Retrouvailles

By Yupitawdr

7.5M 677K 137K

Samuel itu banyak lukanya. Papanya selingkuh, mamanya meninggal bunuh diri, pas dewasa malah dijodohin dan di... More

Prolog
Bab 1. Kilas Balik 2015
Bab 2. Kilas Balik 2017
Bab 3. Titik Awal
Bab 4. Penilaian Basket
Bab 5. Cewek Murahan?
Bab 6. Memories Bring Back You
Bab 7. Satu Hal di Masa Lalu
Bab 8. Pluviophile
Bab 9. Please, Kill Me
Bab 10. Sudut Kantin
Bab 11. Tidak Ada Senja Hari Ini
Bab 12. Sepatu Air Jordan dan Latar Rooftop
Bab 13. Tiga Cerita
Bab 14. Gloomy Saturday
Bab 15. Rumpang
Bab 16. Semesta untuk Tiara
Bab 17. Tidak Ada yang Pergi
Bab 18. Baby Breath dan Bunga Matahari
Bab 19. River Flows in You (Talitha dan Violette)
Bab 20. Kemarahan Nuca
Bab 21. Menunda Luka
Bab 22. Kita Sama, Sam.
Bab 23. Mirip Alta?
Bab 24. Tak Sanggup Melupa
Bab 25. Mengapa Kita?
Bab 27. Satu Hal Tentang Lyodra
Bab 28. Calla Lily Putih
Bab 29. Landing on You
Bab 30. Catastrophe
Bab 31. Bekal Untuk Sam
Bab 32. Janji Yang Ditepati
Bab 33. Ribut Berkualitas
Bab 34. Waktu Berdua
Bab 35. Untuk Saling Meninggalkan
Bab 36. Kekacauan
Bab 37. Sedikit Berbeda
Bab 38. Episode Malam Minggu
Bab 39. Dari Ketinggian 30 Meter
Bab 40. Wahana Terakhir
Bab 41. Panggilan Untuk Lyodra
Bab 42. Pengakuan
Bab 43. Rencana Mama
Bab 44. Mereka Ada di Dunia Nyata
Bab 45. Pamit
Bab 46. Bertemu Kalka
Bab 47. Jangan Sakit Lagi
Bab 48. Ulang Tahun Keisha
Bab 49. Kambuh
Bab 50. Before You Go
Bab 51. Surat Dari Samuel
Bab 52. Beberapa Hal Yang Perlu Diceritakan
Bab 53. Sebuah Kebenaran
Bab 54. Teman Baru untuk Lyodra
Bab 55. Jejak di Langit Setelah Hujan
Bab 56. Waktu Bahagia yang Rumpang
Bab 57. Menghilang dan Menjauh
Bab 58. Terbongkar
Bab 59. Lo Putus Sama Lyodra, Sam?
Bab 60. Tentang Foto dan Video
Bab 61. Untuk Samuel
Bab 62. Sama-Sama Butuh Sayap
Bab 63. Titik Masalah
Bab 64. Ditikung Liam
Bab 65. Lyodra Sama Gue Aja
Bab 66. Pergi
Bab 67. Pertengkaran
Bab 68. Dia yang Pergi
Bab 69. Bulan Desember di Batavia
Bab 70. Mencoba Bertanggungjawab
Bab 71. Perkara Anjing
Bab 72. Titik Balik
Bab 73. Alasan Aurbee
Bab 74. Hujan dan Sebuah Keputusan
Bab 75. Menghabiskan Waktu
Bab 76. Selepas Hujan

Bab 26. Sementara Dengan Jarak

76.5K 8.2K 1.3K
By Yupitawdr

Playlist : Christina Aguilera - I'm Okay.

Ini lagu pas banget untuk Sam. Begini potongan liriknya :

Tarik napas dulu sebelum resapin liriknya..

Once upon a time there was a girl.
(Suatu ketika ada seorang gadis)

In her early years she had to learn.
(Pada tahun-tahun awalnya ia harus belajar)

How to grow up living in a war that she called home.
(Bagaimana tumbuh dewasa dalam perang yang disebutnya rumah)

Never know just where to turn for shelter from the storm.
(Tidak pernah tahu harus ke mana berlindung dari badai)

Hurt me to see the pain across my mother's face.
(Terluka saya untuk melihat rasa sakit di wajah ibuku)

Every time my father's fist would put her in her place.
(Setiap kali kepalan tangan ayahku akan menempatkannya di tempatnya)

Hearing all the yelling I would cry up in my room.
(Mendengar semua teriakan saya akan menangis di kamar saya)

Hoping it would be over soon.
(Berharap itu akan segera berakhir)

Bruises fade father, but the pain remains the same.
(Memar memudar pada ayah, tetapi rasa sakitnya tetap sama)

And I still remember how you kept me so afraid.
(Dan saya masih ingat bagaimana Anda membuat saya sangat takut)

Strength is my mother for all the love she gave.
(Kekuatan adalah ibuku untuk semua cinta yang diberikannya)

Every morning that I wake I look back at yesterday.
(Setiap pagi saya bangun, saya melihat kembali kemarin)

And I'm OK.
(Dan saya baik-baik saja)

I often wonder why I've carried all this guilt.
(Saya sering bertanya-tanya mengapa saya menanggung semua kesalahan ini)

When it's you that helped me put up all these walls I've built.
(Ketika Anda yang membantu saya memasang semua tembok yang saya bangun)

Shadows stir at night through a crack in the door.
(Bayangan-bayangan bergerak di malam hari melalui celah di pintu)

The echo of a broken child screaming please no more.
(Gema anak yang patah berteriak tolong tidak lagi)

Daddy, don't you understand the damage you have done.
(Ayah, tidakkah kamu mengerti kerusakan yang telah kamu lakukan)

For you it's just a memory, but for me it still lives on.
(Bagimu itu hanya kenangan, tapi bagiku masih hidup)

Huftt.. dalem.

Okay, selamat membaca bab ini:)

Jangan lupa untuk klik bintang di sebelah kiri bawah yaa untuk vote ❤️

Dan jangan lupa komentar yay!!

-------------------------------------------------------

Bab 26. Sementara Dengan Jarak

Orang bilang, selain hujan dan senja. Langit dan bintang-bintang juga pandai memutar balik ingatan. Menahannya pada suatu hal di masa lalu dalam kurun waktu yang lama, padahal kita ingin lupa.

***

SAMUEL benar-benar diasingkan sepulang dari rumah sakit. Kakeknya memberikan pilihan untuk ke Singapura atau Menteng yang notabene rumah lamanya dulu. Sebagai bentuk usaha menenangkan diri dan rehat sejenak dari banyak hal. Begitu katanya.

Karena tidak ingin terlalu jauh dengan Jakarta, ia akhirnya memilih untuk pulang sementara ke Menteng. Rumah bergaya american colonial dengan halaman luas di depan. Rumah yang menjadi tempatnya pulang dari sekolah, dari jalan-jalan, dari manapun. Dulu.

Tidak banyak yang berubah dari rumah ini. Masih asri dan dingin. Tanaman monstera mulai menjalar di dinding beranda rumah karena tidak ada yang merawat dan memangkasnya. Tapi, rumah ini masih bersih. Tidak ada sedikitpun debu yang menempel di segala sisi karena setiap sore ada orang yang membersihkannya. Apalagi, sebulan dua kali biasanya ia akan menginap disini. Sehabis nyekar di makam mamanya biasanya ia akan menghabiskan sepanjang malam dengan menyusuri ruangan-ruangan yang biasanya mereka penuhi tawa. Sebelum memilih untuk tidur.

Dulu, dulu sekali..

Biasanya ia suka menghabiskan waktu di ruang makan, menunggu mamanya selesai membuat pasta ataupun eksperimen lainnya, atau di loteng rumah, melewati malam sambil mendengarkan papanya bercerita tentang mitologi dan segala hal yang berkaitan dengan konstelasi bintang. Semua ruangan di rumah ini begitu banyak menyimpan kenangan, begitu hangat saat itu dan begitu dingin saat ini. Saat dikenang.

Samuel masih mengingat dengan jelas, meskipun hanya beberapa. Setiap sore ia bermain di atas trampolin bersama Samira. Berlarian di atas hamparan rumput teki halaman rumah, bersepeda keliling kompleks ditemani papanya lalu mamanya akan menunggu di depan gerbang rumah sambil berkacak pinggang karena mereka pulangnya terlalu larut.

Lalu, jika minggu tiba, mereka akan banyak menghabiskan waktu di gazebo belakang. Ia dan Samira akan duduk anteng di kursi gantung sambil mendengarkan dongeng yang dibacakan mamanya. Papanya akan duduk di antara ia dan Samira. Sesekali, mengganggu mamanya yang membaca.

Dan mereka akan tertawa.

Lepas.

Sebelum semuanya berubah dan memburuk hingga sekarang.

Samuel tidak dapat berhenti untuk mengingat, satu persatu memori mulai muncul kembali ke permukaan. Dan ia tidak bisa mengalihkan pada apapun sekarang. Jika dalam keadaan yang berbeda, saat kenangan itu kembali biasanya ia mengalihkan fokus ke ponselnya. Tapi, sekarang tidak bisa. Ia tidak dapat melakukan apapun. Saat kakeknya memutuskan untuk menepikannya sejenak, ponselnya disita. Ia tidak dapat bebas berkomunikasi dengan siapapun selama tiga hari ini. Samuel hanya akan pegang ponsel ketika Liam datang dan temannya itu meminjamkannya.

Penjagaannya cukup ketat karena kakeknya menyuruh beberapa orang suruhan untuk menjaga gerak-geriknya. Hanya anggota keluarganya dan Liam yang boleh masuk, karena lelaki itu sudah kenal dekat dengan keluarganya. Makanya mudah diijinkan, berbeda dengan Bennedith.

Tidak ingin mengingat banyak hal lagi, ia memilih untuk memejamkan mata. Membiarkan cicitan burung kenari di atas pohon mangga masuk ke indera pendengarannya. Semakin mempererat pejamanan matanya, semakin gelap.. semakin membuatnya kembali ingat pada bayangan saat mendapati mamanya gantung diri di pohon itu.

Saat ia memanggil-manggil mamanya sepulang sekolah.

Saat ia mencari sosok mamanya ke seluruh penjuru rumah.

Saat ia menuju pintu belakang menuju beranda belakang rumah masih dengan keadaan santai, sesekali ia berteriak memanggil mamanya. Kebiasaan sepulang sekolah jika ingin disiapkan makan siang.

Saat ia berjalan menuju gazebo dan tubuhnya sontak berhenti, jantungnya berdegup kencang ketika mendapati mamanya menggantung disana.

Lalu.. dengan tubuh bergetar hebat. Ia berteriak.

Lalu.. gelap.

Kilasan balik itu mendadak berhenti.

Samuel membuka matanya cepat. Ia merasakan tangannya bergetar. Ia menegakkan tubuhnya, membuat gerakan kecil di kursi ayunan yang didudukinya. Lelaki itu memandang lurus ke depan. Tepat pada pohon mangga yang saat itu mulai berbunga lebat.

Meskipun tidak ingin.

Meskipun tidak mau terlihat lemah.

Samuel menangkup wajahnya, jantungnya berdegup kencang, hatinya sakit. Sakit sekali. Isakan kecil lolos dari bibirnya.

Membiarkan tubuhnya bergetar, Samuel... menangis.

***

"AKU mau kita break."

Nuca menghentikan pergerakan tangannya, ia berhenti mengikat tali sepatunya lalu menoleh pada Tiara di sampingnya.

Cukup mengejutkan Tiara mengatakan hal demikian, padahal tadi gadis itu berlaku baik-baik saja dan masih tersenyum saat teman-teman futsalnya menyapa dan mengajaknya bercanda.

Sekarang, lapangan sudah sepi, teman-temannya sudah pulang. Hanya tinggal ia dan Tiara berdua. Gadis itu sepertinya mengambil waktu yang pas.

"Break?" tanya Nuca memastikan pendengarannya.

Tiara mengangguk. "Udah berhari-hari aku mikirin ini, aku tahu ini nggak mudah. Tapi, kamu benar-benar butuh waktu, Nuc. Buat sadar gimana perasaan kamu sebenarnya."

Nuca terperangah. "Jangan bilang ini gara-gara respon aku kemarin-kemarin. Soal kecelakaan Sam?"

Tidak ada jawaban dari Tiara, Nuca mulai mengerti titik permasalahannya. Ia menghela napas kasar dan memandang lurus ke depan. Bingung harus bagaimana lagi menghadapi Tiara.

"Setahun lebih, Nuc. Dan aku cuma nunggu dan berharap sendirian. Kamu selalu berhasil buat aku nggak bisa pergi, makanya aku mau ketika kamu ajak aku pacaran. Aku kira, setelahnya semua akan berjalan baik. Ternyata enggak." Kalimat yang dilontarkan Tiara membuat Nuca menggeleng tidak percaya. Gadis itu banyak berubah akhir-akhir ini. Semakin overthingking, suka memperbesar masalah-masalah kecil, dan.. cemburuan.

"Tir.."

"Hubungan kita nggak baik, Nuc."

"Kenapa kamu mikir gitu?"

"Karena kamu masih cinta Lyodra," tuduh Tiara.

Menahan emosinya agar tidak tersulut, Nuca mengepalkan tangannya untuk menahan amarah. Jelas ia tersinggung dengan ucapan Tiara.

"Kamu nggak tahu, selama ini, aku bertahan sebatas teman sama kamu ya karena ini. Kalau aku ngajak kamu pacaran dari dulu lalu ada masalah, akhirnya akan seperti sekarang, atau bahkan lebih. Kalau misalnya putus, aku tahu hubungan kita nggak akan bisa kembali sebagai pertemanan lagi. Pasti akan ada yang beda," ucap Nuca panjang lebar. Lelaki itu enggan menatap Tiara, takut pertahanan runtuh. "Ada banyak hal yang aku pikirin sampai akhirnya aku berani ajak kamu pacaran. Aku nggak mau kamu pergi tapi disisi lain kamu belum cukup buat percaya aku. Kamu pikir, cinta sama cinta cukup?"

"Memangnya cinta kamu udah cukup? buat aku?" tanya Tiara dengan suara bergetar.

Seharusnya, Tiara juga mengerti bahwa cara mencintai itu berbeda-beda. Saling cinta tapi tidak saling menerima dan siap untuk bersama adalah definisi yang pas untuknya dan Nuca. Tiara dengan sisi yang tidak bisa percaya dan Nuca dengan sisi yang tidak bisa menerima beberapa sifat buruk Tiara dalam hubungan mereka.

Tiara, dengan kebiasaan overthingkingnya, ia membayangkan hal-hal buruk yang sebenarnya belum atau bahkan tidak terjadi. Masih menduga-duga. Seperti perasaan Nuca ke Lyodra yang bagaimana benarnya. Sedangkan Nuca yang tipikal tidak mudah peka, ia merasa semuanya yang dilakukannya adalah hal yang benar dan sudah cukup untuk Tiara. Tapi, gadis itu selalu merasa kurang tanpa memberitahunya dengan jelas kurangnya dimana.

"Memangnya kamu belum merasa cukup?" Nuca menoleh. Ia melihat Tiara mengangguk kecil. Gadis itu nampak berkaca-kaca sekarang.

"Gara-gara aku panik sama keadaan Lyodra dan sempat mengabaikan kamu kemarin-kemarin terus kamu kayak gini. Udah aku jelasin juga waktu itu."

Tiara menggeleng. Gadis itu menangkup wajahnya dan mulai menangis. "Aku bingung, Nuc.."

Nuca mengusap wajahnya kasar. Ia meraih kedua tangan Tiara agar bisa menatap wajah gadis itu. Tiara semakin kejer membuat Nuca bingung harus bagaimana.

Mereka terlibat saling diam. Nuca dengan pikirannya untuk kebaikan hubungan mereka kedepannya dan Tiara dengan segala ketakutannya.

"Kalau kamu merasa nggak pernah cukup sama aku, kamu boleh pergi, Tir. Aku nggak akan nahan kamu lagi," ucap Nuca pelan.

Ia benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.

Ia tidak mau Tiara semakin kepikiran dan tertekan karena dugaan-dugaan yang dibuatnya sendiri.

Sedangkan Tiara, tangisnya semakin tumpah. Ia bingung dengan apa yang ia mau. Ketika meminta untuk break ia merasa itu adalah keputusan yang benar. Tapi, saat Nuca benar-benar mau melepaskannya, ia..tidak mau.

"Maaf, udah buat kamu tertekan dan terikat selama ini."

Bukan ini yang Tiara mau.

Demi apapun.

Bukan ini.

"Aku mau break, bukan putus, Nuc."

Dan Nuca paling benci ini. Semua yang dilakukannya seakan serba salah.

***

BINTANG albireo dapat Samuel lihat dalam jarak dekat, sangat jelas dan begitu indah. Ia melihatnya dari teleskop. Melalui jendela loteng yang dibiarkan terbuka. Tempat paling pas untuk menikmati pemandangan langit malam ini.

Ia terbiasa mengenal aldebaran, altair, vega, capella, rigel, atau.. sirius, lalu melihatnya dari sini sambil mendengarkan papanya bercerita banyak hal. Tapi, malam ini, ia lebih tertarik pada bintang albireo yang terlihat di langit barat. Bintang ikonik yang berada dalam konslentasi cygnus. Dengan mata telanjangnya, ia bisa melihatnya berpendar sendirian. Tapi, menggunakan teleskop, Samuel bisa melihat jika bintang itu ganda dengan bintang berwarna kuning keemasan dan.. bintang di sampingnya berwarna biru. Lebih redup. Seolah opasitasnya sudah diatur.

Dua bintang albireo tadi merupakan kebenaran sistem bintang biner. Maksudnya, kedua bintangnya tidak semata-mata sejajar seperti yang terlihat dari sini, dari bumi. Sebaliknya, mereka berputar di sekitar pusat massa bersama. Tetapi, kedua bintang ini berjauhan dan mungkin membutuhkan waktu 100.000 tahun untuk saling mengorbit. Meskipun kedua bintang ini tampak berdekatan dalam sebuah teleskop.

Bergeser sedikit, ia dapat menemukan bintang deneb. Bintang paling terang dalam rasi ini. Sekali menemukan deneb, ia lalu menemukan bintang vega di rasi lyra dan altair di rasi aquila. Tiga bintang yang termasuk dalam artiresma segitiga musim panas.

Langit dari jarak dekat memang sangat indah. Penuh cerita, penuh teka-teki, penuh brankas berisi banyak hal yang menguap dari kepala manusia. Tersimpan disana. Lalu, malamnya, manusia akan berlomba-lomba untuk memandang langit dan meminta memori mereka diputar kembali.

Untuk mengenang. Karena, mengenang ketika malam sambil melihat hamparan bintang di langit begitu menyenangkan. Lebih tenang. Opsi lain setelah hujan pastinya. Karena, mengingat masa lalu ketika hujan merupakan hal yang paling pas dan.. sendu.

"Sam, lo di dalam??!!"

Panggilan itu membuat Samuel menjauhkan matanya dari lensa okuler teleskop lalu menoleh ke arah pintu yang mulai digendor beberapa kali. Itu suara Liam.

"Masuk aja!" teriak Samuel karena malas untuk membuka pintu.

Setelahnya, Liam masuk. Temannya itu menghampirinya lalu duduk di kasur lantai. Tepat di samping Samuel.

"Dari Lyodra," kata Liam sambil menyodorkan ponsel ke arah Samuel. Ponsel yang sempat ia pinjamkan dulu. Samuel menerimanya kemudian memandang lekat ke arah Liam.

"Semuanya aman kan?"

Mengerti apa yang dimaksud Samuel, Liam diam, ia berpikir untuk memilih kalimat yang pas sebagai jawaban. "Tiara aman. Gue lihat-lihat suruhan keluarga lo nggak ada yang mata-matain dia lagi. Apalagi, setelah Tiara beneran taken sama Nuca dan lo sama Lyodra. Cuma, mereka kemarin geledah apartement lo dan nemuin album foto lo. Yang ada foto-foto Tiara."

Dulu, saat keluarga Samuel tahu jika Samuel menyukai Tiara, beberapa orang suruhan mulai menguntit kehidupan gadis itu. Alasan lain yang membuat Samuel tidak berani memulai hubungan dengan Tiara karena takut Tiara kenapa-kenapa. Karena, keluarganya bisa berbuat nekat untuk membabas habis apa-apa yang tidak sesuai dengan kemauan ataupun alur yang mereka buat.

"Anjxng. Apa lagi?"

Liam menggeleng. "Nggak ada. Tapi, sekarang Lyodra yang nggak aman. Lelaki itu tersenyum sumir. "Mereka selalu di bekalang dia," lanjutnya.

"Itu aja?"

Liam berguman sebagai jawaban. Ia melihat jam di pergelangan tangannya, sudah larut malam ternyata. "Jangan bilang lo ngajak Lyodra pacaran buat ngalihin agar mereka nggak ngikutin Tiara lagi?"

Samuel tidak menjawab. Dan Liam menganggap jawabannya adalah iya. Sebenarnya, ia tidak habis pikir dengan Samuel. Temannya itu begitu rumit dan.. licik.

"Jangan terlalu jahat, Sam. Kasihan dia."

"Lo nggak tahu apapun."

Liam mengedikkan bahunya lalu berdiri. Beranjak dari duduknya. "Yaudah, terserah lo," katanya. "Oh iya, Samira tahu lo kecelakaan. Tadi dia telfon nanyain keadaan lo terus. Mending lo hubungin balik dulu. Bilang lo baik-baik aja biar dia nggak khawatir."

"Hm."

Sebelum benar-benar pergi dan menutup pintu, Liam berkata. "Lyodra bilang makasih."

"Buat?"

"Udah pinjemin hp."

Lalu Liam pergi. Menutup pintu dan hilang dari pandangan.

Samuel memandang ponselnya lama lalu membuka aplikasi WhatsAppnya. Ia mendengus begitu melihat foto profilnya kembali sama seperti sebelumnya. Lyodra menggantinya seperti di awal. Foto kecilnya. Menggemaskan tapi ia jijik. Itu fotonya dengan Jeffery dulu.

Meskipun bergidik, ia kembali memandangnya. Sekali lagi. Dan tersenyum.

Kemudian, seperti yang dikatakan Liam tadi, ia segera menghubungi Samira.

***

LYODRA tidak pernah bisa tidur nyenyak sejak beberapa tahun yang lalu. Kepalanya selalu berisik. Bahkan, dalam keadaan tidurpun, pikirannya tidak bisa beristirahat karena masalah-masalahnya terbawa dalam mimpi.

Karena insomnianya yang parah, ia sampai bolak-balik ke dokter untuk konsultasi dan pulang dengan membawa kantong berisi obat-obatan. Lalu, ketika malam dan ia belum bisa tidur, ia akan membukanya dan.. meminumnya. Sesuai anjuran dokter. Seperti kali ini misalnya.

Pernah ia merasa kesal dengan keadaannya, lalu meminumnya di atas dosis. Besoknya ia terbangung di atas brankar rumah sakit. Selalu begitu, apalagi waktu masih di Medan dulu. Sekarang sudah lebih baik. Bukan, bukan sekarang. Tapi sebelum Samuel datang, sebelum kedua orangtuanya benar-benar mau bercerai, sebelum Mirabeth akan pergi dan permasalahannya semakin besar.

Sekarang masih sama, bahkan lebih parah dari sebelum-sebelumnya.

Ia tidak bisa tidur, tidak bisa berhenti berpikir dan itu sangat mengganggu.

Mengambil empat butir pil dari botol obat di atas nakas, Lyodra langsung meminumnya lalu memasukkan obatnya ke dalam laci. Menyimpannya rapat agar Mirabeth tidak tahu. Karena, selama ini, yang mereka -orang terdekatnya- tahu, ia sudah sembuh dan tidak mengonsumsi obat itu lagi.

Padahal tidak.

Dibalik sifat manja, keras kepala, ambisus, dan menyebalkannya. Ia adalah manusia kuat dan tidak mau membagi keluhannya pada orang terdekatnya. Selalu mencoba terlihat baik-baik saja agar mereka tidak kepikiran. Begitu Lyodra.

Mungkin, oranglain saat ini memandangnya buruk. Ia akan membiarkan. Bagaimanapun, mau sebaik apa, jika mereka memang membencinya. Mereka akan terus begitu tanpa peduli kebaikannya. Makanya, ia cenderung tidak peduli dan bodo amat dengan perkataan orang-orang. Meskipun sakit hati, ia tidak mau terlihat lemah. Makanya, ia selalu mendongakkan kepala, agar mereka tahu kalau ia tidak selemah itu untuk peduli lalu menangis karena pandangan mereka.

Lyodra meraih ponselnya yang tergeletak di kasur. Itu baru dibelinya kemarin, bersama Ziva dan Keisha saat mereka pulang sekolah dan jalan-jalan ke PIM. Tiga hari belakangan ini ia merasa lebih bebas, ia bisa hangout bareng teman-temannya tanpa memikirkan semua ancaman Samuel. Ia bersyukur lelaki itu tidak masuk sekolah dalam waktu yang lama. Semoga saja keadaan Samuel tidak pernah membaik dan tidak akan pernah kembali ke sekolah. Kalau perlu mati karena ia ingin bebas.

Hampir lima belas menit berselancar di Instagram, membalas pesan teman-temannya, nonton video terbaru Nessie Judge. Hingga ia bosan dan memilih untuk mematikan ponselnya lalu menyimpannya di atas nakas.

"Tidur, Lyodra. Udah malam.."

Suara itu membuat Lyodra berbaring dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Ia merasa lebih tenang sekarang dan rasa kantuk perlahan menyerangnya. Sepertinya, obat tadi telah beredar, mengalir bersama darahnya. Menuju syaraf. Ia memejamkan mata.

"Berhenti, Ly. Untuk malam ini. Berhenti berpikir apapun."

Lyodra mengenalnya. Itu seperti suara Samuel. Lyodra dapat mendengarnya sayup-sayup. Seperti berbisik di telinga tapi kedengarannya jauh.

Matanya terpejam. Kepalanya berhenti memikirkan semua permasalahannya. Tapi, kenapa sekarang Samuel mengambil alih pikirannya?

Hanya karena kalimat tadi. Kalimat yang pernah Samuel ucapkan saat di Festival Jazz dulu.

"Sam.. pergi."

----------------------------------------------------------

Kalian bisa baca lebih dahulu BAB 27, 28, 29, dan 30 di Karyakarsa. Per dua BAB cuma 5000. Oh iya, gue gak nentu repostnyaa karena mau kerjain sequel Retrouvailles😻

Buat yang mau nunggu repost, gak apa-apaww biep. Buat yang gak sabar baca, langsung ke akun Karyakarsa : Yupitawdr

Continue Reading

You'll Also Like

805K 54.5K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
129K 14.4K 28
Gue pinjem 99 hari lo buat buktiin kalau gue serius sama lo.. #update setiap Selasa& Kamis. Start 03 Desember 2018 END 08 Agustus 2019
Early By Kei_naa

Teen Fiction

431 62 37
bulir air mata ku tak tertahan saat mengetahui semuanya. kau yang selalu menganggap ku berharga yang nyatanya terlihat tidak sama sekali di mata ku. ...
490K 34.7K 24
[SPIN OFF ALDARA] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Sebagian cerita sudah di un publish] (Karakter, tempat dan insiden dalam cerita ini adalah fiksi) Sarah...