Selamat membaca
•••
"Kamu dengan Angga ada hubungan apa?"
Aiby yang sedang membalas pesan di ponselnya langsung menoleh. Alis gadis itu terangkat tinggi.
"Gak ada hubungannya sama situ. Gak usah ikut campur!" ketus Aiby. Gadis itu masih kesal, apalagi teringat dengan ucapan Bintang yang mengatainya sangat kecil.
"Tentu saja ada. Saya sebagai pihak yang kamu beri harapan palsu sangat ingin ikut campur!"
Aiby menatap Bintang tidak mengerti.
"Harapan palsu?" beo Aiby mengulang dua kata yang menarik perhatiannya.
"Kamu lupa jika kamu sebelumnya selalu mengejar saya seolah meminta perhatian pada saya? Lalu sekarang apa? Mau berhenti setelah mengira saya mempunyai tunangan? Ternyata kemampuan kamu mengejar saya hanya sebatas itu?"
Aiby menggingit bibir dalamnya gemas, dalam hati ia berulang kali mengumpati kalimat nyinyir Bintang. Walaupun kenyataannya sangat tepat pada sasaran. Dan Aiby sangat kesal akan itu.
"Jangan sok tau ya pak. Saya itu bukan memberi harapan pal--"
"Lalu apa perduli saya tentang hal itu?"
Aiby meletakkan ponselnya dengan kasar di atas meja. Hingga menimbulkan suara sentakan yang membuat perhatian beberapa pengunjung teralihkan.
Aiby menyisingkan lengan sweeternya. Kemudian menatap Bintang dengan tatapan menghunus tajam. Seolah mengajak untuk adu duel di luar resort.
"Bapak kok ngeselin banget sih jadi manusia. Saya udah tobat nih ganggu bapak Bintang yang terhormat. Sekarang jangan balik tindas saya dong!"
Bintang menarik senyum tipis kemudian menarik lengan Aiby agar duduk kembali.
"Saya tidak menindas kamu Aiby. Jika kamu lupa saya bisa ingatkan kembali bahwa kamu cukup percaya dengan ucapan saya!"
Aiby menyeritkan keningnya, bingung. Apa-apaan si Bintang ini. Kenapa sifatnya jadi lebih double shit begini.
"Ucapan yang mana? Saya lupa" ketus Aiby. Gadis itu meraih jus alpukatnya kemudian menyesap habis untuk mengurangi rasa gugupnya sendiri.
"Saya akan mempertanggung jawabkan apa yang saya ucapkan. Saya serius dengan kamu Aiby!"
Uhuk uhuk
Bintang melotot saat gadis di hadapannya tersedak jus alpukat. Lelaki itu langsung saja mengulurkan tisu dan air mineral yang ada di atas meja. Aiby langsung menerima tanpa banyak protes. Mengabaikan tatapan penasaran dari pengunjung lain.
Bintang berpindah tempat menjadi di samping Aiby. Lelaki itu memijat tengkuk Aiby sesekali mengusapnya pelan untuk meredakan batuk gadis itu.
"Udah pak, makasih!"
Bintang menganggukkan kepala kemudian berpindah kembali pada tempat semula untuk melanjutkan makan yang sempat tertunda.
Hening. Meja keduanya hanya di isi oleh dentingan sendok juga garpu. Tidak ada percakapan setelah kejadian Aiby yang tersedak itu.
"Bintang?"
Keduanya menoleh. Manik coklat terang milik Aiby membola saat menemukan wanita cantik yang beberapa hari lalu ia lihat bersama Bintang saat di kampus berdiri di depan mejanya dengan menggendong bayi. Belum lagi disusul dengan lelaki tegap yang yang sangat familiar dimata Aiby hingga membuat gadis itu tiba-tiba menahan nafas.
Shit, Tidak! Mengapa jakarta sesempit ini?
"Aiby?"
Berharap untuk tidak di kenali nyatanya hanya sebuah ekspektasi. Lelaki yang berdiri di belakang wanita tersebut berjalan mendekat kemudian menatap Aiby yang menunduk dengan pandangan penuh selidik.
"Kamu Aiby bukan?"
Bintang dan wanita itu langsung menyerit bingung. Terlebih Bintang, lelaki itu bahkan bisa melihat raut terkejut juga ketakutan yang terpancar jelas di manik coklat itu saat mengangkat kepala.
"Halo kak Raja" Aiby mencoba tersenyum manis. Namun yang terlihat hanyalah sebuah ringisan. Bintang yang melihat itu masih mencerna situasi. Berfikir cepat mengapa keduanya bisa saling mengenal.
"Ternyata beneran kamu. Kakak kira gak bakal ketemu kamu lagi setelah kejadian waktu itu!" Aiby masih mempertahankan senyumannya tidak menghiraukan badannya yang sedikit bergetar ketakukan.
"Siapa mas?" Wanita itu berjalan mendekat kemudian ikut mengamati Aiby.
Lelaki bernama Raja itu tersenyum tipis. Tampak ada gurat kesedihan yang terpancar jelas dari tatapan itu. Apalagi saat melihat bagaimana tatapan yang di berikan Aiby kepadanya.
"Dia Aiby. Adik tiriku, anak dari mama Lisson"
Deg
Bintang menatap Raja dengan tatapan tidak percaya. Lelaki itu menatap Raja dan Aiby secara bergantian sebelum menyadari wajah Aiby yang terlihat sangat pucat.
"Dia orang yang---" ucapan wanita itu terhenti saat melihat Bintang beranjak dan langsung memeluk Aiby kemudian membisikkan beberapa kalimat yang kedua patsuri itu tidak dapat mendengarnya. Saat dirasa Aiby mulai tenang Bintang pun berpamit kepada keduanya.
"Mel, kak Raja. Saya permisi dulu. Tiba-tiba Aiby tidak enak badan"
Raja menganggukkan kepala. Menatap nanar punggung Aiby yang dituntun menjauh. Ada terbesit rasa bersalah karena tidak bisa melindungi. Dan rasa itu semakin menyubur ketika melihat bagaimana reaksi Aiby saat bertemu dengannya.
"Kenapa bisa?" lirih Melani. Raja langsung berbalik, kemudian menatap melani dengan bibir terangkat ke atas, membentuk senyum miring.
"Semesta memang selucu ini Melani, nikmati saja hidup kamu bersama saya!"
📍📍📍
"Aiby, kamu baik-baik saja?" Bintang menatap khawatir pada gadis yang sejak tadi hanya terdiam sesekali meremas tangannya. Sejak keluar dari resort tersebut Aiby belum mengeluarkan sepatah kata pun, raut ketakutan itu masih terlihat jelas dan Bintang sangat khawatir akan hal itu.
"Saya rasa kata baik-baik saja hanya pengantar untuk saya menyembunyikan diri" lirih Aiby menatap deretan mobil yang menunggu lampu hijau menyala.
Bintang mengela nafas panjang kemudian meraih kedua tangan Aiby dan mengusapnya lembut.
"Karena itu saya merasa selalu ingin melindungi kamu Aiby!"
Bintang meremas tangan Aiby memberi kekutaan. Aiby menoleh, gadis itu menatap kosong. Sama seperti apa yang pernah Bintang lihat sebelumnya. Tatapan itu menyimpan lautan berduri yang teramat dalam dan sangat menyakitkan.
Aiby perlu seseorang yang menyangganya agar kembali bangkit, berjalan perlahan menembus kegelapan dan berlari kencang tertawa bersama indahnya rencana semesta. Bintang ingin melihat gadis itu tertawa, bermain, juga berlari bersamanya. Hanya itu, sesederhana itu keinginan Bintang untuk hidup bersama Aiby.
"Saya--"
"Kamu perlu saya. Jika tidak anggap saja saya membantu kamu, menjaga juga menemani kamu. Tidak perlu kamu fikirkan ucapan saya jika saya hanya ingin kamu percaya, ini janji saya Aiby!"
Tatapan Bintang mengunci seluruh pergerakan Aiby. Gadis itu terperangkap dalam manik gelap yang kini menyorotnya dengan tatapan tajam. Bukti keyakinan terlihat jelas di sana. Mungkin saja Aiby bisa mempertimbangkan ini untuk kembali percaya?
Tinn
Klakson dari kendaraan di belakang mobil Bintang membuat skinship keduanya terputus. Bintang kembali menjalankan mobilnya. Membiarkan Aiby diam memikirkan apa yang ia ucapkan. Biarkan saja, begini cukup. Terlepas dari kejadian di masa lalu sepertinya Bintang benar-benar ingin menjaga dan melindungi gadis itu. Si gadis berkepang satu dengan baju merah muda itu kini sudah dewasa. Tumbuh dengan sangat baik, terlihat semakin cantik dan selalu menggemaskan dalam ekspresi apa pun. Bintang berharap apa yang terjadi pada gadis itu semesta membiarkan Bintang untuk selalu menjaga dan melindunginya.
Ya, sepertinya pilihan untuk masuk dalam kehidupan Aiby adalah pilihan yang tepat. Mengingat hatinya sendiri sudah jatuh terlalu dalam pada pesona manik coklat yang selalu berbinar itu beriringan pula dengan ia yang akan menepati janjinya pada lima belas tahun yang lalu.
📍📍📍
Hi guys, Hope you enjoy this part yah😁😘😘😘