Larisa and The Ice Boys

By IndriyaniTasya

135K 6.7K 1.5K

Larisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya... More

01. start
2. cewek gak punya hati
3. day two
4. Tak disangka
5. Apa pedulimu
6. pemotretan sama dia lagi
7. Telat lagi
8. malu
9. masa yang indah
10. cemburu
11. insiden
12. aku akan menemanimu
13. Terungkap
14.Night
15. Jam Bebas
16. Pulang
17. ke mall bareng
18. Harusnya lebih lama
19. Razia
20. kamu baik
21. Bersamamu
22. Sunday
23. ungkapan dalam mobil
24. Naik motor
25. pemotretan sama pacar
26. Hukuman
27. Berteduh
28. Dia sakit
29. Mencoba Berbaikan
30. Baikan
31. Pertandingan
32. Weekend
33. Murid Baru
34. Aksi Nesya
35. Ketakutan Larisa
36. Kotak Teror
37. Kekesalan
38. First Day
39. pangeranku sakit
40. Last Day
41. Full Time
42. Tanpa Dia
43. Tuduhan Palsu
44. Tabrakan
45. Jakarta
47. Penyidikan
48. Taman RS
49. Mencari Bukti
50. Back to home
51. Sedikit terkuak
52. Tuan Puteri
53. Pria Misterius
54. Tamu sialan
55. sad night
56. Sedikit Lagi
57. Akhirnya
58. Happy Birthday Larisa (End)
Info

46. Ketulusan

1.4K 115 29
By IndriyaniTasya

Vote dulu :*
Yang gak pernah vote dari part awal sampai part ini siapa sih?
Kok gak sopan 😂

°°°
Farel terkejut dengan apa yang diucapkan gadisnya, ucapan penuh luka yang diiringi isakan sendu dan tetesan air mata yang pedih, pernyataan lumpuh yang diucapkan gadisnya berulang-ulang membuat tubuhnya terdiam.

"Jadi aku minta kamu jauhin aku Rel, dan sekali lagi aku tekankan ke kamu, aku hanya akan menjadi parasit dalam hidupmu."

Keheningan terjadi beberapa detik, Farel seolah terdiam membeku di tempatnya, sedangkan Larisa masih sesenggukan dan takut dengan reaksi lelakinya.

Setelah keheningan itu terjadi Farel memilih jongkok di depan Larisa, wajahnya mendongak ke atas menatap gadisnya.

"Aku gak bisa pergi hanya karena alasan itu." Ucap Farel hangat, jemarinya kembali menggenggam tangan Larisa, Namun ditepis oleh gadis itu.

"KAMU BILANG HANYA?? REL, KAMU NGERTI GAK SIH YANG AKU UCAPIN! AKU LUMPUH REL, LUMPUH! BUKAN SAKIT RINGAN YANG AKAN SEMBUH ESOK HARI! BUKAN SAKIT YANG AKAN SEMBUH HANYA DENGAN MINUM OBAT! SEKALI LAGI AKU BILANG KE KAMU, AKU LUMPUH!"

gadis itu berteriak di depan kekasihnya, diiringi isak tangis sendu yang mengalun bagai musik paling menyakitkan saat memasuki pendengaran lelakinya.

"APA KAMU GAK PERCAYA KALAU AKU LUMPUH? APA KAMU GAK PERCAYA JIKA AKU TIDAK BISA BERDIRI TEGAK SAAT INI! REL, KAMU HARUS TAU JIKA KAKI INI SUDAH LUPA CARA BERJALAN BAHKAN LUPA CARA MENAPAK DI TANAH DENGAN TEGAK!" Larisa mencoba bangkit dari duduknya, gadis itu mencoba berdiri di depan lelakinya.

'bruk'
Saat itu juga Larisa terjatuh membentur dinginnya lantai rumah sakit, Farel tersentak ia segera menolong gadisnya, namun lagi-lagi Larisa menolak, menepis lengan Farel yang akan membopongnya.

Jika saja Larisa tau, bahwa sebenarnya perasaan Farel juga ikut tersayat melihat keadaannya saat ini.

"LIHAT REL! LIHAT! AKU JATUH! BAHKAN UNTUK BERDIRI BEBERAPA DETIK SAJA KAKI INI TAK MAMPU, ITU ARTINYA AKU BENAR-BENAR LUMPUH! AKU LUMPUH! APA KAMU MASIH BELUM PERCAYA? APA AKU HARUS MENCOBA BERDIRI DAN TERJATUH DI HADAPAN KAMU SEKALI LAGI?" Larisa berpegangan pada pinggiran ranjang mencoba untuk berdiri lagi.

"Ris, aku minta sama kamu, berhenti maksain diri kamu." Farel menahan pergerakan Larisa dengan meraih kedua tangannya.

"SEBERAPA BESAR AKU MAKSAIN DIRIKU, SEMUANYA AKAN TETAP SAMA, AKU HANYALAH GADIS LUMPUH YANG TENGAH DI PERBINCANGKAN DI LUAR SANA!" gadis itu mengeluarkan isi hatinya pada lelaki di hadapannya, isakannya semakin menjadi-jadi, bahkan dadanya terasa begitu sesak.

"DAN KAMU TAU REL? UNTUK KELUAR DARI RUANGAN INI SAJA AKU TAK PUNYA NYALI, TELINGA INI TAK AKAN SANGGUP MENDENGAR PERTANYAAN SAMPAH DI LUAR SANA!!"

"BUKAN HANYA ITU, KARIR MODELING YANG AKU IMPIKAN SEJAK DULU AKAN HANCUR BEGITU SAJA! TAK AKAN ADA AGENSI YANG MAU MENERIMA MODEL LUMPUH SEPERTIKU! REL, RASANYA DUNIAKU SUDAH HANCUR! BAHKAN DIRIKU SENDIRI TAK TAU APA AKU AKAN SANGGUP MENERUSKAN HIDUPKU!"

"DETIK INI AKU MERASA HIDUPKU TAK BERGUNA! MENGHABISKAN HARIKU DI ATAS KURSI RODA DAN ORANG DI SEKITARKU AKAN MENATAPKU IBA! RASANYA AKU TAK AKAN MAMPU!" teriakan Larisa terdengar semakin serak, nafasnya tercekat seolah tengah menahan sesuatu di dalam dadanya.

"RIS, berhenti rendahin diri kamu! Kamu gak sendiri hadapin ini semua, aku akan coba menjadi kaki untuk kamu"

"REL, SEMUANYA TAK AKAN SAMA! DUNIAKU AKAN TERASA BERBEDA, MUNGKIN AKAN LEBIH BAIK JIKA TUHAN MENGAMBIL NYAWAKU WAKTU ITU!"

"Ris, tak ada yang lebih baik jika aku kehilangan kamu!"

" I will stay with you so please don't tell me to go." Lanjut Farel seraya menatap manik gadisnya.

"Kenapa Rel? Aku hanya akan menjadi parasit buat kamu! aku akan menjadi beban dalam hidup kamu!" Suara Larisa mulai melemah.

"Kamu bukan parasit Ris, bahkan jika kamu berkata kamu pisau untukku, aku akan tetap mendekapmu erat, karena apa? karena rasa nyaman itu ada hanya saat aku bersamamu."

Farel kini membawa Larisa ke dalam pelukannya, mendekap erat gadisnya.

Ucapan Farel mampu membuat Larisa diam, apa dia sanggup mengusir kekasihnya, bahkan setelah mendengar untaian kata yang mampu membuat darahnya berdesir dan hatinya luluh.

"Kamu laki-laki bodoh Rel yang tetap bersamaku bahkan saat aku mulai membenci duniaku." Larisa berucap seraya memukul ringan lengan kekasihnya, gadis itu masih menangis di dalam dekapan nyaman lelakinya.

"Dan kamu gadis beruntung yang bisa memiliki lelaki itu."

Tangan Farel mengelus pelan surai hitam gadisnya, lelah ditubuhnya seakan menghilang setelah melihat Larisa, namun tidak untuk pikirannya yang terus menerka-nerka, ada apa sebenernya, mengapa bisa gadis dalam dekapannya ini mendapat rumor sampah di luaran sana? Dan apa penyebab gadisnya mengalami kecelakaan sehingga membuat kedua kakinya tak bisa berjalan lagi?

Farel memilih membopong Larisa, membuat gadis itu kini terbaring di atas ranjang rumah sakit.
Bola mata Larisa terasa perih, kelopak mata indahnya ingin sekali terpejam, melanjutkan tidurnya yang baru beberapa jam.

Begitu juga dengan Farel yang belum tidur sama sekali, perjalanan yang panjang membuat lelaki itu berjaga dan sibuk memikirkan gadisnya.

Farel membenarkan letak selimut Larisa, matanya melirik ke luar jendela yang masih terlihat petang, mungkin waktu masih menunjukkan pukul 04.10 WIB.

"Ris, aku istirahat bentar di sini boleh?"

Larisa mendadak gugup, matanya mengerjap berkali-kali, seranjang dengan Farel pasti akan membuat jantungnya seperti lari maraton, padahal gadis itu berpikir jika Farel akan jijik padanya, namun kenyataannya tidak, lelaki itu bersikap seperti sebelumnya.

"Bo,,leh."

Farel melepas sepatunya, lantas ikut berbaring di samping gadisnya, jarak yang begitu dekat membuat Larisa semakin gugup, belum lagi tidur satu bantal bersama lelaki itu membuat nafas Larisa tercekat.

Farel menghadap kearah Larisa, memandang manik hitam yang beberapa hari ini tidak dilihatnya, tangannya menyingkirkan beberapa helai rambut yang menjuntai menghalangi penglihatan gadisnya, mengusap dengan pelan pipi yang terdapat goresan luka di sana.

Jika saja kondisi bisa diputar balikkan ia rela menggantikan posisi gadisnya sebelum kecelakaan waktu itu, ia tau kondisi ini sangat sulit untuk Larisa, begitu juga untuk dirinya, memandang wajah gadisnya yang sendu membuat perasaannya berkali-kali ikut tersayat.

"Jangan pernah berpikir untuk pergi dari dunia ini Ris, karena duniaku akan ikut hancur detik itu juga." Farel berucap sebelum memejamkan matanya.

Tangan Farel berpindah memeluk pinggang Larisa, lelaki itu mulai memejamkan matanya, sedangkan Larisa tengah mati-matian agar detak jantungnya yang begitu cepat tidak terdengar oleh lelaki di sampingnya saat ini.

°°°
Sinar mentari yang sudah naik setinggi tombak berhasil menyilaukan mata Larisa, gadis itu mengerjapkan kelopak matanya pelan.
Rentinanya menatap Farel yang masih terlelap di sampingnya.

Jemari Larisa bergerak menyusuri wajah tampan kekasihnya, bermula dari kelopak mata yang terlihat damai saat terlelap, garis hidung yang mancung, berpindah ke bibir merah penuh yang begitu menggoda, Larisa berhenti lama di sana, bibir itu sering mengeluarkan kata-kata yang begitu manis untuk didengar.

Farel yang baru saja terbangun lantaran sebuah tangan mungil menyentuhnya membuat lelaki itu membiarkan tingkah gadisnya, namun ia merasa gemas saat tangan itu menyentuh bibirnya.
Tanpa membuka matanya Farel menahan tangan Larisa yang berada di bibirnya lantas mengecupnya berkali-kali, aksinya mampu membuat pipi Larisa memerah.

"Mandi gih Rel," titah Larisa, ia ingin Farel segera pergi dan tak melihat pipinya yang tengah merona.

"Drrt,,drttt,, drttt."
Suara getaran ponsel Farel di atas nakas mampu membuat dua pasang mata mengalihkan pandangannya.

Farel turun dari ranjang lantas melihat layar ponselnya yang menampilkan nama temannya 'surya tampan' padahal seingatnya Farel tak pernah menyimpan dengan nama tersebut.

"Woy kulkas, Lo kemana aja njing udah pagi gak balik-balik ntar siang kan ada jadwal tanding!"

"Sorry gue gak bisa lanjut." Ucap Farel dengan tenang, bahkan raut wajahnya begitu dingin tak berekspresi.

"Eh Lo kira nih tim punya buyut Lo main bilang gak bisa lanjut! Lo kemana! Udah gue cari keliling Semarang gak nemu juga! Lelah hayati bang!"

"Gue di Jakarta."

"Gila! Lo ngapain ke Jakarta! Rel otak Lo masih di dalem kan? Pikiran Lo masih waras kan? Lo gak ketempelan sama mbak-mbak bolong kan?,,"

Farel tak mendengarkan celotehan temannya itu, jemarinya sibuk mengetikkan pesan pada pak Bambang pelatih basketnya, timnya pasti membawa pemain cadangan, toh buat apa jika tak digunakan, sudah jauh-jauh dari Semarang ke Jakarta sayang kan jika hanya sebagai cadangan, selepasnya Farel mengakhiri sepihak panggilannya dengan Surya.

°°°
Farel baru saja keluar dari kamar mandi, lelaki itu sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Rel, sini biar aku yang keringin."

Farel memilih mendekat pada Larisa, gadis itu sedang duduk di atas ranjangnya.
Larisa kini tengah sibuk mengeringkan rambut kekasihnya, rasanya jantungnya seakan ingin lompat dari tempatnya, bagaimana tidak jarak yang begitu dekat dan penampilan Farel yang memikat, mata lelaki itu menyipit lantaran menghindari tetesan air, deru nafas hangatnya begitu terasa menerpa wajah Larisa.

Larisa mencoba menghilangkan kegugupannya dan mencoba fokus dengan kegiatannya.

"Rel, u,,dah." Cicit Larisa lantaran Farel menatapnya begitu intens.

Lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya pada gadis yang kini diam terpaku didepannya, membuat jarak itu semakin terkikis, hingga kini hidung Farel berhasil bersentuhan dengan hidung gadisnya.
Larisa semakin gugup dibuatnya.

"I love you Larisa Natasya." Suara Farel memberat, matanya menatap dalam manik gadisnya.

Farel kini memilih mendaratkan kepalanya pada leher jenjang Larisa, menghirup dalam-dalam aroma strawberry yang sudah menjadi candunya.

Larisa masih mencoba menormalkan degup jantungnya yang sudah tak bisa di kondisikan.

'Tok,,tok,,tok'
Sebuah ketukan diiringi suara knop pintu yang terbuka membuat Farel kembali menegakkan tubuhnya.

Dua orang laki-laki dengan seragam berwarna cokelat bertubuh tegap tengah berdiri di ambang pintu.
Tanpa disuruh keduanya memasuki ruang rawat Larisa.

"Selamat pagi,,apa benar ini dengan saudara Larisa?" tanya salah seorang lelaki tersebut.

Larisa mengangguk pelan seraya menjawab dengan gugup "Iya be,,nar."

"Kami dari aparat kepolisian yang di tugaskan untuk melakukan penyidikan lebih lanjut atas dugaan bahwa anda adalah pengedar narkoba."

'Deg'
Tubuh Larisa seakan kembali melemah, ingin sekali mulutnya meneriaki orang di luar sana dan berkata dengan lantang bahwa dia tidak melakukannya, namun nyatanya tak akan ada yang percaya nantinya.

***
Thanks for reading :*

Author cuma minta 50 vote di part sebelumnya kesampaian huhu

Maunya gak update tapi pasti ada yang nungguin, tapi gak tau juga seh atau author aja yang ngerasa kali ya :')

Luangkan waktu kalian beberapa detik saja untuk menekan bintangnya, author udah luangin waktu berhari-hari buat bikin satu chapter, apa seberat itu kah hanya untuk menekan bintangnya? Apa ceritanya gak layak ya buat di kasih vote :')

Perasaan kalian setelah membaca part ini?ehehe
Kalian pengen ada adegan apa di part selanjutnya?

Tandai jika ada typo :)

Terimakasih banyak buat yang meluangkan waktu berharga kalian untuk vote dan komentar di part sebelumnya :*

See you next part

Continue Reading

You'll Also Like

648K 48.1K 57
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.1M 65.9K 33
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
402K 31.3K 42
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
2.1M 96.4K 69
Herida dalam bahasa Spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...