Die Verhaal from Stella

By mizuhakanatashi77

579 61 160

SELAMAT DATANG DI DIE VERHAAL FROM STELLA!! Untuk merayakan even tahunan Montakse Aksara, sekaligus melawan... More

Salam hangat
Prolog
Alice in Wonderland
Blessed Messiah and Tower of AI
Sibling
The last of the curse
Hocus Pocus
Ngapel
Uno Dos Tres
bakeneko love story
Ogak
Lover
Takdir si Kue Jahe
Before Wisteria of Hysteria
The Tale of Six Trillion and Over Night
Under Class
Putri Merpati
The Story Star Light of Stella
Three Hero of Stella the Star Light
The Imitation Fake
Season
Happy Ending for the Evil Witch
Sang Gadis Angin
The Rain
Little Heart
Peter pan, Cinderlla, and Camellia
tagged 1
tagged or tiggred?

Order Made

8 1 2
By mizuhakanatashi77

Jumlah kata : 1.484

Apa kabar kalian di sana? Sudahkah kalian siap untuk mendengar kisah kali ini?

Kisah tentang pilihan.

----------------------------------------------------------

"Gelap sekali. Di mana ini?" Tanyaku.

Saat aku membuka mata, yang pertama kali kulihat adalah kegelapan. Saat aku meraba sekitar aku sadar kalau aku ada di tanah. Tapi aku tidak ingat apapun lagi.

Apa yang terjadi padaku?

Ditengah kebingunganku, tiba-tiba ada cahaya redup muncul. Dan secara samar aku dapat melihat sekitar.

Seperti dugaanku, aku terbaring ditanah. Tapi tempat ini tidak dapat kujelaskan. Tempat ini seperti ruangan luas tak berujung.

Aku mencoba berdiri dan berjalan kearah sumber cahaya. Ternyata sumber cahaya itu berasal dari pohon. Aku tidak berbohong, pohon ini mengeluarkan cahaya seperti kunang-kunang. Menyejukkan hati.

"Hei kau sudah tiba?" sebuah suara menyeru kepadaku.

Saat aku mencari, ternyata suaranya berasal dari sesosok mahluk yang tinggi. Dia berdiri di bawah sisi lain pohon. Mau tak mau aku mendekatinya.

Dia terseyum ramah kepadaku. "Hai Nak, apa kau sudah enakan?"

Aku tidak tahu apa maksud pertanyaannya, tapi aku mengangguk saja.

"begitu ya." Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Masa lalu atau masa depan, akan aku izinkan kau melihanya. Apa yang akan kau pilih?" tanyanya sambil menyerahkan selembar foto dan sebuah bola baseball.

Awalnya aku tidak paham, tapi melihat raut wajahnya yang tenang dan sejuk aku memilih. Aku menunjuk selembar foto tersebut.

"Aku pilih masa lalu."

"Kenapa?"

"Agar aku menjadi seseorang yang kuat. Setidaknya aku bisa jadi orang yang berani," tawaku dengan garing. "Dan agar aku paham apa makna kenangan."

Aku tidak mengerti bagaimana pemahaman itu muncul di benakku. Tapi hatiku bilang kalau aku harus mengatakannya.

Orang itu terseyum hingga membuat matanya menyipit. Dia menghelus kepalaku dan menyerahkan foto tersebut. "Kau memang anak yang berani."

Dalam foto tersebut kulihat sebuah keluarga yang terseyum hangat. Seorang pria dan wanita paruh baya sedang mengendong bayi mungil dan manis. Entah kenapa hatiku merasa senang.

"Nak," katanya sambil menepuk bahuku. "lanjutkanlah perjalananmu. Ikuti sulur-sulur pohon ini hingga kau berhenti di pohon berikutnya."

Aku mengangguk. "Terima kasih tuan," ujarku sebelum pergi. Dia kembali terseyum dan melambai tangan.

Aku kembali berjalan, seperti yang dikatakan pria tadi. Tidak lama untuk menemukan pohon berikutnya. Aku langsung menemukan pohon mungil berwarna merah muda. Di bawahnya terlihat sesosok kecil mahluk.

"Oh! Kau sudah sampai? Sini sini!" teriaknya kala melihatku. Dia sangat heboh.

Tanpa basa-basi dia langsung bertanya padaku sambil menjulurkan permen. "Tangan, kaki, mulut, telinga, mata, dada, lubang hidung, akan kuberi kau masing-masing dua. Bukankah bagus?"

Aku terdiam sebentar memikirkannya. Lalu dengan yakin aku meminta padanya, "aku cukup hanya dengan satu mulut."

"Eeeh, kenapa?" tanyanya dengan kecewa.

"Itu agar aku tidak bertengkar dengan diriku sendiri, dan agar aku hanya mencium satu orang saja."

Dia terdiam mendengarnya, tapi hanya sebentar. Dia kembali tertawa dengan keras. "Kau anak yang menarik. Ini, ambillah permen ini."

Aku mengambil dan memakannya. Seketika itu juga kepalaku terisi dengan potongan-potongan kenangan. Mulai dari yang menyenangkan, menggelikan hingga yang menyedihkan.

Perasaan apa ini? Kenapa aku merasa bahwa aku ingin melupakannya? Tapi kenangan ini tidak bisa lupa? Apa nama perasaan ini?

Tepukan keras dipunggung menyadarkanku. Ternyata sosok kecil itu yang melakukannya.

"Apa yang kau tunggu? Ayo jalan lagi. Ikuti sulurnya, oke?"

"Oh iya." Aku lalu melanjutkan perjalananku. Sebelumnya aku sudah berterima kasih kepada sosok kecil itu yang dibalas dengan lambaian tangan dan tawa yang keras.

Aku kembali berjalan di atas tanah tanpa alas kaki. Seperti sebelumnya, sebentar saja aku sudah melihat pohon yang bercahaya merah. Dah di bawahnya terlihat sesosok yang sedang menggerutu. Tampaknya dia sedang kesal.

"Yah, tidak ada pilihan lain selain melanjutkannya," keluhku. Dengan enggan aku mendekatinya.

Dia langung menyalak ketika melihatku, "kau dari mana saja?! Kenapa begitu lama?!"

aku hanya menunduk dan meminta maaf. Ah, tampaknya akulah yang membuatnya marah.

"Sudahlah. Dengar, hati adalah hal yang sangat penting. Jadi aku akan memberikanmu sebuah lagi hati di dadamu yang satunya. Tidak masalahkan?" katanya sambil terseyum miring. Setidaknya dia tidak lagi cemberut.

Aku merunung agak lama untuk pertanyaan ini. Tapi dengan keberanian dan keyakinan, aku meminta padanya, "terima kasih banyak, tapi aku tidak menginginkan hati di dada kananku." Lalu aku menunduk dalam. "Aku minta maaf aku sangat egois."

"Tapi kenapa?"

"Supaya ketika aku bertemu dengan seorang yang sangat berarti untukku dan memeluknya untuk pertama kalinya, aku tahu kalau kedua hati kami berdetak sama kuatnya." Lalu aku menyentuh dadaku dan dadanya. "Yang kanan dalah milikku, maka yang kiri adalah milikmu."

Tanpa diduga dia ikut berbicara. "Yang kanan adalah milikmu, maka yang kiri adalah milikku, begitu?"

Aku tidak terlalu yakin dia terseyum atau menyeringai, tapi aku ikut terseyum. "Benar. Jadi bagi diriku, aku sedang mencari sesuatu yang hilang dan sangat penting. Dan itu membuatku sadar kalau aku tidak bisa hidup dalam kesendirian."

Dia mendorongku dengan kuat sambil tertawa. "Kau benar-benar anak yang aneh, tapi kau juga adalah anak yang kuat."

Lagi, saat aku mendengar suara tawanya, banyak potongan kenangan yang masuk ke kepalaku. Aku tidak paham, kenangan siapa ini? Aku ingin lupa, tapi aku tidak bisa. Aku merasa bahwa mereka adalah milikku, tapi disaat yang bersamaan aku juga merasa mereka bukan milikku.

Apa nama perasaan ini?

Sekali lagi aku didorong oleh sosok itu. "Kenapa kau melamun? Ayo cepat jalan."

"Ba-baik. Terima kasih." Dia melambai sebentar padaku.

Aku kembali berjalan mengikuti sulur-sulur pohon yang mulai berubah warna. Kali ini warnanya ungu. Di ujungnya terdapat pohon yang memiliki warna yang sama. Di bawahnya sudah menunggu sesosok orang yang terseyum menatapku. Dengan segera aku menghampirinya.

"Yo, apa kau sudah lelah berjalan?"

"Belum."

"Bagaimana dengan pertemuanmu sebelumnnya?"

"Menarik."

"Baguslah. Oh iya, ada satu lagi sebelum kau siap untuk berangkat." Dia mengeluarkan beberapa kaleng minuman. "Apa kau ingin minum cairan 'air mata'?"

Aku kaget mendengar namanya.

"Yah tidak masalah kalau kau tidak ingin. Banyak orang yang berkata ini menyusahkan dan tidak membutuhkannya. Jadi, apa yang akan kau lakukan?"

Dengan terseyum lebar aku meminta padanya, "Aku mau."

"Kenapa?"

"Untuk menjadi orang yang kuat dan berani aku membutuhkannya. Agar aku mengerti apa sesuatu yang penting itu. Dan hanya mengeluarkan air mata untuk sesuatu yang penting tersebut."

"Bagus kalau begitu. nah, di sini ada beberapa rasa dari air mata, pilihlah satu yang kau suka. Ada pahit, asin, pedas, manis. Kau bisa memilih apapun diantar mereka," katanya sambil menyodorkan berbagai kaleng minuman 'air mata'. "Yang mana yang kau pilih?"

Lalu dengan yakin aku mengambil salah satu kaleng dan meminumnya.

Lagi-lagi potongan kenangan memasuki pikiranku. Tapi kali ini aku merasa seperti ikut di dalam kenangan itu.

Ada anak kecil yang menangis dan berteriak pilu kepadaku. "Apakah semuanya sudah sesuai seperti yang kau minta? Jika tidak, tunjukkan wajah sedihmu yang penuh air mata dengan teguh dan jelas. Jangan menyimpannya sendirian."

Tanpa kusadari air mata telah mengalir deras di wajahku. Aku merasakan rasa sedih yang kuat dihatiku. Seperti semua kesedihan yang meluap tiba-tiba dan tumpah saat itu juga.

"Ayo, tunjukkan dengan jelas," katanya sambil merentangkan tangan.

Denga tersedu aku berlari memeluknya dan menangis sekuat-kuatnya. Kami menangis dalam pelukan hangat ini. Semua yang tersimpan di hati keluar bagai air terjun yang deras. Membuat hatiku lapang.

Tepukan pelan yang menenangkan terasa di punggungku. Saat aku sadar, aku telah memeluk sosok sebelumnya yang berdiri di bawah pohon yang bersinar ungu dengan erat. Kenangan tadi telah pergi, namun tersimpan dengan rapi di kepalaku. Aku terus menangis, dan dia terus menenangkanku.

Setelah beberapa saat aku baru bisa berhenti menangis.

"Akhirnya kau sudah tenang," kekehnya sambil meregangkan tubuhnya yang kebas karena kupeluk. "Baiklah sekarang saatnya kau pergi."

"Ke pohon selanjutnya?"

"Bukan. Tapi ke dunia."

"Eh?"

"Kau akan memahaminya nanti."

Walau masih bingung, aku tetap berterima kasih padanya. "Sungguh terima kasih tuan. Aku yakin aku pasti membuatmu kerepotan, seperti sosok sebelumnya."

Dia menggeleng. "Tidak, kau tidak merepotkan. Apa lagi semua sosok yang kau temui itu sama."

"Eh?" lagi-lagi aku terkaget.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Sana pergi, nanti kau terlambat."

"Baiklah. sekali lagi terima kasih." Sebelum aku pergi aku bertanya kepada sosok itu, "bolehkanh aku bertanya sesuatu?"

"Dan apa itu?"

"Pernahkah kita bertemu sebelumnya? Aku merasa familiar denganmu. "

Untuk beberapa saat dia terdiam. Lalu dia terseyum sambil menjawab, "mungkin. Tapi tidak sekarang."

"Hah?"

"Ah, kau semakin bingung ya? Ha ha ha ha." Dia memegani perutnya karena terbahak. "Baiklah, aku hanya akan beritahu kau satu hal."

"Apa itu?"

"Namaku adalah Ichiro."

Belum sempat aku berkomentar, sesuatu menarik kakiku dengan keras. Untuk beberapa saat aku terjatuh dalam kegelapan. Dan perlahan mataku tertutup.

***

Seorang bayi laki-laki telah terlahir kedunia. Tangisannya disambut dengan sukacita oleh semuanya. Sang ibu dan ayahnya ikut menangis bahagia.

"Sayang," kata sang ibu. "Siapa nama bayi kita?"

Sang ayah yang sedang mengamati bayinya di gendongan istrinya berpikir sejenak. "Kurasa aku menemukan nama yang cocok."

"Apa itu?"

"Ichiro. Namanya adalah Ichiro."

-----------------------------------------------------------

Wah, bukankah itu mengejutkan? Ternyata yang di temuinya dan yang menanyainya selama ini adalah dirinya sendiri.

Dan pengalamannya terjadi sebelum dia terlahir. Bukankah bagus jika kita mengalaminya?

Kita bisa membuat keputusan tentang hidup kita.

Ah, bukankah kita sudah melakukannya, hanya saja kita tidak ingat?

Apapun itu, kita tetap menentukan hidup kita sendiri.

Sampai jumpa lagi di cerita selanjutnya.

Continue Reading

You'll Also Like

389K 1.6K 5
ONE SHOOT 21+ If you found this story, u clearly identified as a horny person. So find ur wildest fantasy here and just let's fvck, yall. Underage ki...
169K 732 8
📌 AREA DEWASA📌
56K 8.9K 34
Gatau baca aja!
125K 8.8K 28
Genta adalah seorang anak berumur 16 tahun, dia hidup sendiri orang tuanya meninggal karna kecelakaan tapi dia memiliki teman yang sudah dia anggap s...