Adiba phobia [Complete]

yuli_sitorus tarafından

36.1K 2.7K 108

Setiap orang memiliki latar belakang trauma yang berbeda-beda. Ada yang beruntung dapat melaluinya. Sementara... Daha Fazla

Prolog
Part 1 | Pelindung?
Part 2 | Malaikat Maut
Part 3 | My Angel
Part 4 | Sorry
Part 5 | Reason
Part 6 | Don't Go
Part 7 | Terjadi lagi?
Part 8 | Langkah awal
Part 9 || Awal Yang Baik
Part 10 || Thanks for all
Part 11 || Prasangka
Part 12 || Anggara
Part 13 || Jealous?
Part 14 || Saatnya
Part 15 || Trauma
Part 16 || Menjauh
Part 17 || Rapuh
Part 18 || Nehemia
Part 19 || Kasih Sayang Ayah
Part 20 || Rencana Busuk
Part 21 || Dalang Masalah
Part 22 || Jujur
Part 23 || Janji
Part 24 || Dendam
Part 25 || Kemarahan Aiden
Part 26 || Tangis pilu
Part 27 || Prasangka
Part 29 || Akhir dari segalanya?
Part 30 || Pergi?
Part 31 || Terbongkar
Part 32 || Kilasan Masa Lalu
Part 33 || Mengingat kembali
Part 34 || Kehidupan Ara
Part 35 || Akhir dari segalanya
Epilog
Extra Part

Part 28 || Penderitaan Adiba

823 57 0
yuli_sitorus tarafından

"Kamu gadis kuat. Percayalah, akan ada banyak kebahagiaan setelah penderitaan yang begitu menyesakkan ini."

~Happy Reading~

•••••


Setelah membersihkan semua bekas tepung dan telur yang mengotori seragamnya, kini Adiba sudah mengganti pakaian. Gadis itu kembali duduk dengan tenang di tempat duduknya di kelas. Kini, ‘tak ada lagi yang terlihat memberinya bisikan memaki, namun, tatapan sinis itu tetap saja ada.

“Panggilan kepada anak didik kami bernama Adiba kelas XI Mia 1 agar segera datang ke ruang BK.” Adiba menghela nafas pelan. Mengapa sehati ini tidak ada kedamaian di hidupnya.

Menghela nafas panjang, gadis itu segera berdiri. Berjalan dengan kepala tertunduk.

Saat sampai di ruang BK, gadis itu langsung mengetuk pintu itu.
“Masuk!” Dengan segera gadis itu memasuki ruangan yang auranya begitu mencekam.

“Duduk!” titahnya lagi dan lagi membuat Adiba hanya diam sambil menuruti perintah guru tersebut.

“Kamu tau apa salah kamu, Diba?” tanyanya dengan suara yang tegas. Adiba hanya bisa menundukkan kepala takut.

“Kamu sudah membuat nama baik sekolah ini tercemar. Belum lagi rekaman kedua video yang mengatakan kalau kamu murid yang tidak baik. Maka dari itu, tidak ada alasan lagi untuk kami tetap mempertahankan kamu di sekolah ini.”

Deg

Adiba menatap guru berkacamata itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
Kini, benaknya dipenuhi oleh pemikiran buruk yang akan terjadi nantinya. Jika dirinya dikeluarkan dari sekolah ini, otomatis yang kerepotan mengurus dirinya adalah Emily. Adiba sudah merasa sangat merepotkan wanita itu.

“Bu, saya mohon jangan keluarkan saya dari sekolah ini. Saya mohon, Bu. Apa pun akan saya lakukan,” gumamnya menatap penuh harap pada wanita itu. Mata gadis itu kini memerah menahan tangis. Dirinya tidak cukup kuat untuk segala cobaan ini.

“Saya juga sangat sulit mempertimbangkan keputusan ini. Namun, untuk saat ini, hanya ini jalan keluar satu-satunya. Mungkin sebentar lagi orang tua dari Ara akan datang. Karna itu kami memanggil kamu, selain membicarakan kamu yang akan dikeluarkan dari sekolah ini!” Adiba menggeleng pertanda tidak setuju.

Air mata itu perlahan luruh. Apa lagi sekarang? Orang tua Ara? Apa nanti mereka akan menuntutnya atas kesalahan yang tidak sepenuhnya kesalahannya.

“Bu, saya gak pernah berniat untuk menyakiti Ara. Tapi, perkataannya yang sudah keterlaluan membuat saya melakukan hal itu. Saya hanya menamparnya sekali. Selebihnya, itu perbuatannya sendiri. Dia udah fitnah saya, Bu,” belanya membuat guru tersebut menghela nafas pelan.

“Ibu bingung, Diba. Di kamar mandi tidak ada CCTV. Bukti satu-satunya hanya rekaman yang diberikan Abi. Ibu gak tau harus berbuat apa.”

Dengan cepat Adiba menghapus air matanya lalu mencoba memberikan sebuah penawaran.
“Saya janji akan secepatnya kasih bukti kalau saya tidak bersalah, Bu. Beri saya waktu. Jangan keluarkan saya dari sekolah ini, Bu. Saya mohon,” lirihnya dengan wajah sangat memohon membuat guru tersebut memilih mengiyakan.

“Baiklah, saya beri waktu satu minggu untuk kamu membuktikan ucapan kamu. Jangan lupa kembalikan nama baik sekolah ini. Selebihnya saya tidak akan beri dispensasi jika kamu tidak bisa mengumpulkan bukti.” Adiba hanya bisa tersenyum tipis. Sejujurnya, dirinya bahkan tidak yakin bisa menyelesaikan masalah ini seorang diri.

“Sekarang kita tunggu orang tua Ara. Katanya sebentar lagi sampai.” Adiba lagi dan lagi hanya bisa mengangguk kecil. Ada banyak perkiraan buruk yang mendatangi benaknya.

“Selamat siang, Bu.” Panggilan itu berhasil membuat Adiba dan guru tersebut mengalihkan atensinya. Ta gan Adiba mulai mengeluarkan keringat dingin, saat melihat tatapan tajam dari wanita paru baya itu.

“Selamat siang, Bu. Mari duduk,” ajaknya dengan nada yang ramah.

“Begini, Bu. Kedatangan saya ke sini hanya untuk menemui gadis kutang ajar ini. Saya ingin menuntut dia atas segala perbuatan yang sudah dia lakukan pada putri saya. Ara harus sampai dirawat di rumah sakit dengan biaya yang sangat besar. Saya sebagai orang tuanya jelas tidak terima diperlakukan seperti itu. Saya akan menuntut anak ini dan menjebloskannya ke penjara,” desisnya tajam membuat Adiba menatap dirinya dengan air mata yang mengalir.

“Bu apa kita tidak bisa membicarakannya baik-baik? Adiba juga belum terbukti bersalah sepenuhnya. Di video tersebut hanya ada cuplikan saat Adiba menampar, bukan menyiksa Ara sampai lukanya begitu banyak,” bela guru tersebut membuat Adiba merasa sedikit ada harapan untuk lolos atas kesalahan yang sama sekali bukan perbuatannya.

Setidaknya dia sudah jujur pada guru tadi sudah cukup bukan? Karna jika mencoba menjelaskan pada banyak orang pasti mereka tidak akan pernah percaya.

“Bagaimana bisa kalian membela anak yang sudah terbukti bersalah? Kalau begini, ‘tak hanya dia yang ayah tuntut, tapi juga sekolah ini,” pungkasnya membuat guru tersebut menghela nafas panjang.

Dengan mencoba bersabar, guru itu tersenyum lembut.
“Sekarang apa yang ibu inginkan? Kita bicarakan baik-baik. Jangan sampai membawa hukum, Bu. Karna pasti semua akan memperkeruh suasana.” Wanita itu terlihat seperti menimang apa yang akan ia putuskan. Sementara Adiba? Gadis itu terdiam kaku di tempatnya.

“Kalau begitu, saya ingin anak ini membayar lima juta pada saya. Maka semua akan kami lupakan,” putusnya dengan senyum penuh kemenangan.
Saat ini, Adiba hanya bisa berpikir keras. Bagaimana bisa dirinya bisa mengumpulkan uang tersebut?

“Saya beri waktu dua minggu. Permisi!” Wanita itu kemudian pergi meninggalkan keduanya.

“Setidaknya ini lebih baik. Kalau kamu bisa membuktikan semuanya, maka kamu tidak akan dikeluarkan dari sekolah ini. Pertimbangan ucapan orang tua Ara, jika kamu bisa membuktikan kalau kamu tidak bersalah, maka kamu tidak harus membayar. Saya tau, saat ini kamu dalam keadaan masa sulit. Mengingat kamu bukan lagi bagian dari keluarga Morello.” Adiba merasakan jantungnya diremas dengan begitu kuat. Nafasnya memburu saat mengingat kembali tamparan dan tatapan kekecewaan mereka semua.

“Ibu tau dari mana?” tanyanya lirih.

“Semua bahkan sudah tau. Berita ini dengan cepat tersebar luas. Padahal, keluarga kamu katanya menutupi ini semua. Ibu dapat video itu beredar di semua media sosial. Bahkan ada banyak yang mencaci keluarga Morello. Ibu harap kamu baik-baik saja. Sekarang kamu bisa keluar.” Adiba memilih mengangguk sambil mengucapkan terima kasih.

Sepanjang jalan, gadis itu hanya bisa memaki dan mengutuk dirinya sendiri. Pasti sekarang keluarganya dalam masalah besar. Video? Siapa yang dengan beraninya mengedarkan video tersebut. Sementara, yang berada di ruangan saat itu hanya mereka berlima.

Apa mungkin Abigail? Jika iya, maka gadis itu sudah sangat tidak waras.
“Demi kalian, Diba akan lakukan ini. Setidaknya ini sebagai balasan terakhir untuk kebaikan kalian.” Tekadnya kini sudah bulat.

Hanya ada satu yang membuat keluarganya dijauhkan dari semua cibiran itu.

Adiba pun memilih menenangkan diri di bawah pohon rindang yang berada di taman belakang sekolah. Gadis itu butuh ketenangan sekarang. Mencoba berpikir dengan mantap agar keputusannya tidak salah.

“Kenapa banyak banget masalah? Diba bahkan belum tentu bisa selesaikan satu masalah. Sekarang? Masalah lain udah datang. Diba harus cari bukti, Diba harus cari uang untuk ibu Ara, dan sekarang? Diba harap keputusan nanti bisa benar-benar memulihkan nama baik keluarga Ayah,” lirih gadis itu sambil mengusap wajahnya kasar. Bahkan kini, air matanya ‘tak bisa lagi menetes. Mungkin karna banyak menangis.

Namun, saat ini Adiba lemah harus musnah. Adiba yang kuat sangat diperlukan saat ini. Untung biaya ganti rugi pada keluarga Ara, maka dia tidak akan meminta bantuan dari Emily. Dengan tinggal di rumah wanita itu, sudah menjadi keberuntungan yang besar. Kini, Adiba harus bisa mandiri.

“Diba harus cari kerja. Siapa tau bisa cukup buat keluarga Ara. Diba gak akan minta bantuan sama Ibu. Diba gak boleh menyusahkan orang lain,” lirihnya mencoba tersenyum.

                             •••••

“Gimana? Apa hal pertama yang harus kita lakuin?” tanya Anggara pada Aiden yang kini duduk berhadapan dengannya.

“Kita harus cari tau dalang di balik semua ini. Gue ngerasa janggal, sama video yang dikasih sama Abi,” ungkapnya membuat Anggara mengangguk paham.

“Gue juga ngerasa aneh. Kenapa coba, video itu bisa pas banget saat Diba nampar Ara. Kenapa Abi sempat video. Kenapa dia gak nolongin Ara aja. Gue gak salah ‘kan kalau gue berpikir Abi sama Ara bersekutu? Seperti yang pernah lo bilang, kalau Abi itu benci sama Diba. Ara? Gak ada salahnya kalau gue berprasangka buruk sama dia karna memang dia pasti benci sama Adiba yang berhasil buat lo jatuh cinta,” ujarnya dengan segala pemikiran buruk terhadap kedua gadis itu.

“Ara udah tau dan terima kalau gue cinta sama Diba. Karna gue emang udah jujur sama dia,” balasnya membuat Anggara memutar bola matanya malas.

“Cowok lembek. Lo berpikir gak, sih? Ara itu cinta dan sayang sama lo. Bahkan kalian statusnya juga masih pacaran, masa iya dia setuju cowoknya suka sama cewek lain. Inget, Bro! Semua bisa berubah karna cinta.” Anggara mengucapkan hal yang membuat Aiden merasa hal itu sepenuhnya benar. Namun, hanya butuh penyelidikan lagi.

“Di kamar mandi cewek ada CCTV gak? Cuman itu yang bisa kita jadiin bukti,” ujar Aiden membuat Anggara menghela nafas pelan.

“Di kamar mandi gak ada CCTV. Satu-satunya cara cuman cari siapa orang yang lihat kejadian itu. Tapi pas gue masuk kamar mandi sepi banget. Gue gak yakin ada yang lihat kejadian itu,” gumam Anggara membuat Aiden menyugar rambutnya frustasi.

“Pasti ada jalan. Sekarang lo bisa pulang. Gue lagi mengusahakan sesuatu,” lirih Aiden. Dengan lemah Anggara memilih mengangguk.

“Semoga Diba baik-baik aja. Gue harap lo jaga dia.” Aiden hanya tersenyum menanggapi perkataan Anggara. Tanpa disuruh sekali pun, lelaki itu akan menjaga Adiba.
Namun, kilasan kalimat yang membuatnya merasa sangat terbebani.
Ara, ibu dari gadis itu bahkan sudah menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada Ara. Apakah dia harus menuruti atau melanggar janji itu?

Masa bodoh, sekarang yang terpenting adalah Adiba. Gadis yang sekarang dan sampai nanti akan menjadi ratu di hatinya.

•••••

~To Be Continue~

Jangan lupa kasih vote dan Komennya
See you

Salam
yuli_Sitorus

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

3.1M 218K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
552K 21K 34
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
2.6M 139K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.7M 77.3K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...