The Ring Solar Eclipse [TAEKO...

Oleh justsyugar

228K 33.5K 3.2K

"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana ha... Lebih Banyak

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44

PART 13

4.9K 747 49
Oleh justsyugar

Hologram itu menyala di dalam ruangan yang begitu luas dengan para pejabat yang kini tampaknya begitu tenang, memperhatikan seorang Maganis yang tengah menawarkan inovasi terbarunya untuk Alathana yang akan terus berkembang, lebih maju di bandingkan negeri lainnya—Beberapa orang tampak mencatat dan beberapa orang tampaknya cukup hanya dengan mendengarkan.

Ruangan itu cukup terang dengan atap kaca serta ruangan di dominasi oleh warna coklat terangnya, seolah warna coklat layaknya cream kacang manis itu adalah ciri khas dari Alathana walaupun kerajaan memiliki kerucut berwarna biru kegelapan.

Hologram itu berubah—Namun, tak cukup membangunkan sosok bangsawan dengan mahkota yang kini tengah terdiam, menatap lurus ke arah hologram, tetapi matanya tak mampu berbohong jika pikirannya kini tengah pergi ketempat lain yang lebih disukainya. Tempat di bawah balkon kamarnya—Tadi pagi ketika Copanus bersembunyi.

Iris madu itu membayangkan sosok manusia yang ketakutan ketika tubuh kecil itu terangkat dengan lengan yang menyentuh pundaknya perlahan dan raut wajah meminta pertolongan.

Ia memiringkan kepalanya—Menyusuri kulit ivory, bibir delima serta iris yang begitu hitam layaknya daun yang begitu indah di Alathana. Bayangan itu membuatnya menghela nafas. Mata hitam itu, sangat langka di Alathana, kaum nya serta rakyatnya memiliki warna coklat ataupun abu- abu.

Manusia itu begitu lemah bahkan hanya untuk sekedar melompat dari balkon kamarnya—Manusia itu juga begitu lemah dengan wajah yang begitu pucat karena ia menyeretnya ke udara ataupun menjatuhkan tubuh nya keatas tembok yang cukup halus tadi pagi.

Bahkan, manusia itu juga begitu lemah hanya karena dinginnya Alathana membuatnya memejamkan mata—Manusia itu bahkan akan mati sebelum ia membunuhnya.

"Yang Mulia Taehyung—"

Iris madunya bergerak ketika seorang Maganis memanggilnya membuat Taehyung melirik dengan raut wajah datarnya, menyembunyikan jika nyatanya sejak awal pertemuan parlemen Kim Taehyung bahkan tak mendengar sama sekali apa yang Maganis itu katakan dan hal itu membuatnya harus bekerja dua kali dengan meminta potongan hologram dari inti pertemuan parlemen ini.

"Keputusan tetap pada perdana menteri—Silahkan kirimkan potongan hologram itu padaku dan aku akan memeriksa ulang"

Taehyung berucap membuat Maganis dan beberapa keturunan bangsawan, maganis, Lanarta dan Heolo yang bekerja di Parlemen itu mengangguk dan menutup pertemuan.

Hal itu membuat Taehyung meminta agar mereka keluar terlebih dahulu dengan tubuhnya yang kini tetap duduk pada kursinya, menghela nafas dan bersandar ketika ruangan yang begitu besar itu tampak kosong dan hanya tersisa dirinya.

"Yang Mulia—Kau tampak tidak fokus—"

Taehyung menggeram ketika mendengar suara yang dikenalnya, diikuti pintu ruangan yang kembali tertutup—Ia membutuhkan ketenangan untuk hanyut dalam pikirannya dan Yoongi mengganggunya. Bahkan, kakak nya itu selalu mengganggu nya dalam hal apapun membuat Taehyung bertanya- tanya kapan pendamping Yoongi akan datang menjemput.

"Yoongi—Pergilah, aku membutuhkan waktu untuk berpikir" ucap Taehyung sedikit mengeluh dan melirik dengan iris warna madu nya itu, menatap Yoongi yang duduk cukup jauh dengan kaki yang terangkat diatas meja membuat Taehyung memutar bola matanya malas dengan jemari yang kini mengeluarkan ponsel berwarna putih.

"Yang Mulia? Dari mana kau mendapatkan barang antik itu?" ucap Yoongi sedikit berteriak dengan kaki yang ia turunkan dari atas meja dan melangkahkan kakinya mendekat, tetapi Taehyung mengulurkan tongkatnya membuat Yoongi berhenti dan memilih untuk kembali duduk, mengangkat kakinya sambil menggerutu kecil karena tongkat milik turunan Lanarta begitu menyeramkan.

"Manusia itu memilikinya—" ucap Taehyung yang kini membuka ponsel yang telah di larang oleh negerinya, telah menghilang ratusan tahun lalu karena di perbudak oleh teknologi yang sama sekali tidak di gunakan dengan layak oleh para kaum Maganis hingga terjadi perkumpulan, dan juga ketidakproduktifan dalam kehidupan.

"Untuk apa? Jika parlemen mengetahuinya, para Heolo akan dengan mudah menjatuhkan mu dengan alasan menggunakan benda yang di larang oleh Raja terdahulu" ucap Yoongi memperingatkan dan di abaikan oleh Taehyung yang kini membuka folder video—membuat keningnya berkerut dan membuka video itu hingga Taehyung mendengar senyuman dengan laut yang menjadi latarnya.

"Aku akan menghancurkan benda ini nanti setelah memastikan dia tidak berbahaya" ucap Taehyung yang kemudian terdiam, mendengar suara tawa yang terdengar dari dalam ponsel, bahasa yang sama dengan bahasa bangsawannya dan juga—manusia yang sama yang tengah berlari di pantai sambil tertawa memperlihatkan giginya yang begitu rapi.

"Kau tahu? Melihat manusia itu mengingatkanku pada Neil—" ucap Yoongi sambil melirik kearah Taehyung, membuat bangsawan itu mengalihkan pandangannya dan menyimpan ponsel dalam saku jas kerajaannya. "Apalagi saat kau memeluknya" lanjut Yoongi sambil tertawa kecil, mampu membuat Taehyung menghela nafasnya dan segera bangkit.

"Dia hanya manusia biasa—Jangan mengingat Neil saat melihatnya" ucap Taehyung yang kemudian melangkahkan kakinya membuat Yoongi sedikit menggerutu dan hanya bersandar pada sandaran kursi yang terasa begitu nyaman dan membuatnya mengantuk—Namun, Yoongi melupakan sesuatu.

"Kim—Kau tidak melupakan acara tahunan di Kerajaan Barat bukan?"

Taehyung menghentikan langkahnya dengan iris berwarna madu yang kini sedikit membulat, lalu berbalik dan mengerutkan keningnya menatap kearah Yoongi seolah ia tidak mengerti ucapan itu.

Adiknya tidak kunjung menjawab, membuat Yoongi melirik dan memutar kursinya pada Taehyung yang masih menatapnya.

"Kau yang datang ke acara para bangsawan, bukan aku—" ucap Yoongi yang tampaknya sedikit mengerti dengan raut wajah kebingungan adiknya itu—Namun, Taehyung masih mengerutkan keningnya tanda masih tidak mengerti.

Sungguh—Taehyung tidak ingin datang ke acara tahunan para bangsawan dan berakhir dengan penyatuan untuk para raja yang tidak memiliki pendamping di sisinya. Itu tidak masuk akal dan Taehyung tidak akan pernah datang ke acara seperti itu dan ia akan disudutkan oleh para bangsawan lainnya.

"Aku sudah menikah—Pendampingku tidak ada sekarang"

Jawaban Yoongi membuat Taehyung kembali berdecak dengan iris yang kini berubah menjadi biru kegelapan menunjukkan amarah—Hal itu membuat Yoongi mengangkat bahunya dengan Taehyung yang tampak bersiap melemparkan mahkotanya dengan iris biru kegelapan itu. Yoongi mengerti adiknya tidak menyukai pesta.

"Aku belum bisa menikah, Yoongi—Para Heolo masih mengejarku dan itu tidak aman untuk keluargaku—Aku tidak bisa datang ke acara itu atau aku akan di sudutkan dan rakyatku akan melakukan hal yang sama"

Taehyung kembali menjelaskan hal yang sama pada Yoongi, mengenai apa yang telah Yoongi ketahui. Iris berwarna biru kegelapan itu bersembunyi dan kembali terlihat berubah menjadi madu yang begitu indah walaupun pemiliknya kini tampak memutar otak bagaimana menghindari acara tahunan tidak berguna itu.

"Kau bisa membawa pasangan—Katakan lah dia calon pendamping mu" ucap Yoongi membuat Taehyung memutar bola matanya malas dengan helaan nafas berat—Sepertinya, Taehyung tidak bisa memiliki pilihan lain membuatnya mengetuk lantai dan berpikir siapa yang akan ia bawa.

"Aku tidak bisa membawa kaum bangsawan karena mereka akan merasa di lecehkan—Haruskah aku membawa Maganis?" Tanya Taehyung yang kini membutuhkan bantuan mengenai pemilihan kaum mana yang akan ia bawa untuk memenuhi kebohongannya—Ini salah, tetapi Taehyung tidak memiliki pilihan lain.

"Bawalah kaum Lanarta dan bertanya pada Jinalarta—Itu lebih baik" ucap Yoongi membuat Taehyung mengangguk dan melangkahkan kakinya keluar, meninggalkan kakaknya yang kini tengah mengerutkan kening tampak berpikir.

"Ah—Manusia itu terlihat seperti seorang bangsawan—"

***

Lamunan itu begitu panjang—menatap kearah langit dengan makanan yang ia abaikan diatas meja. Ruangannya kini begitu nyaman, dengan jendela yang kini terbuka mengarah ke taman belakang Istana yang nyatanya sangat megah setelah ia berkeliling. Begitu menakjubkan melebihi kerajaan yang ada di kisah Cinderella.

Iris hitamnya kini menatap kearah langit, menatap sinar yang nyatanya sedikit berbeda setelah ia memperhatikan nya tadi pagi. Itu bukanlah matahari—Matahari memiliki sinar pijar berwarna kuning cerah dan tak pernah tertutup awan membuat Jungkook memejamkan mata dengan air matanya yang kini menetes.

Pria itu—Pria dengan mahkota itu terus berputar dalam benaknya, mengenai ucapannya dan segala tindakan yang memperlihatkan amarah untuknya membuat hatinya merasa terluka karena ia tidak tahu apa kesalahannya.

Ini menjengkelkan dan Jungkook tidak menyukainya. Ia ingin pulang dan Jungkook tak tahu apa yang harus di lakukannya sebelum pintu kamar itu terbuka membuat Jungkook tersentak dan berbalik.

"Jungkook-ssi? Kau menangis?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Jungkook segera menundukan pandangannya dan tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala pelan—Jungkook menghapus jejak air matanya dan menatap kearah pria yang begitu baik bernama Jinalarta membuat hatinya menghangat.

"Tapi, aku baik- baik saja, terima kasih—" ucap Jungkook yang kini menutup jendela ketika melihat Jin melangkahkan kakinya mendekat, duduk diatas kursi kayu membuat Jungkook turut melakukan hal yang sama hingga dirinya kini berhadapan dengan makanan yang belum disentuhnya sama sekali.

"Apa disini tidak menyenangkan?" Tanya Jin yang kini menatap manusia dihadapannya memilki iris hitam, kulit ivory dan terlihat seperti bayi untuknya membuat Jin geram ketika melihat luka yang dihasilkan oleh Raja—Biasanya, jika untuk rakyat raja adalah bangsawan yang paling baik.

"Tempat ini sangat indah—Tapi, aku merasa ketakutan Jinalarta—Aku tidak memiliki siapapun dan aku tidak mengerti bahasa yang mereka ucapkan" ucap Jungkook dengan pandangan yang menunduk dan menatap sayuran dihadapannya, serta daging yang bahkan tak mampu Jungkook tebak itu apa walaupun tampilannya sangat indah.

"Sangat menyeramkan pastinya—Manusia lemah sepertimu terjebak diantara kaum yang memiliki kekuatan seperti kami" ucap Jin yang mencoba mengerti dengan Jungkook yang hanya mengangguk, tak mampu untuk mengangkat pandangannya. Ia sadar, tak memiliki kemampuan apapun bahkan ini masih terdengar tidak masuk akal.

"Raja mengatakan—tidak bisa membawaku pulang karena dia tidak percaya—Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tahu apapun" ucap Jungkook begitu putus asa dengan helaan nafasnya yang kini terasa begitu berat. Ia benar benar ingin mengeluh mengenai apapun dan Jungkook tetap berharap jika ini adalah mimpi belaka.

"Raja memiliki banyak tanggung jawab—Sangat sulit memang, tapi teruslah berusaha membuatnya percaya agar kau bisa kembali—Tapi, kau tahu? Gerhana itu muncul 167 tahun sekali" ucap Jin membuat Jungkook terkejut dengan pandangannya yang kini terangkat sebelum pintu kamarnya terbuka dan memperlihatkan sosok pria dengan iris biru kegelapan.

"Aku mencarimu Jinalarta—Kau tidak melihat kupu- kupu hitamku berada disini?"

Mendengar hal itu, Jinalarta pun segera bangkit dan tersenyum tipis kearah Raja yang tampaknya memiliki perasaan yang buruk untuk hari ini.

Namun, berbeda dengan Jungkook yang hanya mampu menundukan pandangannya dan saling menggenggam jemari yang kini terasa sedikit berkeringat.

"Aku membutuhkan bantuan—Bisakah seorang Lanarta menemaniku ke acara pertemuan bangsawan di Negeri barat?"

Taehyung berucap dengan kakinya yang kini melangkah masuk ke dalam ruangan yang begitu sederhana, menatap kearah Jin dan mengabaikan manusia yang hanya mampu menunjukkan raut wajah ketakutan untuknya, sangat lemah dan Taehyung lelah melihat kelemahan itu.

"Tidak—Aku tidak mengizinkan kebohongan membawa kaumku—Kau tahu? Heolo sudah cukup membenci Lanarta dan berimbas padamu" ucap Jin yang kini menatap Taehyung yang tampaknya memejamkan matanya sejenak dengan warna iris yang sama.

"Baiklah—Aku tidak akan datang dan biarkan para bangsawan itu menyerang Alathana karena menganggap kekosongan kekuasaan terjadi di Alathana—Aku akan menghabisi mereka semua" ucap Taehyung yang kemudian melangkahkan kakinya pada pintu keluar.

Namun, suara kursi yang bergeser itu membuat langkahnya terhenti, melirik dan menemukna manusia yang mengangkat lengannya.

"Apa aku bisa membantu? Aku memiliki hutang budi pada Raja karena telah menyelematkan nyawaku"

Jungkook berucap dengan setengah keberaniannya, menatap bergantian pada Raja dan juga Jinalarta—Namun, tampaknya Raja menunjukkan iris biru kegelapannya, menatap begitu tajam kearahnya membuat Jungkook kembali menunduk.

"Kau mencari suatu kesempatan? Katakan padaku apa itu dan aku akan membawamu pulang" ucap Taehyung dengan amarahnya yang meluap—Namun, Jin hanya mampu menghela nafas dan menggelengkan kepalanya pelan.

"Jungkook terlihat seperti seorang Lanaorda Alathana—Kau bisa membawanya"

"Jinarlata—"

Taehyung berucap begitu putus asa mendengar ucapan itu, membuatnya hanya mampu menatap tajam kearah manusia yang kini menunduk. Namun, Jin tampaknya masih tetap pada pilihan itu dengan senyuman yang cukup merekah.

"Pilihan, disudutkan atau membawa Jungkook ke pesta itu—" ucap Jin membuat Taehyung melirik dengan iris biru kegelapannya, menatap tajam pada Jin dengan giginya yang sedikit menggertak.

"Kenapa kau selalu membuat nya berada di sekelilingku? Itu membuat ku muak, Jinalarta—Aku seorang Raja dan aku tidak ingin mengurusi manusia itu" ucap Taehyung membuat Jungkook semakin menundukan pandangannya dengan helaan nafas yang begitu berat—Pria itu benar- benar membencinya.

"Karena dia hanya makhluk lemah dan kali ini dia yang membantumu agar terhindar dari penyatuan dua kerajaan itu"

Taehyung kembali menggertakkan giginya dengan helaan nafas yang begitu panjang dan memejamkan matanya sejenak. Itu benar—dan Taehyung tidak bisa mengelak membuatnya merasa jengkel. Hingga, iris biru kegelapan itu berubah menjadi madu.

"Karena dia lemah, Jinalarta—Karena dia lemah"

TBC

Brou, maafkan aku baru apdet brou:') 

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

13.4K 668 6
Bagi kalian, ruang mayat adalah tempat menyeramkan. Namun tidak untuk Jeon.
61.4K 6K 26
Jeon Jungkook jatuh cinta pada pandangan pertama dengan salah satu seniornya di Meiwa High School yang mana adalah kakak dari temannya sendiri. Cint...
240K 23.1K 32
Demi apapun juga Kim Taehyung tidak pernah mau terjerat dalam pesona seorang Jeon Jungkook, pesona yang dipenuhi dengan arogansi dan dominasinya. Kim...
1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...