Die Verhaal from Stella

By mizuhakanatashi77

579 61 160

SELAMAT DATANG DI DIE VERHAAL FROM STELLA!! Untuk merayakan even tahunan Montakse Aksara, sekaligus melawan... More

Salam hangat
Prolog
Alice in Wonderland
Blessed Messiah and Tower of AI
Sibling
The last of the curse
Hocus Pocus
Ngapel
Uno Dos Tres
bakeneko love story
Ogak
Lover
Takdir si Kue Jahe
Before Wisteria of Hysteria
The Tale of Six Trillion and Over Night
Under Class
Putri Merpati
The Story Star Light of Stella
Three Hero of Stella the Star Light
The Imitation Fake
Happy Ending for the Evil Witch
Order Made
Sang Gadis Angin
The Rain
Little Heart
Peter pan, Cinderlla, and Camellia
tagged 1
tagged or tiggred?

Season

7 1 0
By mizuhakanatashi77

Jumlah kata : 1.512

Hallo lagi semuanya. Apakah kau siap mendengarkan kisah kali ini?

Aku akan bercerita tentang bunga kecil, dewa musim, dan kisah para dewa lain. Sebuah dongeng.

Selamat menikmati.

-----------------------------------------------------------

Pada zaman dahulu kala, saat manusia masih hidup berpindah-pindah. Para dewa telah tinggal dan menetap di dunia sebelum manusia.

Mereka memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Tapi mereka saling menghargai kedudukan dan  peran masing-masing.

Di sebuah bukit di hamparan padang rumput yang sejuk, hiduplah sebuah tunas bunga mungil. Dia tunas yang belum memiliki kelopak dan mahkota. Dia  tumbuh agak terlambat dibanding dengan bunga yang lain.

Merasa kasihan, Dewi bunga memberinya sebuah berkat. Bunga mungil itu pun tumbuh.

Tapi bukan seperti bunga lainnya, dia tumbuh dan memiliki hati. Layaknya dewa dan manusia. Dia telah tumbuh menjadi bunga spesial.

Entah karena Dewi bunga sengaja atau tidak, mahkota dari bunga itu tidak berwarna. Dia hanya memiliki warna hijau seperti tunasnya dulu.

Sang Dewi tidak bisa lagi memberinya berkat,karena itu akan melanggar aturan. Jadi dia hanya bisa berdoa untuk bunga yang sudah dianggap anaknya sendiri.

Bunga tanpa nama itu tidak berkecil hati. Dia bersyukur dan berterima kasih kepada Dewi bunga. Dia senang telah hidup dan dapat memiliki hati.

Karena kerendahan hatinya, Dewa takdir memberinya sebuah takdir yang mempertemukannya dengan dewa lain.

Salah satu dewa tersebut adalah Dewa musim semi.

Dewa musim semi selalu berkeliling dunia mengantarkan hangatnya musim semi. Bersama dengan kupu-kupu kuning sahabatnya yang selalu berada di sisinya.

Saat melewati padang rumput sejuk, kupu-kupu kuning itu tanpa sengaja terbawa angin dari Dewi angin kearah bunga tanpa nama. Dewa musim semi mengikutinya, berniat
menyelamatkan sahabatnya. Dan di sanalah dia bertemu dengan bunga tanpa nama.

“Eh?” kata sang dewa kala melihat bunga itu. “Kau bunga?”

Bunga itu hanya mengangguk kaku. Dengan tangannya dia menutup wajah merahnya. Dia malu, ini pertama kalinya dia berinteraksi dengan seseorang. Sedangkan kupu-kupu kuning hinggap di kepalanya.

“Tapi kelopakmu tidak berwarna dan terlihat layu.”

Wajah bunga kecil itu menjadi sendu.

“Ah …” Dewa musim semi tersadar akan kata-katanya yang telah membuat bunga itu bersedih.

Lalu terlintas ide dipikirannya. Dia segera berbisik kepada sahabatnya, kupu-kupu kuning.

Tak berapa lama kemudian segerombolan kupu-kupu  datang menjatuhkan tetesan air ke atas kepala bunga kecil. Menyirami kelopak bunga yang layu.

Tak lama kelopak yang layu itu kembali segar. Membuat bunga itu tertawa bahagia.

“Te-terima kasih.” Dewa musim semi hanya tersenyum menanggapinya.

“Aku tidak pernah melihat bunga sepertimu. Siapa namamu?”

Bunga itu menggeleng. Mengisyaratkan jika dia tidak punya nama.

Dewa musim semi berpikir sebentar. Akan sulit berbica jika tidak tahu namanya.

“Hei, maukah kau kuberi nama?”

Bunga itu terkejut. Dia mau tapi malu. Setelah beberapa saat, bunga itu mengangguk.

“Yosh. Kalau begitu, kunamai kau Flosia. Baguskan?”

Bunga itu, Flosia, berbinar mendengarnya. Alangkah cantiknya namanya.

“Tapi sepertinya ada yang kurang.” Dewa musim semi lalu meniup berkahnya kepada bunga kecil. Membuat warna dari mahkota bunga berubah menjadi merah merona. Menjadikannya bunga terindah di padang rumput tersebut.

“Heh? Mahkota bungaku?”

“Agar kau terlihat lebih indah.”

“Sungguh aku sangat berterima kasih, tuan …”

“Panggil saja aku Lente, sang dewa musim semi. Senang berkenalan denganmu Flosia.”

“Se-senang berkenalan denganmu juga tuan Lente.”

“Ha ha ha. Sudah kubilang, panggil saja aku Lente.”

Lalu keduanya mengobrol panjang lebar. Lente menceritakan banyak hal kepada Flosia, segala hal yang tidak diketahuinya. Dalam waktu dekat mereka langsung akrab.

Bersekongkol dengan Dewa takdir, Dewa cinta mengikat hati mereka. Dan membuat mereka saling mencintai.

Cinta mereka begitu kuat. Saking kuatnya membuat Lente melupakan tugasnya.

Musim semi menjadi terlambat di beberapa tempat karena dia tidak meninggalkan padang rumput sejuk. Membuat keseimbangan dunia menjadi kacau.

Lente sadar akan hal itu. Dan sudah beberapa dewa memperingatinya. Membuatnya bimbang. Dia tidak ingin keseimbangan kacau, tapi tidak ingin meninggalkan Flosia.

Flosia yang juga paham akan masalah yang akan terjadi, dia berkata pada Lente, “Tuan Lente, pergilah. Musim semi tidak akan ada tanpamu. Jika musim semi tidak ada, manusia dan mahluk lain akan sedih.”

“Tapi Flosia,” Lente berujar lirih.

“Tidak apa. Dunia lebih penting. Dan tuan masih dapat kembali kesini, aku akan selalu menunggu. Pergilah.”

Senyuman tulus Flosia membuat Lente tidak bisa berkata tidak. Dengan hati sedih dia mengangguk.

“Baiklah aku akan pergi. Tapi kau harus ditemaninya.”

Lente menanggil kupu-kupu kuning sahabatnya. Kepadanya Lente meminta untuk menjaga Flosia.

Lalu tak lama Lente pergi dengan hati yang kacau.

Flosia hanya bisa terseyum sedih melihatnya. Tapi dia yakin cintanya akan kembali.

Musim semi di padang rumput itu perlahan menghilang. Dan tanpa disadari, musim telah berganti menjadi musim panas.

Seorang Dewa datang ke padang rumuput tersebut. Dialah sang dewa musim panas. Dia melangkah dengan congkak, tapi dia terlihat seperti kekanakan.

Saat melihat Flosia, dia mendekat. Berniat menunjukkan kehebatannya agar dipuji.

“Hei bunga cantik disana. Lihatlah aku, pujilah aku, sang Dewa musim panas.”

Dewa itu menunjukkan otot-ototnya yang kekar. Di sebelah kanan lengannya terdapat tato bergambar awan hujan. Saat dia mengangkat lengan kanannya, langit menggelap. Tak lama turun hujan lebat bagai badai dengan petir yang menggelegar.

“Waaa!” Flosia ketakutan. Kelopak bunganya terangkat karena angin kencang. Sedangkan kupu-kupu kuning berlindung di dekapannya.

“Lihat? Keren bukan?”

“Hentikan hentikan!”

Hujan pun dihentikan saat dewa aneh itu menurunkan tangannya. Tapi masih memiliki sifat sombong, dia mengangkat tangan kirinya. Di sana terlihat tato matahari.

Tak lama, matahari bersinar lebih terik dan menyengat. Membuat Flosia dan kupu-kupu kuning kepanasan.

“Kumohon hentikan ini …”

Setelahnya Dewa musim panas aneh itu pergi ketempat lain untuk memamerkan ototnya. Meninggalkan Flosia dan kupu-kupu kuning yang jengkel.

Kembali bulan berganti dan musim pun berganti. Kini adalah waktunya musim gugur menampakkan diri.

Dari kejauhan, Flosia bisa melihat seorang perempuan yang berwajah menyeramkan. Dialah sang Dewi musim gugur.

Dewi ini terkenal memiliki sifat iri dan dengki kepada semua mahluk yang memiliki apa yang tidak dimilikinya.

Dengan anggun namun menyeramkan, dia mendekati Flosia.

“Kau … begitu indah …” katanya dengan suara lirih dan serak. “Aku ingin mengambilnya …”

Flosia gemetar ketakutan. Dia tidak sanggup melarikan diri karena akarnya, apa lagi melawan Dewi pengiri ini.

Dengan sihirnya, sang Dewi mengambil kesegaran, kecantikan, dan warna Flosia. Sehelai kelopak bunganya terbang menuju tangan sang dewi. Semua yang berada ditangannya akan menjadi butiran debu.

Tidak membiarkan hal itu, kupu-kupu kuning melawan, dia merebut kelopak tersebut.

Sang Dewi yang kesal mampik kupu-kupu kecil itu hingga terpelanting. Dengan terbungkuk dan rasa melemah, Flosia mengambil dan mendekapnya.

Melihat Flosia yang menyedihkan, sang Dewi tertawa jahat dan meninggalkan mereka dengan kesedihan dan keputus asaan.

Dalam kesedihan, waktu terus berjalan tanpa menunggu. Dan bulan terus berganti membawa musim baru. Musim dingin yang beku.

Dewa musim dingin yang tenang namun sangat tegas telah berdiri didepan Flosia. Dia  melihat bunga yang terperangkap dalan rasa sedih dan sakit dengan tatapan dingin.

“Tidurlah anakku. Agar sakitmu hilang.”

“Ti-tidak, kumohon. Selamatkan dia …” Flosia memohon sambil menunjukkan kupu-kupu kuning yang kesakitan.

Tanpa menggubris, Dewa musim dingin menghentakkan tongatnya. Membuat semua tanah di bukit itu tertutup oleh salju yang dingin.

Perlahan namun pasti, Flosia ikut membeku.

Dengan cepat dia meniup rasa udara panas dari nafsanya kepada kupu-kupu kuning. Tidak ingin mahluk kecil itu mati kedinginan.

Sang dewa pergi tanpa rasa kasihan. Dan meninggalkan mereka berdua.

Waktu berlalu kembali. Membawa kembali apa yang diharapkan oleh Flosia, cintanya.

Lente segera bergegas ke atas bukit tempat Flosia tumbuh. Tapi apa yang dilihatnya membuat air matanya turun.

Flosia telah membeku. Dia memberikan semua kehangatannya kepada kupu-kupu kuning agar mahluk itu tetap hidup hingga Lente kembali.

Lente yang tahu jika ini akan terjadi hanya bisa menangis sambil memeluk Flosia.

“Ini … inilah yang kutakutkan jika aku meninggalkanmu. Kau terluka oleh dewa yang lain.”

Dalam tangisnya, Lente mengemis rasa keadilan dan berkah dewa lain. Tapi belum ada yang berani menjawabnya. Mereka takut akan membuat ketidak seimbangan lagi.

Dewi bunga juga menangis melihat anaknya. Semua bunga di dunia menjadi layu. Dewa cinta dan takdir merasa bersalah. Karena perbuatan mereka, dua hati terluka.

Tapi datanglah Dewa kehidupan. Dia mendekati mereka berdua.

Sebagai dewa tertua dan yang paling kuat, dia merasa harus bertindak. Dia juga telah melihat segalanya, dan merasa kegum dengan ketulusan dan kasih sayang Flosia.

Sambil menepuk bahu Lente agar sang Dewa musim semi tenang, Dewa kehidupan meniupkan berkah pada bunga beku tersebut.

Tak lama, kejaiban terjadi. Flosia kembali membuka mata. Tidak hanya itu, Flosia telah berubah bentuk, tidak lagi seperti bunga.

“Karena ketulusan dan kasih sayangmu, aku memberimu berkah dan menjadikanmu seorang Dewi. Kini kau, Flosia anak dari dewi bunga dan kekasih dewa musim semi, kujadikan kau Dewi kasih sayang.”

Mendengar itu Flosia, Lente, kupu-kupu kuning, dan dewa lain yang melihat mereka bersorak bahagia.

Kini Flosia tidak lagi takut kehilangan kekasihnya. Dia juga dapat memberikan berkah dan kebahagian kepada mahluk lain seperti para dewa. Dia sangat merasa senang.

“Sungguh, dari dalam lubuk hati saya, saya ucapkan terima kasih.” Flosia membungkuk kepada Dewa kehidupan.

“Itu adalah apa yang kau peroleh dengan hatimu. Maka jagalah.” Lalu Dewa kehidupan pergi kembali ketempatnya.

“Aku senang kau hidup,” kata Lente.

“Aku juga senang kau bahagia.”

Dan mereka menjalani hidup dengan bahagia selamnya.

-----------------------------------------------------------

Yap begitulah akhir dari dongeng yang kubacakan. Kuharap kau suka.

Oh dan ingat, ini hanya fantasi dan tidak nyata. Jadi setelah ini jangan berharap kau bisa melihat para dewa ya.

Sampai jumpa lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

421K 1.7K 5
ONE SHOOT 21+ If you found this story, u clearly identified as a horny person. So find ur wildest fantasy here and just let's fvck, yall. Underage ki...
36K 1.8K 19
leona seorang ank kuliahan yang akan lulus tidak lama lagi. tapi malang tidak berbau di hari sebelum kelulusannya dia mengalami kecelakaan, dia terta...
52.9K 5.2K 29
DOSA TANGGUNG SENDIRI!!! CERITA INI HANYA FIKTIF TIDAK ADA SANGKUT PAUT NYA DENGAN CERITA ASLI. Area B×B & G×G & B×G!!! Berbijaklah dalam memilih bac...