The Ring Solar Eclipse [TAEKO...

By justsyugar

228K 33.5K 3.2K

"He had the magic in his eyes, even the stars envied" Menyeramkan ketika aku yang datang ke tempat dimana ha... More

PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 38
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44

PART 11

4.6K 775 29
By justsyugar

Api di dalam jar kaca itu bergerak seolah ada angin yang bertiup padahal, ruangan itu begitu rapat dengan jendela yang kini tertutup rapat dan memperlihatkan sebuah bintang yang begitu besar, pengganti mentari di bumi bernama Copanus, begitu terang dengan warna biru terang hampir berwarna putihnya tanda pagi kembali datang.

Copanus itu perlahan bergerak dan kemudian menghilang tertutup oleh awan tipis dan menyisakan sedikit sinarnya pada Negeri Alathana yang begitu megah dengan suara aliran air dari sungai yang kini terdengar begitu menenangkan dengan angin yang mendayu begitu tenang dan menerpa sosok pria yang menggunakan jubah hitamnya di sebuah balkon kamar yang cukup besar.

Iris berwarna madu itu masih menatap kearah Copanus yang sedikit terlihat dilangit, begitu besar dan sangat indah membuat irisnya tak mampu teralihkan selama beberapa menit hingga Copanus itu benar- benar menghilang. Copanus itu adalah sedikit kehangatan yang dimiliki oleh Alathana dan negeri lainnya hingga Copanus adalah sesuatu yang berharga bagi Alathana dan beberapa kaum nya bahkan memberikan penyembahan pada Copanus.

"Neil? Semalam aku memeluk orang lain selain dirimu—" ucap Taehyung tanpa mengalihkan perhatiannya dari Copanus dengan iris madu yang kini terlihat sedikit sendu, dan perlahan merekahkan senyumannya yang begitu sulit ia perlihatkan bahkan pada ayahnya sekalipun, bahkan pada Yoongi dan Tetua Lanarta.

"Haruskah aku memanggil mu Ibu, Neil?" ucap Taehyung yang mengingat jika ibu nya itu tidak pernah mau di panggil Ibu karena kasta yang berbeda, dirinya tetap seorang bangsawan dan Neil adalah seorang Lanarta—Jika ia pikirkan pagi ini, itu terdengar tidak masuk akal karena kasta telah menghilang sejak ribuan tahun lalu. Namun, pandangannya menyendu.

"Aku merindukanmu, Neil—" ucap Taehyung yang kemudian memejamkan matanya seiring dengan Copanus yang menghilang di balik awan tipis itu membuatnya kembali merasakan angin yang menerpa rambut hitamnya yang begitu ringan tanpa mahkota—Hingga, Taehyung mengingat kejadian semalam—

Dirinya tertidur begitu terlelap dalam pelukan yang memang terasa begitu hangat, teapi ketika ia terbangun dan menemukan manusia yang masih terlelap dalam pelukannya, itu mengingatkannya pada Neil—Mata itu terlihat begitu basah dan merah, mungkin jika terbangun mata itu akan sedikit bengkak seperti yang selalu di miliki oleh Neil di akhir kehidupannya.

Neil selalu menangis sambil memeluknya dan Taehyung hanya mampu merengkuhnya begitu saja. Seorang Lanarta mampu merasakan kematiannya, 10 hari sebelum itu terjadi. Hal itu membuat kerajaan menutup pintu gerbang dan berduka bahkan sebelum kematian dan semakin berduka setelah kematian.

Hanya saja—Taehyung tidak memiliki waktu untuk itu karena setelahnya, Sang Ayah meminta Lanarta untuk membuatnya tertidur dan tidak pernah meminta untuk di bangunkan.

Hingga, Taehyung mengganti tahta karena Yoongi tidak menginginkan hal itu dan memilih untuk pergi menyusuri Negeri lain dan sesekali mengirim pesan untuknya. Taehyung tidak masalah—Karena memang tak ada lagi yang bisa di lakukan.

"Neil? Hatiku begitu dingin hingga—"

Taehyung terdiam dengan irisnya yang kini menangkap seseorang yang bersembunyi di balik pohon membuat keningnya sedikit berkerut dengan tubuh yang ia tegapkan.

Iris berwarna madunya perlahan berubah menjadi berwarna biru kegelapan tanda amarahnya kembali meluap karena seorang Maganis berani memperhatikannya dari balik pohon itu.

Hingga—Taehyung pun meraih tongkat dan mengarahkannya pada seseorang di balik punggung itu membacakan mantra hingga tubuhnya kini terangkat dan kemudian terhempaskan pada aspal hingga Taehyung mendengar suara teriakan begitu menyakitkan dengan tubuhnya yang kini menumpu pada mulut balkon Istana nya.

Namun, Taehyung terdiam dengan iris yang sedikit membulat ketika menyadari jika pemuda itu bukanlah seorang Maganis, melainkan manusia yang tenggelam di dalam sebuah jubah kebesaran beserta tudungnya membuat giginya menggertak dan kembali mengucapkan mantranya mengangkat tubuh manusia itu hingga kembali terdengar suara teriakan.

"Kau bekerja sama dengan Heolo untuk menjatuhkan ku?"

Suara barithone itu memasuki pendengarannya, membuat pandangannya menunduk menatap kearah pijakan yang cukup jauh dan tubuhnya begitu gemetar—Jantungnya kini berpacu begitu cepat dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya—Sisi mata monolid itu kembali berubah menjadi merah.

"Jawab aku!"

Jeon Jungkook tersentak dengan pandangannya yang kini terangkat dan menggelengkan kepalanya pelan—Ia menyentuh bibirnya yang kini gemetar menggunakan punggung tangan, membungkukkan tubuhnya dengan air mata yang kembali menetes hingga iris hitamnya kembali menangkap jika dirinya berada jauh dari tanah—Ini menyeramkan.

"Tolong—Turunkan aku, Yang Mulia—"

Jungkook berucap dengan suaranya yang begitu gemetar dan memohon ampunan—Ia tidak bermaksud mengintip hanya saja sosok pria dengan wajah yang begitu cantik, bernama Jinalarta mengatakan jika Raja yang menyelamatkan hidupnya, memeluk tubuhnya semalaman dan Jungkook harus berterima kasih untuk itu—Namun, ini diluar perkiraannya.

"Kau berani memerintahku?" ucap Taehyung dengan tatapan yang begitu tajam dan bersiap mengangkat tongkatnya hingga manusia itu terjatuh dengan suara teriakan yang terdengar begitu ketakutan—

"Tidak!"

Teriakan itu terdengar oleh Raja yang kini menghentikan hempasan tubuh itu sebelum mengenai pijakan, menggerakkan kembali tongkatnya dengan Jungkook yang bahkan tak mampu lagi untuk mengangkat pandangannya atau sekedar untuk menegapkan tubuhnya dengan jantung yang berdetak kencang serta tangisan yang kini sulit di tahan, hingga tubuhnya kembali diangkat begitu cepat membuat Jungkook merasakan mual pada perutnya.

"Siapa yang mengizinkanmu keluar dari kamar?" ucap Taehyung yang kini menatap penuh amarah dengan jemari yang terulur mengapit rahang kecil itu begitu kuat, membuat Taehyung melihat iris sehitam jelaga yang kini menatapnya begitu ketakutan dan bibir gemetar disana—Manusia dihadapannya sangat lemah, lebih lemah di bandingkan seorang Maganis.

"Tuan —Jinalarta—"

Taehyung menggertakkan giginya mendengar nama itu dengan tongkat yang kembali bergerak dan menghempaskan tubuh manusia itu keatas lantai balkonnya begitu saja hingga Jungkook kembali meringis dengan kaki yang kembali terluka karena gesekan disana—Namun, Jungkook segera bersipuh seperti yang sejarah katakan bagaimana berhadapan dengan seorang Raja.

"Apa yang membuatmu berkeliaran di Istanaku?" ucap Taehyung dengan tongkat yang masih menunjuk pada manusia yang tengah melipat kaki dengan jemari yang gemetar diatas pahanya.

Bahkan, rakyatnya tak pernah ketakutan seperti itu setiap kali melihatnya. Tampaknya, ketakutan itu bukan kebohongan belaka membuat iris biru kegelapannya menghilang perlahan.

"Saya—Ingin berterima kasih pada Yang Mulia—" ucap Jungkook dengan suaranya yang begitu gemetar dan mata yang sesekali terpejam hingga air matanya menetes—Ketakutan itu terus menghantuinya, membuatnya ingin berlari, berteriak dan mungkin melompat dari atas balkon istana ini.

Hanya saja, Jinalarta mengatakan jika Raja memiliki hati yang begitu baik jika kita menghadapinya dengan tenang. Namun, Jungkook ingin menangis dan tubuhnya begitu gemetar—Ia tidak bisa tenang setelah tubuhnya dihempaskan dan kemudian kembali diangkat dan kembali di hempaskan pada lantai—Sangat menyeramkan membuatnya terus terisak.

"Terima ka—sih Yang Mulia—telah menyelamatkan hidup—"

Jungkook tersentak ketika tongkat itu mengangkat pandangannya hingga Jungkook menemukan iris berwarna madu yang begitu cerah disana, membuatnya terpaku karena bayangannya kini terlihat pada iris yang menatapnya begitu tajam—Mata itu layaknya elang yang besiap untuk menerkam membuat Jungkook berharap pandangan ini terputus.

"Berterima kasih lah dengan benar"

Taehyung berucap dengan suara huskynya—Irisnya kini memantulkan bayangan manusia dengan tubuh kecil dan begitu lemah, mata yang sedikit bengkak karena tangisnya serta iris yang menatapnya penuh ketakutan disana. Ia memiringkan kepalanya menemukan sebuah anting ditelinga manusia itu memanjang cukup sederhana.

"Terima kasih—Yang Mulia—"

Jungkook telah berucap hingga tongkat itu terlepas dari dagunya membuat Jungkook mampu menundukan pandangannya kembali—Tatapan itu begitu menyeramkan membuat Jungkook merasa jantungnya terus berdetak begitu cepat dan itu membuat nafasnya begitu sesak. Sangat menyiksa dengan air mata yang tak mampu berhenti.

"Bagaimana kau mengetahui bahasa bangsawan Alathana?" ucap Taehyung dengan iris yang kembali berubah menjadi biru kegelapan membuat Jungkook mengangkat pandangannya dan tersentak—Pandangannya kembali menunduk dengan nafas yang terdengar memburu ketakutan.

"Saya tidak mengetahui apapun, Yang Mulia—Ini adalah bahasa yang Saya gunakan sehari- hari"

Taehyung mengerutkan keningnya dengan tongkat yang kini ia jauhkan dan menggenggam lengan dibalik punggung, membiarkan manusia itu bersipuh dihadapannya seolah memohon ampunan—Karena ia memang pantas melakukannya.

"Bagaimana caramu membuktikannya?" ucap Taehyung membuat Jungkook mengangkat pandangannya dengan iris yang bergerak begitu gelisah, ketika menangkap iris berwarna biru kegelapan—Jinalarta mengatakan itu menunjukkan jika Raja tengah marah dan bersiap untuk menggunakan sihirnya membuat otaknya kini berhenti.

"Ponsel—" ucap Jungkook sedikit bergumam dengan Taehyung yang mengerutkan keningnya "Ponsel dan flashdisk!" Lanjut Jungkook yang kini mengangkat pandangannya dengan iris yang membulat.

Taehyung terpaku diikuti dengan dinginnya angin milik Alathana serta Copanus yang kini kembali muncul karena awan tipis itu sedikit menghilang—Iris nya menangkap pergerakan manusia yang tampaknya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya sebuah benda pipih yang di gunakannya ribuan tahun lalu.

"Ada rekaman saya dan teman- teman tengah melakukan rapat Yang Mulia—Saya bisa membuktikannya" ucap Jungkook dengan senyuman tipis diwajahnya seolah ia memiliki harapan untuk kehidupan jika Sang Raja bisa mempercayainya sedikit bahwa dirinya bukanlah bagian dari Heolo dan dirinya hanya ingin kembali, kerumah.

Ya—Rumahnya yang entah berada dimana.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

69.6K 4.3K 20
Senja Athalia Raven tidak akan menyangka jika tiba-tiba tubuhnya tersedot ke dalam cahaya yang ada di dalam novel yang baru selesai ia baca. "Ini kay...
2.2M 10.3K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
527K 78.5K 24
taehyung dan jungkook saling menemukan atap ketika rokok dan pematik paksa mereka untuk bersitatap. ©taelkom, 2018.
13.5K 672 6
Bagi kalian, ruang mayat adalah tempat menyeramkan. Namun tidak untuk Jeon.