PART 4

5.2K 817 75
                                    

Angin berhembus begitu mendayu dengan suhu yang semakin turun hingga angin itu mampu membekukan air yang kini terlihat dan tertiup oleh angin—Dedaunan bergerak menghasilkan suara gesekan yang begitu kering dan perlahan terjatuh, terbawa oleh angin sebelum mengenai pijakan tanah yang kini terasa begitu lembab dengan sosok pemuda yang memejamkan mata dengan wajah yang begitu pucat.

Tubuhnya begitu dingin, hampir membeku setelah gulungan pasir itu menenggelamkannya di pusat mata sahara dengan sebuah portal begitu gelap terlihat begitu saja—Gerhana matahari itu, gulungan pasir itu, serta mata sahara itu seolah memiliki benang merah membuat jiwa pemuda yang kini masih tak mampu membuka matanya terguncang.

Namun, angin itu kembali berhembus membuat mata monolid itu mengerjap perlahan, jemari kakunya turut bergerak dan kembali berhenti sebelum mata monolid itu terbuka dan memperlihatkan iris hitam yang menatap kosong dengan air mata yang menetes dari sudut matanya—Sangat kosong sebelum tubuhnya gemetar dan bibirnya turut gemetar kuat.

Matanya terpejam perlahan, dan kembali terbuka dengan tubuhnya yang perlahan bangkit hingga suara ringisan itu terdengar, sedikit terisak merasa tubuhnya begitu sakit. Ia duduk, bersandar pada pohon dengan iris hitamnya yang kembali mengedar, menatap langit yang kini begitu gelap dengan awan yang tampak menggulung seolah akan terjadi badai membuat jantungnya kembali berpacu.

Iris hitamnya teralih pada jalanan yang begitu gelap, layaknya hutan belantara dengan pepohonan yang begitu tinggi serta dedaunan kering yang kini menghasilkan suara setiap kali dirinya bergerak—Terdengar patahan daun dengan tubuhnya yang kini perlahan bangkit, menyentuh pohon besar membuat jemarinya sedikit terluka karena seripan dan membuatnya kembali meringis.

"Sial—Dimana ini—"

Jeon Jungkook—Pemuda itu bergumam dengan matanya yang terus mengedar hingga keringat kini membasahi tubuhnya, jantung berpacu semakin cepat membuat kakinya melangkah pelan—

Namun, Jungkook terdiam dengan iris yang menangkap ponsel putih miliknya itu membuat Jungkook menghela nafas dan membungkukkan tubuh meraih ponselnya.

Ponsel itu ia nyalakan menatap kearah kartu sim card yang kembali tidak mendapatkan sinyal—Jungkook kembali mengeluh dan melangkahkan kakinya, berpegang pelan pada pohon dengan ponsel yang ia masukkan kedalam saku celana nya. Iris hitam mengedar menatap dedaunan berwarna hitam dan abu- abu sebelum tubuhnya kembali mengigil.

"Dimana ini? Sangat dingin—" gumam Jungkook yang kemudian menyentuh kepalanya pelan ketika ia merasa sedikit pening—Terus melangkah dengan lengan yang kini mencoba untuk memeluk tubuhnya karena angin yang berhembus itu sungguh membuatnya beku hingga irisnya kembali menatap kearah langit dengan salju yang turut perlahan membuat langkahnya terhenti.

Angin mendayu, dedaunan berwarna hitam dan abu- abu begitu rindangnya, layaknya musim panas namun salju turun begitu membekukan.

Namun, Jungkook terdiam dalam sunyi itu ketika menyadari pepohonan dengan daun hitam dan abu- abu disana, membuat irisnya kembali menatap ke balik punggungnya, hingga jantungnya kini berpacu menemukan sesuatu yang mengganjal.

Kakinya menatap kearah pijakan—Pasir—pasir dengan warna coklat layaknya pasir di Sahara membuat irisnya kembali mengedar begitu gelisah. Tempat ini sangat aneh membuat kakinya melangkah begitu cepat sebelum Jungkook tersentak mendengar suara pacuan kuda yang begitu bising hingga kakinya kembali melangkah, berlari pelan menghindari suara itu.

Tubuhnya memasuki hutan belantara dan meninggal jalanan yang di tutupi oleh dedaunan, bersembunyi di salah satu pohon dengan jemari yang kini menutup bilah bibirnya, air matanya menetes dengan ketakutan menyapanya, menyelimutinya perlahan membuat Jungkook ingin berteriak meminta pertolongan.

The Ring Solar Eclipse [TAEKOOK]Where stories live. Discover now