SAVAGE (End)

By Diahayu_Sn

963K 112K 12.5K

Dia Zetta. Gadis SMA dengan jabatan Nona Boss di sebuah geng yang semua anggotanya berisikan murid laki-laki... More

Prolog
1. Pertandingan
2. Pemilihan Ketua OSIS
3. Mata-mata
4. Terciduk
5. Pretty Savage
6. Bad Plan
7. Duel Geng
8. Perkelahian
9. Ancaman
10. Black Angel
11. Murid Baru
12. Behind The Scene
14. Nightmare
15. Lady Rose
16. Moment
17. Camping
18. Tears And Angel
19. Drama di tengah hutan
20. Romantic Man
21. Arena Tembak
22. First date
23. Broken Heart
24. Don't Cry
25. Nostalgia
26. Invitation Party
27. Dark Insident
28. Something Wrong
29. Back To Love
30. Revenge
31. Nothing More than Liar
32. Rise up
33. Firasat
34. Nothing Drama
35. Boom!
36. Alfa Leon
37. Falconer Kingdom
38. Rain To Remember
39. Just The Worry
40. Step by Step
41. Broken Trust
42. Never Give Up
43. Adaptation
44. Sabotase
45. Stay With Me
46. Jealous
47. Just A Loser
48. Only Love to hate
49. Lost Everything
50. Happy Ending
Hiden Part.48 Who Is He
51. Everyone is Gone
52. She's Fine but Broken
End
Extra Part

13. Fitting dress

18.1K 2K 62
By Diahayu_Sn

Play: Dewa 19-Cukup Siti Nurbaya

——————————————

🍂

Zetta mengedarkan pandangannya kala memasuki sebuah tempat bising yang berisi orang-orang yang haus akan dunia malam. Aroma rokok hingga alkohol mulai menusuk indra penciumannya ketika satu persatu laki-laki mencoba mendekatinya. Baru saja memasuki tempat maksiat itu Zetta langsung disambut laki-laki yang setengah mabuk. "Sendirian, Neng? Yuk sama abang aja," ucap laki-laki seraya mencolek dagu Zetta.

Zetta langsung menepis tangan laki-laki itu dengan kasar. "Abang ojol lo?" celetuk Zetta.

"Wah, ngelawak nih cewek. Tapi nggak apa-apa, yang penting cakep. Boleh lah semalem aja." Laki-laki itu melihat Zetta dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan siulan menggoda.

"Otak lo nggak usah traveling kalau lihat gue. Gue tahu gue emang cakep. Tapi sorry sorry aja, nggak doyan modelan kayak lo. Minggir!" celetuk Zetta seraya mendorong laki-laki itu menyingkir darinya dan memasuki privat room di club itu.

Di dalam sudah ada sesosok laki-laki sedang bersenang-senang dengan dua perempuan berpakaian minim di pangkuannya membuat Zetta memutar matanya malas. Kemesraan mereka bertiga membuatnya ingin muntah. "Draco," panggil Zetta dengan nada tak acuh pada laki-laki itu dari ambang pintu.

Spontan mereka bertiga menoleh ke sumber suara dan laki-laki itu melebarkan senyumnya. "Wait the minutes, Ladies," ucapnya seraya mencolek dagu kedua perempuan itu bergantian lantas menghampiri Zetta.

"Long time no see, Pretty." Laki-laki yang dipanggil sebagai Draco itu melentangkan tangannya seraya menuntun Zetta untuk duduk di sofa berwarna merah. Karena merasa tidak nyaman Zetta dengan kasar menurunkan tangan Draco dari bahunya. "Nggak usah banyak basa-basi. Buruan bawa kesini pesenan gue!" bentak Zetta.

Tiba-tiba Draco terkekeh remeh. "You never change. That's i miss from you. Mulutmu yang pedas, but... i like it," ucapnya sembari mengambil sesuatu dari dalam laci nakas yang ada di sebelah sofa itu. Zetta pun memutar matanya dengan malas. "Whatever."

Draco lalu memberikan sebuah kotak hitam. Zetta pun menaikkan sebelah alisnya melihat kotak itu dan Draco bergantian membuat laki-laki bertindik di kedua telinga itu bergidik tak acuh. Setelah membuka kotak hitam itu mata Zetta berbinar melihat isi di dalamnya berisi pistol Desert Eagle dengan sentuhan titanium gold. Pistol impianya yang akhirnya mampu dia miliki.

Sementara Zetta mengagumi pistol itu Draco duduk dengan minyilangkan kaki dan tangannya terulur di belakang Zetta. Dia juga mulai menghisap rokok elektriknya dan mengembuskan asap yang mengepul ke arah Zetta sehingga membuat gadis itu mengibaskan tangan untuk mengahalau asap dari hidungnya. "Fuck you, Draco! jangan ngerokok di depan gue!"

Draco lagi-lagi terkekeh remeh. "Wow, bahkan kau juga belum tebiasa dengan hal seperti ini, tapi bisa menjadi gang leader?"

"Sorry, geng gue bukan geng haus dunia gelap kayak lo!" bantah Zetta.

"Naif sekali, kamu My Pretty. Kamu lihat saja berapa banyak anak buahmu yang setia. Pasti tidak ada lima persen dari mereka. Selebihnya hanya untuk ketenaran, memanfaatkanmu, membicarakan keburukanmu di belakang dan tak sedikit juga yang ingin berakhir di ranjang bersamamu."

Plak! Tamparan keras dari tangan Zetta mendarat di pipi Draco. Laki-laki itu pun menyeringai dengan tawa ringannya. "Fine, tidak perlu kita lanjutkan membahas yang lain. Bagaimana kalau membahas tentang kita berdua?" Tangan kekar Draco yang penuh tato menyibak rambut Zetta yang terurai dan mulai mendekatkan wajahnya pada Zetta hingga hembusan napas hangat terasa di leher Zetta. "Let's spend the night with me," ucapnya membuat Zetta merinding seketika dan spontan mendorong tubuh Draco menjauh darinya.

"Don't try anything with me, Draco!" bentak Zetta dengan lantangnya. Lagi-lagi Draco terkekeh remeh sembari mengangguk paham. "Yayaya, I know. Kau hanya ingin menghabiskan malam bersama Black Angelmu itu, bukan?

Emosi Zetta sudah mulai tersulut hingga gadis itu berdiri menodongkan pistol pada Draco. "Shut up, Draco! Apa lo mau mulut kotorlo itu gue tembak?" ancamnya. Spontan Draco mengangkat kedua tangannya dengan saliva yang turun naik di kerongkongan.

"Okay, calm down, Baby... Calm down," ucap Draco menahan Zetta untuk melakukannya. Bagaimana tidak takut kalau pistol yang dipegang Zetta bukanlah pistol sembarangan. Salah-salah habislah nyawanya di tangan gadis itu.

Zetta membuka jaket kulit hitam yang dikenakannya lantas mengambil sebuah amplop coklat dan melemparkannya pada Draco. Dengan cekatan Draco pun menangkapnya. Laki-laki itu menyeringai puas mengintip isi di dalamnya bertumpuk-tumpuk uang berwarna merah.

"Urusan kita udah selesai. Jangan sekali-kali lo ganggu gue maupun Vincent!" Zetta memasukkan pistol itu di balik jaketnya lantas melenggang begitu saja. Kepergian Zetta membuat Draco menatap punggungnya dengan seringaian remeh.

🍂

Udara pagi hari di ruangan kepala yayasan mendadak menjadi panas. Seolah air conditioner di dalamnya tidak berfungsi. Itu karena ketegangan yang dirasakan kepala sekolah SMA Pelita dan Lentera serta kepala yayasan menghadapi Alfa dan Zetta. "Ini peringatan terakhir untuk kalian berdua. Kalian diskors selama satu minggu. Dan setelah masa skors selesai tapi kalian masih membuat ulah, terpaska kalian di drop out dari sekolah masing-masing," ucap kepala sekolah SMA Lentera dengan tegas.

Alfa dan Zetta mengembuskan napas lega bersamaan di hadapan kepala sekolah mereka dan ketua yayasan sehingga membuat ketiga petinggi itu mengernyitkan kening. Dua murid pembuat ulah itu puas akhirnya penderitaan mereka berakhir. Diskors tidaklah buruk bagi mereka. Justru mereka menganggapnya sebagai hadiah karena mereka tidak harus saling bertemu dan beradu mulut lagi.

Setelah keputusan skors dijatuhkan Alfa dan Zetta pun bergegas pulang. Di koridor kantor yayasan Zetta melihat Alfa berjalan mendahuluinya. Penampakan laki-laki itu sangat mengganggunya hingga akhirnya dia menarik ransel Alfa yang disampirkan di sebelah bahu. Alfa pun sampai mendengus sebal karena badannya sampai terhuyung ke belakang. "Apa lagi sih, Prit?" tanya Alfa dengan raut wajah datar penuh penekanan.

Bentakan Alfa itu membuat Zetta kesal. "Biasa aja, kali..." gerutunya.

Alfa menghela napasnya dengan jenuh. Berurusan dengan titisan Nyi Blorong memang tidak akan ada habisnya. "Ngapain lo tarik-tarik tas gue? Pengen punya punya juga?" tanyanya dengan penuh kekesalnnya.

"Idih, ransel gocap aja bangga. Gue mau interogasi lo. Kenapa lo kemarin nyari-nyari kesempatan peluk-peluk gue?" tuduh Zetta tanpa basa-basi.

Lantas Alfa pun membantah tuduhan itu. "Siapa yang peluk-peluk elo, Blorong emprit? Yang ada elo yang peluk-peluk gue!"

"Dih, Nggak mau ngaku lagi. Terus kenapa kemarin gue basah semua? pasti lo ngilerin gue, kan? ngaku lo! hayo ngaku, nggak!" Interogasi Zetta yang tanpa jeda itu membuat Alfa mengorek telinganya dengan telunjuk. Gendang telinganya seolah hampir meledak mendengarnya.

"Emang dasar cewek nggak tahu diri. Asal lo tahu aja lo kemarin kena sawan. Teriak-teriak kayak orang gila habis itu pakai peluk-peluk gue segala. Gue heran kok cewek kayak lo bisa kerasukan. Harusnya kan setannya takut duluan lihat lo!" ucap Alfa.

Zetta pun tampak memikirkan perkataan Alfa. Gadis itu mencoba mencari kebenaran ucapan dari cowok gila itu. Hingga beberapa detik kemudian Zetta merasa malu lantas berlari meninggalkan Alfa. Alfa berharap gadis itu mengucap maaf dan terimakasih. Tapi, ternyata Alfa salah berharap. Gadis titisan Nyi Blorong seperti Zetta tidak akan mungkin merendahkan dirinya di hadapan orang lain meskipun dia sendiri yang salah. 

🍂

Zetta menarik ucapannya kalau diskors itu menyenangkan. Nyatanya dia merasa bosan menghabiskan waktu hanya di dalam kamar. Tidak bisa menganiaya Nichole, menistakan Vano, membuat kesal Dave, menjaili Marcel maupun menggoda Putra. Bahkan orang tuanya juga melarangnya keluar rumah.

Gadis itu membanting tubuhnya di atas kasur dengan seenaknya. Ya, begitulah kehidupan Zetta selama masa skors. Menjadi rapunzel yang terkurung dalam kamar. Atau menjadi snow white yang menunggu pangeran membangunkannya dari tidur panjang. Seperti cerita yang pernah dia baca dari buku pemberian Putra.

Mendadak Zetta menjadi gadis overthinking. Dia memikirkan ucapan Alfa. Sudah lama traumanya itu tidak kambuh dan sialnya harus kambuh di depan Alfa. Secara tidak sengaja Zetta telah menunjukkan kelemahannya di depan musuhnya. Zetta pun mengusap wajahnya dengan kasar karena kesal pada dirinya sendiri.

Tak hanya itu saja. Zetta juga teringat ucapan Draco. Dia akui dia juga belum bisa mempercayai anak buahnya seratus persen. Mereka hidup dengan kepala yang berbeda. Sudah pasti isi di dalamnya juga berbeda.

Zetta tidak bisa mengendalikan mereka semua untuk mengikuti apa keinginannya. Mungkin secara kasat mata mereka berada di pihaknya, tapi entah bagaimana dalam hati dan pikiran mereka yang sebenarnya. Zetta hanya bisa sedikit demi sedikit mensugesti pola pikir mereka untuk sejalan dengannya.

Belum juga selesai pikiran Zetta berkelana tiba-tiba buyar begitu saja lantaran mendengar suara Kanjeng Mami yang memanggilnya. "Zetta, makan siang dulu!" teriak Sharena dari ruang makan.

Dengan rambut acak-acakan seperti singa depresi Zetta melangkah menuju ruang makan. Kakinya menginjak satu persatu anak tangga dengan malas-malasan seolah kehilangan semangat hidup. Setelah sampai di ruang makan Zetta membelalakkan matanya dan spontan memekik kencang.

"Grandpa, Grandma? Oh, God... akhirnya Engkau kembalikan makhluk antik yang Zetta punya," teriak Zetta dengan hebohnya melihat sepasang lansia berdiri menatapnya dengan senyuman.

Sharena dan Feral pun dibuat mengerutkan keningnya mendengar teriakan anak gadisnya itu. "Kamu pikir Grandpa sama Grandma benda bersejarah?" ucap Sharena dengan kesal. Meskipun sudah tahu anaknya itu suka berbicara asal Sharena masih saja tak habis pikir dengannya.

"Sudahlah, Sharena anakmu ini kan memang unik, biarkan dia berkata semaunya," ujar Fredi Grandpa Zetta.

Zetta lantas melentangkan tangannya lebar-lebar dan berlari ala slowmotion ke arah Grandpanya. "Oh, Grandpa i miss you so." Fredi pun juga melentangkan tangan untuk menyambut cucu kesayangannya itu.

Sampai di depan Fredi Zetta ternyata melewatinya begitu saja. Alih-alih memeluk Grandpanya justru Zetta memeluk Grandmanya sehingga membuat laki-laki usia senja itu geleng-geleng kepala.

"Katanya masih tiga bulan lagi pulangnya?" tanya Zetta sembari bergelayut manja pada Venita sang Grandma.

"Setelah mendengar kabar kamu mau dijodohkan, kondisi Grandpa langsung membaik. Grandpa sudah tidak sabar menunggu perjodohan kamu," jawab Venita seraya mengusap punggung Zetta yang masih erat memeluknya.

Zetta langsung mengurai pelukannya dan memutar mata malas. "Perjodohan, perjodohan, perjodohan. Itu terus yang dibilang. Ini kan sudah bukan zaman Siti Nurbabi," keluhnya.

Mendengar ucapan Zetta yang tidak karuan Sharena pun mengetuk kening Zetta dengan sendok nasi. "Siti Nurbaya, Zetta! Kalau bicara mulutnya digunakan yang baik!"

Zetta pun menganduh pelan lantas mengusap keningnya yang mungkin saja sudah benjol karena mendapat ketukan laknat dari sang Mami. "Iya,  Mami maaf."

Hal yang biasa terlihat di keluarga itu ketika Zetta dan maminya bertengkar seperti kucing dan tikus. Bahkan bukan hanya dengan maminya saja, tapi dengan papinya pun sama. Justru jika keluarga itu tidak bertengkar artinya mereka sedang tidak baik-baik saja. "Lagian Zetta kan masih kecil, Grandma. Kalau Zetta menikah masa Grandma rela kehilangan cucu yang cantik jelita ini?" ucap Zetta.

"Zetta jangan khawatir. Sedewasa apa pun kamu tetap cucu kecilnya Grandma. Pernikahan kamu tidak akan mengubah anggapan itu, oke?" ucap Venita meyakinkan Zetta. Kata-kata wanita itu memang manis, tapi beracun bagi Zetta. Memang sulit mencari dukungan di keluarganya sendiri untuk berada di pihaknya.

"Sudah sudah, lebih baik kita cepat makan setelah itu kita fitting dress untuk acara sabtu malam nanti," ucap Fredi mengalihkan pembicaraan.

Zetta langsung mengernyitkan kening. Dia sudah mulai curiga dengan ucapan Grandpanya. "Sabtu malam ada apa, Grandma?" tanya Zetta.

"Kan kita akan bertemu dengan calon suamimu!" terang Fredi. Zetta pun dibuat tersedak mendengarnya dan tersenyum penuh beban. "Kenapa kalian baik sekali sampai repot-repot menjodohkan Zetta?"

🍂

Sampai di butik langganan keluarga Bramasta mereka mulai mencoba pakaian masing-masing. Dari mereka berlima hanya Zetta yang terlihat tidak berselera. tentu saja karena dia satu-satunya orang yang tidak menginginkan acara itu benar-benar terjadi. Semoga saja Tuhan berbaik hati mau menghentikan waktu untuk tidak akan berjalan ke masa depan. Sehingga Zetta tidak akan bertemu dengan calon suaminya itu.

"Kamu coba ini, pasti cantik sekali." Venita menunjukkan Zetta gaun berwarna merah menyala namun terlihat anggun untuk dipakai wanita-wanita berkelas. Sayangnya tawaran Grandmanya mendapat penolakan halus dari Zetta. "Ih, Grandma itu kayak tante-tante. Zetta nggak suka."

"Gimana kalau yang ini?" tanya Venita lagi dengan meunjukkan gaun berwarna putih. Zetta lagi-lagi menolaknya. "Kok putih sih Grandma? Grandma mau Zetta kayak kuntilanak?" ucap Zetta lagi.

Venita sudah kehabisan akal untuk mencarikan gaun Zetta. Wanita itu menghela napasnya dengan jenuh. "Lalu kamu sukanya yang seperti apa, Zetta?" tanya Venita dengan lelah. Sudah gaun ke sepuluh dia tawarkan, tapi jawaban tetap sama. Intinya dia hanya mencari-cari alasan agar tidak menemukan gaun yang pas sehingga pertemuan dengan calon suaminya diurungkan.

"Pokoknya warna hitam. Selain hitam Zetta nggak mau! Lebih baik Zetta pakai tank top sama hot pants aja," ucap Zetta dengan spontan saking kesalnya.

Venita pun memijit pelipisnya karena dibuat pusing oleh gadis satu itu. Venita salut pada Sharena yang setiap hari harus menghadapi gadis menyebalkan seperti Zetta. Bagaimana mungkin Sharena tidak berpotensi mengalami stroke diusia muda.

"Ya sudah, Grandma minta mbaknya carikan dress hitam untuk Zetta." Kurang beruntung apa Zetta punya Grandma yang baik hati. Wanita tua itu lantas memanggil pegawai di tempat itu. "Mbak, tolong bawakan ke sini semua koleksi dress hitam terbaik yang ada di butik ini!" ucap Venita pada pegawai itu.


To be continue....

Siap-siap ketemu sama calon suami Zetta untuk part selanjutnya

Vote sama komennya jangan lupa

Jangan lupa juga Follow akun aku atau masukin cerita ini ke reading list kalian biar tau updatenya.

DRACO

See you next part 💞

Continue Reading

You'll Also Like

420K 11.3K 10
Keysha Azzura Mahesa gadis cantik dengan jutaan topeng yang dia miliki. Semua mengira dia hanyalah gadis tanpa masalah tapi sebenarnya dia jauh lebi...
36.4K 3.8K 59
(REVISI SUDAH SELESAI. SELAMAT MEMBACA!) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA]🙏🏻💝 {Completed} # 1 suram (17 November 2020) # 1 stronggirl (13 Oktober 2021) #...
618K 62.5K 118
Alice Zaline Elvina, satu-satunya anggota wanita yang tergabung ke dalam gangster bernama RedBlue Eyes atau di singkat R.BE. Identitas Alice tak pern...
2.3M 129K 52
Ini kisah tentang mereka yang awalnya tak acuh dan berujung acuh. Ini juga kisah tentang mereka yang berawal dari pura-pura dan berujung nyata. Kisah...