Die Verhaal from Stella

By mizuhakanatashi77

581 61 160

SELAMAT DATANG DI DIE VERHAAL FROM STELLA!! Untuk merayakan even tahunan Montakse Aksara, sekaligus melawan... More

Salam hangat
Prolog
Alice in Wonderland
Blessed Messiah and Tower of AI
Sibling
The last of the curse
Hocus Pocus
Ngapel
Uno Dos Tres
bakeneko love story
Ogak
Lover
Takdir si Kue Jahe
Before Wisteria of Hysteria
The Tale of Six Trillion and Over Night
Putri Merpati
The Story Star Light of Stella
Three Hero of Stella the Star Light
The Imitation Fake
Season
Happy Ending for the Evil Witch
Order Made
Sang Gadis Angin
The Rain
Little Heart
Peter pan, Cinderlla, and Camellia
tagged 1
tagged or tiggred?

Under Class

4 0 0
By mizuhakanatashi77

Jumlah kata : 1.207
Pernah di publishkan di

Wah kalian datang lagi? Selamat datang.

Apa kalian mau mendengar kisah yang akan kuceritakan? Sebuah kisah tentang kehidupan?

Baguslah kalau iya. Kuharap kau tidak terlalu terpengaruh karenanya. Karena ini merupakan kisah pelampiasan.

-----------------------------------------------------------

Di dunia modern ini, masih banyak manusia bodoh yang berkeliaran. Dengan mempercayai hukum rimba, dimana yang kuat dapat menginjak yang lemah. Mereka yang kuat merasa telah mengenggam dunia.

Dengan kenyatan biadab dunia ini, aku menahan nafas dalam penjara yang disebut kehidupan. Membuatku menjadi kacau.

Keadilan, aku seperti ditinggalkan olehnya. Aku menulis sebuah permohonan. Tapi kalimatku telah direbut oleh mereka yang merasa menjadi dewa. Dan akibatnya aku tidak dapat tertawa lagi.

Sebagai salah satu mahluk lemah yang diinjak, neraka ini tidak akan pernah berakhir. Aku tidak kuat lagi. Kumohon tolong aku.

Salah satu neraka yang menarikku kedalamnya adalah sekolah.

Di sini aku hanya seonggok sampah berjalan bagi mereka. Hinaan adalah salam hangat yang selalu menyapa gendang telingaku. Aku telah terbiasa hingga aku bosan.

Melaporkannya? Hanya hal yang sia-sia. Dengan menjadikanku sebagai kambing hitam, tidak ada lagi yang bisa mempercayaiku. Akibatnya semua orang menginjakku. Tidak ada yang bisa kupercaya lagi.

'Lempar batu sembunyi tangan' adalah semboyan mereka. Mereka yang suka membullyku kebanyakan pengecut. Tapi tetap kejam. Aku tidak tahu, dimana simpati dan empati mereka. Atau mereka memang tidak punya hati?

"Minggir, ada sampah lewat."

"Kejam sekali kau ini!"

"Loh?"

"Harusnya kotoran berjalan."

"Kau benar."

Dan mereka tertawa bersama sambil menusukku dengan telunjuk dan tatapan merendahkan mereka. Aku tidak dapat menangis lagi. Air mataku telah kering. Hanya darah yang akan keluar jika kupaksakan untuk menangis. Aku benar-benar mahluk yang menyedihkan.

Di rumah tidak berbeda jauh. Setelah ibuku meninggal, aku sendirian di dunia ini. Ibu tiriku memperlakukanku bagai budak, tiada ampun. Sedangkan ayah kandungku mengabaikanku. Dia tidak berharap aku ada. Dia ingin anak yang berbeda.
Bahkan ia pernah memaksakan keinginanya untuk membuatku menjadi transgender, demi egonya. Sekarang dia sudah tidak seperti dulu lagi, tapi sikapnya bagaikan aku tidak pernah ada. Tetap sama saja bukan?

Seharusnya manusia menolong sesama. Namun saat aku sudah tidak bisa percaya pada diriku dan tidak ada yang bisa kupercaya, kemana aku harus bersandar?

Rasanya seperti pernah ada sesuatu yang penting di sini, di hatiku. Ah lebih baik aku tidak tahu. Itu sudah tidak penting lagi. Karena hari esok akan membuatku semakin menderita dan gila. Dan akulah yang paling paham akan hal itu.

Pembulinganku tidak pernah berakhir. Dari kelas awal hingga kelas akhir aku bersekolah, terus berlanjut neraka ini. Bahkan semakin buruk. Adakah pertolongan untukku?

Sekolah, rumah, dan satu lagi nerakaku adalah sosial media.

Mereka menghinaku, merendahkanku , dan menyiksaku di mana pun dan kapan pun. Walau aku sudah mengganti akun entah bagaimana mereka menemukanku. Sepertinya aku memang tidak bisa lepas dari mereka. Takdir yang sungguh bodoh.

Ingin aku tertawa sekeras-kerasnya dan meneriaki ketidakadilan ini. Apakah masih ada seseorang yang bisa ku mintai tolong?

Bunuh diri adalah hal bodoh yang telah kucoba. Mulai dari menggantung diri, menyayat pergelangan tangan, berdiri di rel kereta yang sedang berjalan dan mencoba tenggelam di danau, namun tidak ada yang berhasil.

Saat aku menggantung diri, tali tambangnya putus atau kayu penyangga yang kugunakan sebagai tempat mengikat talinya patah karena tidak kuat menahan beban. Menyayat pergelangan tangan hanya membuat luka membekas di tanganku, tanpa bisa membunuhku. Berdiri di rel kereta hanya hal bodoh, kereta di kotaku memiliki sistem otomatis di mana kereta akan berhenti jika ada yang menghalangi jalannya dengan bantuan sensor. Tenggelam di danau juga percuma, aku bisa berenang dan tanpa diminta tubuhku secara otomatis akan berenang. Sial. Seolah aku tidak diizinkan untuk mati dengan cara membunuh diri biasa.

Tidak adil!

Kenapa hanya mereka yang boleh tertawa? Kenapa aku tidak? Apa aku pantas berada di dunia ini? Kalau tidak, kenapa aku dilahirkan?

Dikala aku sudah tidak sanggup menerima penyiksaan mereka, aku bertanya, "kenapa?" Mereka berhenti tertawa. "Kenapa ini harus terjadi padaku?"

Mereka saling berpandangan lalu tersenyum sinis. Sambil melemparku lagi dengan sampah mereka berkata, "karena kau adalah mahluk menjijikkan yang tidak pantas berada diantara kami, under class! Kau hanya seonggok manusia yang bodoh, jelek, pembawa sial, dan tidak berguna. Dan menyiksamu itu sangat menyenangkan." Lalu mereka tertawa terbahak-bahak lagi.

Ha ha ha. Ternyata aku sungguh tidak berguna. Sekarang kalau dipikir lagi apa untungnya aku? Baiklah aku akan mati. Tapi aku tidak akan mati sendirian.

Hari yang aku nanti telah tiba. Hari kelulusan. Hari di mana mereka yang memandang rendah diriku berkumpul.

Mulai dari orang tua bajingan, guru brengsek, teman sekolah jahanam mereka berkumpul dengan senyuman. Begitu pun diriku.

Orang tuaku? Mereka pasti datang. Demi nama baik dan pandangan orang lain. Bukan demiku.

Setelah basa-basi Pak tua Kepala sekolah, sekarang adalah 'night prom' untuk tingkat akhir sepertiku akan segera dilakukan. Mereka semua telah berpakaian rapi dan mewah. Tadinya aku mau begitu, tapi kostumku telah dicuri dan dikenakan oleh teman sekelasku.

Lihatlah dia, begitu menawan dengan kostum yang akan menyulam dosa-dosanya. Sedangkan di lokerku sekarang tersediah sebuah baju rami yang biasa di gunakan anak klub drama sebagai baju Tuan Jerami bodoh dalam cerita 'Dorroty in Oz', sungguh sebuah lelocun lama. Dan dengan bodohnya pula, aku meninggalkan pakaianku di loker karena kami harus memakai seragam dipagi harinya.

Tapi ini cukup untuk membuat acaranya meriah. Aku tidak akan pergi ke pesta, tapi akan 'membuat' pesta.

Jika mereka tertawa mengejekku, aku juga bisa tertawa mengejek mereka.
Jika mereka bisa mengolokku, aku juga bisa mengolok mereka.

Jika mereka membuatku tidak bisa mendapatkan happy ending, mereka juga tidak bisa mendapatkan happy ending.

Seluruh persiapanku selama seminggu ini akan terbayar.

Sudah kukunci pintu dan jendela aula utama, tempat mereka mengadakan pesta. Sangat mudah untuk mencuri kuncinya dari ruangan kepala sekolah dan membuat duplikat kuncinya.

Tinggal membuat hal serunya.

Kuambil bensin-bensin yang telah kuseludupkan ke sekolah dan kusimpan di gudang. Kusiram bensin di mana-mana. Di kelas, lab, kantin, kantor, setiap sudut neraka ini tidak akan kulewatkan. Bukankah neraka lebih mirip jika ada apinya?

"Untuk kalian yang mencekikku, yang menertawakanku, yang mengabaikanku, yang tidak menolongku, aku pasti akan melepaskan diri dari belenggu kebencian ini. Oleh karena itu, terbakarlah kalian bersama semua dosa kalian. Ha ha ha ha."

Bersamaan dengan tawa gilaku, api cepat menyebar dari korek yang kulempar ke dalam lautan bensin.

Setelah api kian membesar, barulah terdengar sorakan minta tolong dari mahluk-mahluk biadab itu. Ha ha ha ha. Seandainya aku bisa melihat mereka terbakar bersama kain cantik yang mereka kenakan, melihat kulit mereka merah kehitaman, melihat perhiasan mereka meleleh di leher, kepala, jari, dan telinga mereka.

Sungguh sangat disayangkan aku melewatkannya.

Tapi mendengar betapa frustasinya mereka sudah cukup membuatku tertawa. Biarlah semuanya hilang dan hancur. Semuanya dari bagian dunia yang kacau ini. Meski aku harus ternoda oleh warna jelek dunia ini.

Teriakan histeris makin terdengar, api semakin gencar membakar mereka.

"Apa kalian membencinya?" Hanya lolongan mereka yang menjawab.
"Aku juga membencinya."

"Mari kita berpisah." Aku berjalan di lautan api. Pergi ke dalam lab yang hampir gosong. "ha ha ha. Hey Under class, " kataku sambil menuang cairan HCl ke atas kepalaku.

-----------------------------------------------------------

Hah, menceritakan ini membuat senyumku hilang. Bagaimana dengan kalian? Apa kisahku ini menganggu kalian? Aku harap kalian bisa menikmatinya. Tapi jangan dilakukan ya!

'Bersabar dan memaafkan' mungkin akan terdengar bodoh jika aku mengatakan pada anak itu. Dan kurasa alasan dia melakukan ini tidak bisa disalahkan.

Tapi bagaimana dengan dirimu? Apa pendapatmu?

Aku ingin sekali mendengarnya.

Continue Reading

You'll Also Like

26.2K 2K 22
yang ada saja belum tentu dianggap,, apalagi aku yang hanya orang baru?
840K 9.9K 63
cerita singkat
99.3K 10.8K 50
Kehilangan seseorang akan selalu menjadi luka terdalam.
911K 7.3K 25
one-shot gay ⚠️⚠️⚠️ peringatan mungkin ada banyak adegan πŸ”ž anak anak d bawah umur harap jangan lihat penasaran sama cerita nya langsung saja d baca