Anthony.

          "Maafkan atas kelakuan Jordan." Ucap Kira lalu menunduk menghindari tatapan Anthony.

          "Hei." Anthony memegang dagu Kira dan menariknya ke atas, membuat Kira agar bertatapan dengannya. "Aku tahu kau merasa bersalah saat ini. Kau tidak melakukan apa pun dan kau tidak perlu meminta maaf atas dia. Kau kekasihku, Kira. Kau tanggung jawabku dan aku harus melindungimu. Jordan ingin merebutmu kembali dan aku tidak bisa membiarkan hal itu."

          "Aku hanya.. seharusnya hal ini tidak terjadi."

          "Jordan marah karena kau bersamaku dan harusnya itu membuat dia sadar bahwa kau bersamaku sekarang setelah apa yang dia perbuat padamu waktu itu."

          Anthony membawa Kira ke atas pangkuannya hingga membuat Kira tertegun. Tangan Anthony melingkari pinggang Kira dan memeluknya erat sementara tangan Kira berada di kedua bahu Anthony. Kira mengelus pipi Anthony yang terluka dan Anthony merasa tenang karenanya hingga terpejam.

          "Kenapa kau tetap ingin terus bersamaku?" pertanyaan Kira membuat Anthony membuka matanya. "Kau tahu sendiri aku mengalami banyak kejadian. Aku orang yang bermasalah. Aku hampir menghancurkan pernikahan adikmu. Tapi kau--"

          "Kira." Anthony langsung memotong perkataan Kira. "Aku juga tidak tahu dan tidak pernah merasakan ini sebelumnya dengan wanita lain tapi semakin aku melihatmu semakin aku ingin mengenalmu dan semakin ingin memilikimu."

          "Kau tidak merasakan hal lain dengan wanita lain?"

          "Tidak. Reputasiku buruk dan aku banyak bermain dengan wanita lain. Berganti-ganti pasangan. Semua tidak ada yang bertahan. Dan wanita-wanita itu juga hanya ingin seks dariku. " Jawab Anthony.

          "Kau juga hanya ingin seks dariku."

          "Itu awalnya. Aku tidak munafik, Kira. Kau menakjubkan. You're.. so hot. Aku tidak bisa melupakan seks hebat malam itu. Aku terus terpikirkan tentangmu." Anthony mengamati ekspresi Kira yang hanya diam. "Lalu aku sadar bahwa ketertarikanku padamu bukan hanya sekedar seks. Kau berbeda. Kau tepat untukku."

          Kira menghembuskan napas pelan dan tersenyum tipis. "Kau pria terburuk yang pernah aku temui. Kau membuatku melanggar aturan satu malam itu. Kau benar-benar seorang playboy handal."

          Anthony yang mendengar itu tergelak. "Kau harus banyak bersabar selama menjalin hubungan denganku. Aku akan membuatmu semakin menyukaiku. Kau akan melihat pesona dariku dan kau tidak akan berpaling dariku."

          Kira tertawa. "Ya. Coba saja."

          "Bisakah kau memberitahuku apa yang terjadi." Pinta Anthony dan menatap Kira dengan lembut.

          "Apa?"

          Anthony mengangkat tangannya dan mengusap luka-luka di wajah Kira. "Aku tahu seseorang melakukan ini padamu. Aku tahu karena aku mengalaminya juga." Kira tersenyum tipis dan melihat luka-luka di wajah Anthony yang tidak beda jauh darinya. Hanya saja luka Anthony lebih parah darinya. "Siapa yang berani melukaimu?" tanya Anthony.

          Kira langsung menunduk enggan menatap Anthony. "Aku tidak tahu bagaimana harus menceritakannya padamu."

          "Aku lebih senang kau dapat menceritakan semua hal padaku. Aku tidak bisa tinggal diam setelah tahu seseorang melukai kekasihku. Katakan siapa orang itu." Ucap Anthony dengan tegas.

          Kira segera mengangkat wajahnya dan terkejut melihat ekspresi keras Anthony. "Aku akan menceritakannya padamu nanti. Aku harus pergi sekarang." Kira beringsut turun dari pangkuan Anthony.

          Anthony mencegat tangan Kira. "Kau mau kemana?"

          "Aku harus bertemu Jordan. Aku harus menyelesaikan permasalahan ini sekarang." Jawaban Kira membuat Anthony tak suka.

          "Kau bisa melakukannya besok. Ini sudah malam, Kira." kata Anthony membujuk.

          "Sekarang atau tidak sama sekali. Aku benar-benar harus menyelesaikan permasalahanku dengan Jordan. Derek akan ada di sana. Aku juga membawa mobilmu. Aku akan segera kembali dan berjanji akan menceritakan semuanya padamu." Jelas Kira. Anthony menggeleng keras tak mengizinkan Kira. "Aku tidak akan pergi lama. Aku janji."

          Anthony memejamkan matanya sambil menarik napas dalam. "Aku tidak ingin kau bertemu dengan Jordan apa pun alasannya. Kau tidak perlu lagi menyelesaikan permasalahan kalian yang sudah jelas Jordan yang melakukan kesalahan padamu. Semua sudah sangat jelas, Kira. Dia yang berkhianat padamu dan kau tidak harus mendengarkan omong kosongnya lagi." Anthony menjelaskan panjang. Kira terdiam mencermati perkataan Anthony. "Jika kau tetap ingin melakukan itu, kau bisa melakukannya esok hari. Tetap temani saja aku di sini. Dan kebetulan juga, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."

          "Siapa?" tanya Kira heran.

          "Tan-"

          Anthony belum selesai menjawab karena tiba-tiba saja pintu terbuka dengan kasar dan sosok wanita dengan perut buncit muncul dan menghampiri Anthony. "Ya Tuhan! Anthony! Kau tidak apa-apa? Apa yang terjadi padamu sebenarnya? Siapa yang melakukan ini padamu, huh?" Tanya wanita itu bertubi-tubi.

          "Tania tenang. Aku tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil. Kau datang tepat waktu." Jawab Anthony. Adiknya Tania datang menjenguknya setelah tadi Anthony memberikan kabar melalui pesan.

          "Luka kecil bagaimana! Lihat semua ini!" dengan kening berkerut Tania memandangi setiap luka-luka yang ada pada Anthony.

          Anthony mengabaikannya dan beralih menatap Kira yang entah sejak kapan berdiri jauh darinya. "Kira. Maaf tidak memberitahumu. Tania meminta tolong padaku untuk bertemu denganmu. Aku pikir kesalahpahaman waktu itu harus diselesaikan secara langsung."

          Kira sangat terkejut dengan kehadiran Tania. Ia sama sekali belum siap untuk bertemu dengan Tania untuk membicarakan masalah itu. Meski pun Tania sudah tidak salah paham dan berniat ingin meminta maaf padanya, Kira tetap tak sanggup untuk menerima permintaan maaf itu.

           "Well... lihat siapa ini. Kau yang membuat Anthony seperti ini, bukan?" ucap Tani dengan tatapan tak suka pada Kira.

          "Tania. Apa maksudmu? Bukannya kau ingin meminta maaf pada, Kira." Anthony terkejut akan sikap Tania pada Kira.

          Tania sudah mendengar penjelasan atas kesalahpahaman itu dari Romeo dan Anthony juga turut membantu menjelaskan karena itulah Tania ingin meminta maaf pada Kira atas perlakuannya di pesta waktu itu dan sengaja meminta bantuan Anthony untuk mempertemukannya dengan Kira dan menyelesaikan permasalahan itu.

          "Aku berubah pikiran, Anthony." Ucap Tania.

          "Apa maksudmu? Kau yang meminta bantuanku untuk bertemu dengan Kira. Dengar. Kira tidak melakukan apa pun padaku. Ini semua bukan karena Kira." Jelas Anthony sambil menatap adiknya yang sedang menatap Kira dengan tajam.

          "Aku sebenarnya terpaksa dan tak berniat meminta maaf padamu karena aku tidak merasa harus melakukannya. Meski pun itu kesalahpahaman, aku pikir permintaan maaf tidak harus dilakukan. Kau mengerti, bukan?" Tania menatap Kira yang hanya diam. "Itu hanya kesalahpahaman dan tidak ada pihak yang bersalah dan disalahkan dalam hal itu."

          "Tania, apa yang kau lakukan?" Anthony gelisah melihat sikap Tania pada Kira yang seperti ini.

          "Sebenarnya Romeo dan Anthony yang terus memintaku untuk minta maaf padamu. Aku jadi bertanya-tanya, bagaimana bisa kau merayu suamiku dan kakakku secara bersamaan sampai semuanya rela membelamu, hmm?"

          Anthony bangkit dari ranjang dan berdiri di samping Tania. "Tania, apa-apaan kau ini?!" bisik Anthony lalu melirik pada Kira yang masih terdiam.

          "Apa aku juga harus memberitahumu, Anthony, bahwa sebenarnya wanita di depanmu ini sudah merebut suami orang selama empat tahun."

          Pernyataan Tania membuat Anthony dan Kira terkejut. Sementara Anthony bertanya-tanya maksud dari perkataan Tania apa, di sisi lain, Kira tahu maksud perkataan yang ditujukan untuknya itu. Tapi, bagaimana bisa Tania tahu mengenai kebenaran Jordan yang sudah menikah?

          "Jordan. Hmmm... tunanganmu itu ternyata sudah menikah dan kau merebut suami wanita lain." Ucap Tania yang membuat Anthony semakin heran.

          "Apa? Apa maksudmu?" tanya Anthony kebingungan.

          Tania tersenyum miring dan menatap Kira seperti orang rendahan. "Anthony. Kau harus tahu, wanitamu ini adalah selingkuhan Jordan dan wanita jalang ini tidak tahu malu sudah merebut Jordan dari istrinya, Berlin, yang tinggal jauh di New York."

          Kira terpaku dan tak bisa berkata-kata. Kira ingin membalas perkataan Tania tapi yang Kira fokuskan hanya memperhatikan bagaimana reaksi Anthony. Dan reaksi pria itu tampak terkejut dan bingung. Lalu Anthony memalingkan wajahnya dan menatap Kira dengan tatapan yang tidak bisa Kira artikan.

          "Jadi, Kira. Menjauhlah dari Anthony!"

--------------------
.
.
.
-Jenna Ronan-
--------------------

Continue Reading

You'll Also Like

1M 14.1K 34
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
1.6M 134K 29
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
485K 46.2K 28
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...
2.3M 19K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...