Die Verhaal from Stella

By mizuhakanatashi77

579 61 160

SELAMAT DATANG DI DIE VERHAAL FROM STELLA!! Untuk merayakan even tahunan Montakse Aksara, sekaligus melawan... More

Salam hangat
Prolog
Alice in Wonderland
Blessed Messiah and Tower of AI
Sibling
The last of the curse
Hocus Pocus
Ngapel
Uno Dos Tres
bakeneko love story
Ogak
Lover
Takdir si Kue Jahe
Before Wisteria of Hysteria
The Tale of Six Trillion and Over Night
Under Class
Putri Merpati
The Story Star Light of Stella
The Imitation Fake
Season
Happy Ending for the Evil Witch
Order Made
Sang Gadis Angin
The Rain
Little Heart
Peter pan, Cinderlla, and Camellia
tagged 1
tagged or tiggred?

Three Hero of Stella the Star Light

15 2 4
By mizuhakanatashi77

Jumlah kata : 2.081

Saat aku tengah mengumpulkan beberapa bahan-bahan di labirin bunga camellia putih, sebuah cahaya di langit muncul tiba-tiba. Dari cahaya itu jatuh dua pria yang tampaknya seumuran. Mereka terjatuh dengan estetik.

“Di-di mana kita?”

“Mana kutahu. Cepat minggir dariku, kau berat Gen!” Seorang lagi membentak orang yang bernama Gen tersebut. Dia mengenakan jubah indah layaknya seorang bangsawan.

Sepertinya aku tahu dia.

“Oh maafkan aku, Dice. Tapi terima kasih sudah jadi bantalanku mendarat.”

“Sialan.”

Mereka tampak akrab. Irinya.

“Jadi, di mana kita?”

“Tidakkah kau mendengarku bertanya demikian?”

“Ya apapun itu, ayo menjelajah dan temukan seseorang untuk bertanya.”

“Positif sekali raja kita ini.”

Mereka terus mengoceh sebelum akhirnya mereka berjalan. Mereka mengikuti jalan setapak yang dibentuk oleh bunga-bunga camellia ini.

Beberapa kali mereka melalui jalan yang sama. Apakah mereka sadar kalau mereka tersesat?

“Hei Gen. bukankah kita sudah lewat jalan ini?”

“Tampaknya begitu.” Gen terbungkuk memetik sebuah bunga camellia. “Kurasa bunga ini menciptakan ilusi yang membuat kita kebingungan.”

“Ah, aku pernah membaca hal itu. Jadi apa yang harus kita lakukan?”

“pengalamanku menjadi seorang bandit bilang kalau kita sebaiknya menutup hidung, agar nektar bunga yang mengandung ilusi ini tidak terlalu berefek untuk kita.”

“Oke dokie.”

Mereka kembali berjalan sambil menutup hidung. Kuakui, rencana si Gen itu cukup cerdas. Sepertinya aku pernah mendengar namanya.

Kutarik kalimatku barusan. Mereka ceroboh.

Mereka malah melangkah keperangkap yang kupasan untuk binatang angkasa liar -yang biasanya aku pakai untuk percobaan- dengan santainya.

“Jangan injak batu itu!” teriakku. Tapi terlambat. Mereka telah jatuh ke perangkap. Dan mereka sudah dikirim ke labku di bawah tanah.

“Hah, mereka menarik sekali.”

Dengan tergesa aku berlari menuju labku. Menyambut tamu baru di planet sunyiku ini.

****

“Ah lagi-lagi kita terjatuh,” kata Gen dengan santainya. Dia jatuh menimpa Dice, lagi.

“Mi-minggir, kau berat!” Gen cepat berdiri sebelum Dice mengamuk. “Kampret, kenapa aku yang paling sial disini?”

“Takdirmu?”

Sebelum pertengkaran kekanakan mereka dimulai, suara langkah kaki mengalihkan perhatian mereka.

Dari lorong yang gelap terlihat seorang anak kecil berambut merah muda dengan jas dokter kedodoran mendekati jeruji mereka.

“Apa kalian baik-baik saja?” tanya bocah kecil itu.

“Bocah?”

“Mou! Tidak sopan. Aku sudah 24 tahun!”

“Jangan bercanda. Kau terlihat seperti anak berusia sepuluh tahun.” Dice hanya tersenyum aneh menanggapinya.

“aku tidak menua karena hasil penelitianku empat belas tahun yang lalu.” Bocah itu menekan beberapa tombol di tabletnya untuk membuka kurungan mereka berdua.

“Terima kasih. Di dalam ruangan sempit bersama raja bodoh ini membuatku hampir bodoh juga.”

“Berhenti mengejekku!”

Melihat mereka berdebat konyol, bocah itu terseyum bahagia. Hal yang sudah sangat lama dia lupakan cara kerjanya.

“Hi hi hi. Kalian menarik. Namaku Lamda, kalian?”

Lamda menjulurkan tangannya yang bahkan tidak terlihat karena terhalang lengan dari jas dokternya. Membuatnya terlihat menggemaskan.

Dengan tawa renyah, Dice menjabat tangan mungil itu. “Namaku Dice. Dan orang menyebalkan ini bernama Gen, si bandit ‘sok’ hebat.”

Dengan sengaja Gen menginjak kaki Dice. Membuat laki-laki berambut raven itu berteriak kesakitan. Sedangkan dia sendiri terseyum ramah kepada Lamda.

“Salam kenal Lamda. Aku tahu kau tidak berbohong soal umurmu.”

“Kau percaya?”

“Tentu saja. Soal kobohongan aku jagonya. Dan aku tahu kalau orang sedang berbohong.”

“Jadi kau pembohong?” tanya Dice sambil memegangi kakinya.

“Tidak.”

“Tadi-”

“Tapi boong.”

“Kampret.”

Sebelum bertengkaran dimulai-lagi- Lamda mengajak mereka berdua menuju ruang pribadinya.

Lamda menunutun kedua melewati berbagai barang aneh namun menakjubkan. Hasil eksperimennya selama ini.

Dia bercerita kalau dia adalah seorang peneliti. Tinggal sendirian di planet yang sudah lupa cara bersinar. Bahkan melupakan namanya.

Dia kesepian. Lamda pikir dia akan mati dalam kesendirian yang dingin. Sampai mereka berdua datang. Membuat hatinya jadi tenang.

“Kenapa kau ada di sini?” tanya Dice sambil mengunyah kue yang disuguhi Lamda.

“Karena aku hanya sebuah alat.”

“Ha?”

“Aku hanyalah anak tanpa orang tua yang hidup menggelandang. Lalu ada seseorang yang mengambilku dan mengasuhku. Sebagai rasa terima kasih aku mengabdikan hidup untunya. Aku bekerja di lab ini untuk membantu impiannya menjadi nyata.”

“Sendirian?”

“Awalnya tidak. Tapi karena suatu wabah, yang lainnya mati. Tapi aku bisa bertahan karena pengaruh obat yang kubuat. Obat itu juga yang membuatku menjadi tidak menua.”

“Kau pasti kesepian kan?” Gen mengerti perasaan Lamda. Karena dia pun demikian.

“Ah tidak juga … Jadi bagaimana dengan kalian? Kalian juga cerita donk!”

“Kami? Baiklah dari aku dulu!” Dice menelan kuenya dengan cepat. “Aku berasal dari planet Asteria, planet pedang. Disana para penempa pedang, pendekar pedang, bahkan penjual pedang pun hidup dengan damai. Tapi tidak lagi …”

“Eh?”

“Karena ada seorang penyihir yang merebut kekuasaanku. Dan menyiksa rakyatku.”

Wajah Lamda menegang. Tapi dengan cepat dirubahnya. “Hee … jadi Dice itu seorang raja?”

“Benar.” Dice kembali diingatkan tentang kejahatan penyihir itu. Tapi dia tidak akan menyerah. “Tapi tenang saja! Aku akan membalas dan menjatuhkan si penyihir Totohen itu dan merebut planetku lagi!”

“Se-semangat ya Dice.”

Bip bip.’

Suara dari tablet Lamda mengagetkan ketiganya. Melihat layar benda tipis itu, Lamda terlompat. Dia segera berlari meninggalkan ruangan pribadinya.

“Ka-kalian jangan pergi dari sini oke!” katanya sebelum menutup pintu.

Hanya Gen yeng menyadari perubahan sikap Lamda. Dia sudah mulai firasat yang tidak enak.

“Hei, Dice. Ayo kita pergi dari planet ini.”

“Eh? Padahal disini banyak makanan yang enak.”

“Hah, dengar Dice, kau dalam bahaya.”

“Hah? Kok bisa?!”

“Sepertinya Lamda memiliki hubungan dengan penyihir yang menyerang planetmu.”

“Bo-bohong!”

“Kali ini aku tidak berbohong. Apa kau tidak menyadari sikapnya saat kau bercerita tentang planetmu? Dan apa kau tidak melihat benda-benda di sini dengan seksama?”

Gen mengambil sebuah tabung dari balik jubahnya. “ Lihat simbol segitiga ini. Sama seperti simbol para penyihir yang menyerangmu.”

Wajah Dice berubah suram. “Ka-kau benar. Tapi bagaimana kau tahu tentang simbol ini?”

“Para penyihir itu tidak hanya menyerang planetmu. Dulu sekali, mereka juga menyerang planet tempatku tinggal. Dan membunuh semua orang disana, kecuali anak-anak. Aku berhasil kabur dari mereka dan hidup berpindah-pindah. Sampai akhirnya aku menjadi pencuri dan menemukan planet Minersandria. Jadi aku juga punya dendam pribadi dengan mereka.”

“Tapi kalau kita pergi Lamda-”

“Jangan pikirkan dia. Dia bersekutu dengan mereka. Dia pasti akan menghianati kita!”

Dice melihat kilatan amarah di mata Gen. dia paham rasa marah dan sedih yang dimiliki bandit kesepian ini. Dengan menghela nafas, dia menyetujui rencana Gen untuk kabur dari planet ini.

“Jadi bagaimana kita keluar dari planet ini?”

“Tenang, aku tadi sempat melihat kapal terbang. Kita gunakan itu.”

“Bukankah itu mencuri namanya?”

“Apa bedanya dengan mereka? Dan buankah sudah kubilang soal ‘jalan hidup bandit’? jadi jangan banyak protes!”

Dice hanya terdiam. Tapi hatinya berkata bahwa ini salah.

Mereka menaiki kapal terbang yang pintunya tidak dikunci. bahkan kapal itu seperti siap terbang. Seolah disengaja.

“Di mana mereka?!”

Suara bentakan dan benda jatuh mengagetkan mereka. Sepertinya suaranya berasal dari ruangan sebelah hangar, tempat mereka saat ini.

“Kutanya sekali lagi, Lamda. Dimana si fallen king dan bandit yang dulunya bahan uji coba terbaik?!”

“A-apa maksudmu, Icybella? Tidak ada siapapun disini kecuali diriku.”

Suara Lamda terdengar gemetaran. Sepertinya dia ketakutan.

“Dasar produk gagal!”

Setelahnya terdengar suara cambuk dan erangan kesakitan. Jelas sekali Lamda sedang disiksa.

“Cih, aku sudah tidak tahan lagi!” dengan nekat Dice melompat turun dari kapal dan berlari untuk menyelamatkan Lamda, orang yang sudah dianggapnya teman.

Hal yang pertama dilihatnya adalah Lamda yang tersungkur dibawah sepatu high heels wanita yang dikenal Dice.

“Ka-kau salah seorang penyihir itu!”

Wanita itu terseyum sinis. “Jadi di sini fallen king-nya.”

Wanita itu melangkah mendekati Dice. Bunyi Sepatunya menimbulkan tekanan yang membuat Dice tidak bisa bergerak.

“Saatnya kau mati, yang mulia.”

Dari sakunya dia mengeluarkan sebuah mikrofon. Sebelum dia sempat membuat lantunan kata, Lamda menahan kaki wanita menyeramkan itu.

“Apa yang kau lakukan bodoh?! Cepat pergi dengan kapal yang sudah kusiapkan bersama Gen! jika tidak kau akan mat-”

Icybella menendang Lamda dengan keras. Membuat pria kecil itu terpelanting.

“Dasar produk gagal. Sudah sekarat masih saja menyusahkan.”

“Kau!”

Dice yang sudah telepas dari tekanan, langsung menerjang dengan pedang kesayangannya. Tapi mudah ditangkis Icybella dengan sebuah kata.

Shiled!

“Pe-perisai?”

“Ha ha ha ha. Kau tidak akan bisa menyerangku dengan serangan payah seperti itu, fallen king. ‘toss him’!”

Dice terlempar beberapa meter seperti kata-kata Icybella. Telinganya berdenging hebat, membuatnya sulit berdiri.

Tidak memberi kesempatan, Icybella melantunkan rangkaian kata penuh kekuatan kepada Dice. Sedangkan Dice sendiri kesulitan untuk berdiri. Tidak siap menerima serangan.

“Sial, aku tidak mau berakhir sekarang!”

Seperti permintaanya, Dice selamat dari serangan tersebut. Saat membuka mata didepannya telah berdiri Gen sebagai tamengnya.

“Ge-gen? kupikir kau sudah pergi.”

“Mana mungkin aku meninggalkan temanku, kan? Apa lagi yang bodoh sepertimu.”

“Dan sekarang keluarlah tikus uji coba yang dulu sempat lepas.” Icybella tertawa congkak.

“Maaf saja, tapi aku bukan tikus uji coba kalian. Aku Gen, si bandit legendaris!”

Icybella siap melantunkan kata-kata hipnosis mematikan, tapi Lamda lebih cepat.

“Tidak akan kubiarkan! ‘moved out on this planet and explosion!” teriakknya mengunakan mikrofon yang sama seperti Icybella.

Seperti perintah Lamda, Icybella menghilang dan berpindah keluar planet lalu meledak. Suara ledakannya terdengar kuat sampai kedalam planet.

“Ka-kalian tidak apa-apa?” tanya Lamda mendekati mereka.

“Seharusnya kami yang bertanya padamu.”

Lalu mereka tertawa tanpa tahu apa yang ditertawakan. Layaknya teman lama yang sudah lama tidak bertemu.

“Kenapa kalian menghawatirkan aku? Kenapa kalian tidak pergi saja?”

“aku tidak bisa meninggalkan temanku. Apalagi kita mirip.”

“Seperti burung dan bulu?” kata Gen bermaksud mengejek Dice.

“Si kampret ini.”

“Hi hi hi bodoh sekali.” Lamda hanya bisa tertawa melihat mereka. “Tapi kenapa kalian tidak marah saat tahu aku ini sekutu mereka?”

“Karena kau terjebak dalam rasa terima kasih, kan?” kata dice.

“Ah, sepertinya kau benar.”

“Kau tahu mereka berbuat jahat, tapi tetap menolong mereka. Sepertinya kau telah kehilangan tujuan hidup,” kata Gen sambil mengusap kepala Lamda. Dia merasa bersalah telah bepikir yang buruk tentangnya. “Aku bisa melihatnya dari matamu yang,”

“Yang seperti bola kaca,” kata Dice dan Gen bersamaan.

“Aku …” Lamda menunduk sedih mengingat dosa-doanya. “Aku ingin berubah dan menemukan tujuan hidup baru. Aku ingin menemukan tempat yang bisa menerimaku.”

“Kalau begitu sebaiknya kau pergi dari planet ini, bersama kami.”

“Baik-”

Sebuah guncangan besar menggoyangkan planet itu. Perlahan tapi pasti semua benda disana kehilangan kekuatannya.

“Apa yang terjadi?!”

“Gawat! Jangan-jangan Icybella belum mati dan dia menyerang kembali dengan mematikan kekuatan planet ini. Tinggal waktu saja planet ini jatuh dan hancur!” teriak Lamda.

“Dasar wanita gila berdada besar! Apa yang harus kita lakukan?” tanya Gen sambil menyumpahi Icybella dalam hatinya.

“Kita gunakan kapal terbang di sebelah! Kita lari dari sini!” teriak dice.

“Tidak bisa. Kekuatan kapal itu untuk lepas landas berasal dari planet ini. Kalau kekuatan planet ini diamatikan, maka…”

Wajah ketiganya menggelap, tidak tahu harus berbuat apa. Lalu di sinilah peran Stella, si bintang kebahagiaan, bersinar.

Dari saku Gen, bintang itu bersinar terang seolah berbicara pada mereka.

“I-ini bintang Stella itu?!” tanya Lamda penuh rasa kaget dan kagum.

“Yap. Lebih tepatnya serpihan.” Dice menjawab dengan bangga. “Tapi kenapa dia bersinar?”

“Jangan bilang dia mau memindahkan kita lagi?”

“Pindah?” Lamda berpikir sebentar. “Ayo gunakan itu intuk pergi dari sini!”

“Hah?!” kata Gen dan Dice.

“Bahan bakar kapal itu  adalah kekuatan dari sebuah planet atau bintang. Dengan menggunakan serpihan bintang Stella, kita bisa terbang! Dia memiliki energi yang cukup.”

“Bagus, apa yang kita tunggu lagi?”

Mereka berlari menuju hangar. Untungnya kapal terbang merah muda itu tidak mengalami kerusakan. Bisa langsung digunakan. Lamda dengan cepat mengaktifkan kapal, lalu memasukkan seperihan bintang Stella kedalam sebuah kotak kaca.

“Semua sudah siap?” tanyanya sambil melihat kursi belakang.

Dice maupun Gen telah siap dan mengangguk.

“Baiklah. ayo terbang!”

Dengan kecepatan tinggi mereka terbang meninggalkan hangar. Lamda dengan gesit menghindari reruntuhan bangunan dan batu-batu dari planet itu. Hingga akhirnya mereka sampai di angkasa lepas.

“Kita berhasil!” teriak mereka bersama.

“Akhirnya aku lepas dari planet itu.” Lamda melihat ke belakang, ke planet tempat tinggalnya yang mulai hancur perlahan. Planet tempatnya tumbuh dalam kesendirian.

“Sudah jangan sedih Lamda. Sekarang ada kami.”

“Kau benar Dice.” Lamda terseyum menjawabnya. “Baiklah, sekarang mau apa?”

Mereka diam berpikir. Lalu Gen angkat bicara.

“Bagaimana kalau kita rebut planet Asteria, tempat tinggal Dice lagi dan kalahkan para penyihir?”

“Ide bagus!” Lamda dan Dice bersorak semangat.

“Yosh! Ayo kalahkan mereka, sebagai pahlawan bintang Stella!”

“Ha ha ha, percaya diri sekali kalau kau itu pahlawan. Tapi terdengar keren.”

“Sudahlah Gen. bagaimana kalau nama kelompok kita itu Fling posse? Keren kan?”

“Oke.”

“Aku tidak keberatan.”

“Mou! Dengan ini, kami pahlawan Stella, Fling posse akan mengalahkan para penyihir angkasa yang membawa malapetaka ke semesta ini! Dan akan terus bersama walau telah bereingkarnasi!”

Lalu mereka bernyanyi bahagia dan merencanakan segala gal untuk seterusnya.

-----------------------------------------------------------

Ano…

maaf sepertinya aku kebablasan bercerita. Sampai tidak sadar sudah sepanjang ini.

Kisah mereka belum berakhir. Master masih tidak tahu harus mengakhiri seperti apa.

Bagaiman menurut mu?

Sampai jumpa.

Continue Reading

You'll Also Like

127K 10K 38
Kisah seorang gadis cantik yang hidup penuh kasih sayang dari kedua orang tua nya dan kakak laki-laki nya,berumur 20 th pecinta Cogan harus bertransm...
74.1K 445 6
oneshoot πŸ”žπŸ”ž lanjutan Polos polos binal yang dihapus sama akun nya juga di hapus Karina X All Warning!!! 🌚πŸ₯΅ penuh dengan uh ah
Rasya By Wahyuni

Short Story

66.4K 4.6K 32
Rasya,Bocah 3 tahun yang berhasil menarik perhatian seorang mafia terkejam dan seorang pengusaha kaya raya
114K 2.1K 17
[One Shoot] [Two Shoot] 1821+ area❗ Adegan berbahaya ‼️ tidak pantas untuk di tiru Cast : Taehyung (Top) Jungkook (bot) # 1 oneshoot (23/05/2024) #...