WIDOW [✓]

By TreeLiu

205K 25.8K 5.9K

NC 21+ Secara sadar ia kerap kali menelanjangi perempuan itu dengan tatapannya. Tiap kali bertemu, hanya hal... More

Prolog
(2) Culik Dia!
(3) Kapal Pesiar
(4) Tuan Tampan
(5) Perempuan Sepuluh Milyar
(6) Sembari Tidur
(7) Ruby Jane
(8) Jungkook Tercinta
(9) Sebut Namaku
(10) Harta, Tahta, Nakamoto Yuta
(11) Tidak Keren Lagi
(12) Anaknya?
(13) Aku Suka
(14) Satu Dua Dua
(15) Ngidam
(16) Puaskan Aku Dulu
(17) Tidak Mau yang Lain
(18) Bidadari Mimpi
(19) Di Sini
(20) Hal Lucu
(21) Jangan Pergi
(22) Menyakitkan
(23) Sampai Hati
(24) Vitamin
(25) Aku Juga Membunuhnya
(26) Tidak Ada yang Tahu
(27) UN Village
(28) Bagaimana Rasanya?
(29) Putri Tidur
(30) Turunlah Dari Perahuku
(31) Berteman
(32) Pernikahan Impian
(33) Gadis Impian
(34) Jika Kau Mengkhianatiku
(35) Jonathan
(36) Puisi

(1) Mau Kuantar Pulang?

13.5K 1.4K 253
By TreeLiu

Yang barusan adalah kali terakhir sebelum jam makan siangnya. Jennie menghela napas lelah. Berharap hari ini cepat berlalu dengan baik-baik saja meski memang tidak pernah lagi ada kata itu semenjak kepergian Jungkook, suaminya. Hidupnya menjadi lebih susah dan terasa menyengsarakan bahkan dari sebelum ia bertemu dengan pria yang masih memiliki seluruh hatinya itu.

Andai pria itu tahu, dia mungkin takkan pernah mau meninggalkan Jennie dengan seperti ini. Bebannya terlalu berat sekarang sampai kedua bahunya serasa akan ambruk hari demi hari. Air mata yang ia tumpahkan, tidak pernah membuat orang lain iba. Mereka pikir Jennie tidak kehilangan. Mereka pikir, Jennielah yang menyebabkan Jungkook meninggal.

Padahal, siapa juga yang mau menjadi janda seminggu setelah pernikahannya? Ini terlalu berat, Jennie tidak kuat.

Mengusut air mata yang belum sempat jatuh kembali, ia jejalkan ponselnya kemudian ke saku jaket. Menarik napas dalam, ia menguatkan diri. Menanamkan lagi kata-kata bahwa ia harus tetap bertahan. Ia harus tetap hidup, ia harus tetap sehat. Maka ia berniat menyantap makan siangnya ketika kotak nasinya tiba-tiba jatuh dari pangkuan.

Jennie menahan napas lagi. Air matanya kembali menyeruak manakala melihat makan siangnya telah berhamburan di tanah tak lagi bisa diselamatkan. Ketika ia mengangkat wajah, ia mendapati seorang perempuan cantik bergaun feminim tengah menatap sengit ke arahnya.

"Kau masih sanggup makan setelah membunuh kakakku? Apa kau ini sungguh tak merasa bersalah?" Perempuan itu berujar.

Jennie berdiri, air matanya mulai berjatuhan meski sekuat tenaga ia tahan. Ia tidak ingin terlihat lemah, tapi sungguh ia tidak memiliki kekuatan lagi. Perempuan di hadapannya hanya menatapnya angkuh. Meski wajahnya terlihat sedikit mirip Jungkook, nyatanya dia tidak dapat mengobati rindu Jennie akan sosoknya. Dia benar-benar mengerikan.

"Apa jika aku merasa bersalah aku harus menunjukkannya padamu? Apa orang yang kehilangan tidak boleh makan? Bukan hanya kau dan keluargamu yang merasa kehilangan, aku juga-"

"Kau yang mati," potong gadis itu. Jennie tercenung. Hatinya mencelos. "Seharusnya kau yang mati, bukan kakakku."

Pertemuannya dengan Jeon Heejin-adik perempuan Jungkook, selalu mampu membuat Jennie terpukul. Perempuan itu sangat membencinya. Dia terus meneror dan mengatakan hal-hal yang membuat Jennie tidak ingin hidup lagi. Perempuan muda itu terus menyalahkan tanpa pernah mau tahu apa pun dari sisi Jennie, apa yang perempuan itu rasakan. Padahal, tidak pernah ada yang ingin Jungkook pergi. Tidak ada yang pernah ingin orang yang paling dicintainya pergi dari dunia ini. Kenapa semua orang menyalahkannya? Memang apa yang Jennie dapat setelah Jungkook meninggal?

Derita. Hanya itu.

Mereka semua sudah mengambil segala peninggalan milik Jungkook. Aset yang Jungkook tinggalkan untuknya, barang-barangnya, bahkan kenangannya, dan hanya menyisakan kepahitan bagi Jennie. Lantas mereka mau apa lagi? Ingin Jennie benar-benar mati? Apa ia bahkan tak boleh bangkit atas keterpurukan ini? Apa dia tak boleh melanjutkan hidup demi Jungkook-demi cita-citanya yang belum tercapai?

"Mulai hari ini, aku akan selalu membuatmu bahagia."

"Bohong!"

"Kelak, kita harus memiliki banyak keturunan. Menghabiskan hari tua bersama. Kita harus melewati ulang tahun ke seratus bersama-sama."

"Bohong!"

"Aku akan selalu melindungimu, istriku ... Jennie."

"Bohong!"

Ini titik terakhir kekuatannya. Jennie sudah tidak sanggup lagi. Dia ingin menyusul Jungkook, ia pikir setelah itu semuanya akan baik-baik saja. Air itu begitu tenang, Jennie yakin takkan ada yang menyakitkan, mungkin hanya sedikit. Setelah itu ia akan bertemu Jungkook dan tak ada yang akan menyalahkannya lagi. Dia sungguh tidak mampu lagi menghirup napas di dunia selagi lehernya terus dicekik.

Namun,belum juga ia berusaha melompat, ia merasa tubuhnya diraih seseorang sebelum ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke belakang. Ia merasa menimpa benda yang tak cukup lembut, bahkan itu mengeluarkan suara rintihan. Jennie memekik kesakitan. Memukuli seseorang yang mencegahnya bunuh diri kemudian sambil menangis sesenggukan. Hanya mengisak sambil terpejam. Tanpa pernah tahu siapa orang yang menggagalkan acara nekatnya, Jennie berlari pergi lantaran merasa gagal.

Orang-orang melarangnya hidup, namun tiap kali ia mencoba membunuh dirinya, Jennie selalu selamat.

***

Taehyung ingin mengumpat.

Sialan! Benar-benar sialan.

Nampaknya ia salah memilih tempat. Ia datang untuk mencoba melupakan perempuan itu sejenak dengan menenggak alkohol dan bermain dengan beberapa wanita. Namun sejak semenit lalu ia gelisah. Meski sudah meneguk beberapa gelas Wine dan digerayangi wanita-wanita cantik, ia malah harus disuguhi pemandangan yang nyaris membuatnya ingin memberontak.

Ia ingin mengenyahkan pikiran kotornya seharian ini tentang Jennie, namun kini perempuan itu berdiri di hadapannya tanpa menyadari eksistensi sang pria. Tidak masalah jika dia hanya berdiri, Taehyung mungkin bisa menikmatinya dengan tenang. Membayangkan tangan-tangan yang menggerayanginya adalah milik perempuan itu. Namun entah bagaimana ceritanya, perempuan itu di sana sambil sesekali mencoba menarik turun roknya yang terlalu pendek. Mempertontonkan kaki jenjangnya yang dibalut stocking hitam. Pun atasannya sangat terbuka menampakkan belahan dadanya yang coba ia tutupi berkali-kali meski itu percuma. Lekukan tubuhnya nampak begitu jelas dan menarik minat predator-predator di sekitarnya yang kelaparan.

Dengan pakaian seperti itu di tempat ber-AC sambil membawa nampan berisi minuman, Jennie kelihatan tidak nyaman sama sekali. Dia nampak kedinginan. Ia salah memilih riasan rambut juga. Dia tidak seharusnya menggulung tinggi rambutnya dan hanya menyisakan beberapa helai di depan telinga. Namun leher itu terlalu cantik dan lezat. Para pria jelas ingin menancapkan taring di sana.

Namun Taehyung akui malam ini perempuan itu terlihat sangat cantik dengan riasan. Kapan dia tidak terlihat menarik di mata Taehyung? Dia bahkan bisa menarik berahi Taehyung meski berseragam kurir lusuh.

Ah, sialan! Kenapa dia bisa datang ke tempat ini? Bekerja paruh waktu?

Sentuhan-sentuhan wanita jalang pada sekujur tubuhnya sungguh tak lagi bisa Taehyung nikmati. Bahkan membayangkan jika itu sentuhan Jennie yang mana berdiri di hadapannya pun tak bisa ia lakukan. Ada separuh rasa marah dalam dirinya ketika ia menghalau sentuhan jalang-jalang itu dan memilih berdiri. Hendak menghampiri Jennie dan memarahinya meski dia belum memikirkan alasan jika nanti Jennie menanyakan sesuatu.

Namun belum selangkah ia lebih dekat, sebuah kejadian mengotori pandangannya mana kala melintas seorang pria, berdiri sangat dekat dengan Jennie. Sejak awal senyumnya mencurigakan. Dan yang membuat Taehyung membelalakkan mata, pria itu tiba-tiba meremas pantat Jennie di depan mata kepala Taehyung.

Pria itu membeku. Tak lama kemudian ia melihat Jennie yang berbalik dan langsung menampar pria kurang ajar itu, tak lupa menyiramnya dengan segelas minuman di nampannya. Cukup menarik perhatian sebab jika perempuan itu tidak segera kabur dengan wajah marah, perkelahian akan terjadi dan pria itu mungkin akan menuntutnya.

"Hei! Tidak usah sok suci. Aku bisa membayar selangkanganmu dengan sangat mahal, Bitch. Hei, siapa yang bertanggung jawab di sini? Jalang itu menyiram wajahku. Aku akan tuntut tempat ini."

Pria tak tahu diri itu mulai mengumpati Jennie yang menghilang di kerumunan. Mengatainya murahan dan itu membuat Taehyung tidak nyaman. Dia terlalu banyak bicara dan mengganggu semua orang. Maka Taehyung menghampirinya, memberinya satu tinju keras di wajahnya yang mana langsung membuatnya terkapar-sebab dia setengah mabuk, sebelum memutuskan keluar dari kelab itu. Ia yakin Jennie akan pergi dari tempat ini setelah kejadian tak mengenakkan barusan.

***

"Jane, kau membuat masalah?"

"Aku mau pulang."

Jennie melempar kapas yang telah kotor mengangkat riasannya ke meja rias. Menoleh pada perempuan yang baru datang menghampirinya. Ia menatapnya marah.

"Tapi jam kerjamu belum berakhir. Kau mungkin tidak akan dapat uang-"

"Aku tidak bekerja dengan merendahkan diri," dia menarik napas dalam. Perempuan di hadapannya tidak pernah mengerti. "Kau masih betah bekerja seperti ini? Berhentilah, Nay. Aku mengkhawatirkanmu."

Nayeon terdiam dengan mulut menganga. Mencoba mengerti apa yang coba Jennie sampaikan meski dia tidak mudah mencernanya. Ia pikir tidak ada yang salah dari pekerjaan ini. Jennie hanya perlu menuangkan minuman pada tamu yang datang. Tapi nampaknya Jennie bukan seseorang yang bisa diajak sedikit bersantai. Dia perempuan berwatak keras. Belum lagi dia masih berkabung. Digoda pria hidung belang pastilah membuatnya tidak terima. Mungkin salah Nayeon juga mengajaknya kemari. Tempat ini sama sekali tidak cocok dengan Jennie.

"Kau akan pergi?" tanya Nayeon masih belum percaya. Ingin menahan karena ia tahu temannya itu butuh uang. Tapi dia juga tidak begitu yakin.

Dia masih mengekori Jennie yang telah mengambil tasnya setelah mengganti pakaiannya dengan miliknya sendiri. Namun Nayeon tidak bisa terus mengikutinya sebab sang manager kelab kemudian memanggilnya sementara Jennie telah berjalan menjauh.

Kalau Jungkook tahu Jennie bekerja di tempat seperti ini setelah dia mati, dia mungkin tidak akan tenang di sisi Tuhan. Jennie baru menyesalinya. Kepalanya menjadi pusing dan ia ingin menangis. Padahal, ia baru melakukannya beberapa saat lalu.

Kemudian ia terjingkat manakala saat keluar melewati pintu belakang, ia mendapati seseorang nampak menanti sesuatu. Tempat itu minim penerangan sehingga Jennie perlu menyipitkan mata untuk menganalisis wajah pria berjas yang kemudian ia ketahui adalah Kim Taehyung-sepupu Jungkook. Melihat Jennie, pria itu langsung berdiri tegak seolah sedari tadi Jennielah yang ia tunggu.

"Oh ... eum ..." Jennie tidak tahu harus berkata apa. Dia merasa tidak perlu menyapa pria ini. Semua yang berhubungan dengan Jungkook memusuhinya. Mereka semua menyalahkan Jennie.

"Kau akan pulang?" Dan pria itu membuka percakapan.

Jennie mengangguk ragu. "Iya," jawabnya.

"Aku tadi mampir sebentar dan melihatmu di dalam."

Mendengar penuturan Taehyung, Jennie sontak memerah. Pria ini melihatnya? Dia melihatnya berpakaian seksi? Entah kenapa Jennie merasa demikian malu.

"Kupikir kau dalam keadaan tidak baik. Pria tadi benar-benar kurang ajar. Aku mengkhawatirkanmu makanya menunggumu di sini. Kau baik-baik saja?"

Dia menunggu hanya untuk menanyakan itu?

"Aku baik-baik saja. Hanya sedikit kaget tadi makanya langsung pergi," jawab Jennie canggung.

"Kau melakukan hal yang benar, Jennie."

Keduanya lantas saling bertatapan. Ada yang terasa aneh ketika mereka saling bicara setelah kepergian Jungkook. Dulu, Kim Taehyung sangatlah sulit dijangkau di kampus. Dia jarang bicara dan nampak tidak ramah pada orang lain. Mereka pun pada akhirnya bisa saling menyapa berkat Jungkook setelah Jennie berpacaran dengannya. Dan masih bagi Jennie, Taehyung adalah pria yang sulit untuk didekati. Tapi malam ini mereka berbicara banyak. Jennie sedikit merasa terhibur. Setidaknya ada yang menyetujui tindakan yang ia ambil kali ini.

Tanpa sadar Jennie tersenyum.

"Kau tidak akan kembali ke dalam? Aku benar-benar harus pulang karena rasanya aku sedikit tidak enak badan."

Taehyung tahu. Mimik wajahnya mendukung ucapannya. Pun sedari tadi ia memegangi pelipisnya sesekali. Berada di ruangan ber-AC dengan pakaian minim mungkin membuatnya lemah.

"Mau kuantar pulang?" Taehyung menawarkan.

"Tidak usah, terima kasih," elak Jennie.

"Aku memaksa. Kau sakit."

Maka Jennie tidak bisa mengelak lagi sebab nyeri di kepalanya sudah tidak tertahankan lagi. Lagi pula ia rasa Taehyung pria yang baik. Dia berbeda dengan keluarga-keluarga Jungkook yang lain. Dia tidak pernah memusuhinya. Setelah kepergian Jungkook selain Nayeon, Taehyunglah yang sering menanyakan keadaannya.

Mobil itu hening. Tidak ada yang membuka suara sejak keduanya duduk bersama. Jennie nampak memejamkan mata sesekali mengurut pelipisnya. Kepalanya pening. Dan ia tidak sadar pria di sampingnya terus mengawasinya bergantian dengan jalanan panjang di depan mereka. Begitu berhasrat. Dia ingin sekali memiliki perempuan ini. Sekali saja.

Namun malam ini bukanlah kemenangan Kim Taehyung. Meski begitu, ia merasa sedikit senang sebab selangkah demi selangkah mereka mulai dekat. Taehyung tahu di mana perempuan itu tinggal. Meski tak ada kejadian istimewa sebagai pengantar tidurnya nanti malam, Kim Taehyung benar-benar puas.

Hingga ia menyadari perempuan itu meninggalkan sesuatu yang bisa Taehyung jadikan alasan bagi mereka bertemu kembali.

Liu_

Continue Reading

You'll Also Like

75.8K 8.2K 21
"mas tolong dijaga matanya, jangan ngeliatin temen saya kaya buaya laper gitu!!" "Tapi saya ngeliatin kamu-" "WHAT THE F***?!!" sejak insiden 'gue' s...
212K 23K 35
(21+) Ruby Jane Kim, hidupnya terlalu berkuasa. Terlahir dari orangtua dengan bisnis yang hebat sehingga membuatnya mendapatkan apa yang gadis itu ma...
1.1M 54.1K 48
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
96.3K 15.1K 11
[M] Kebanyakan orang akan berkata bahwa hidup Ahn Jungkook itu sangat sempurna. Pewaris utama dari seorang gembong mafia, tampan, pintar, dan tentu s...