GADIS DESA

By TitisariPrabawati

434K 15.2K 855

This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( UU Hak Cipta Indonesia Republi... More

PROMO UNNAMED SHADOW NOVEL
Village Girl
~Prologue ~
~ Part 1 - Blak ° Jarak Tanam~
~ Part 2 - Ngluku° Membajak~
~ Part 3 - Nggaru ° Menyisir Tanah~
~ Part 4 - Korokan ° Liang Panjang~
~ Part 5 - Paret ° Melepas Bulir~
~ Part 6 - Pacul ° Menggali~
~ Part 7 - Nyebar ° Menebar~
~ Part 8 - Winih ° Benih ~
~ Part 9 - Damen ° Jerami ~
~ Part 10 - Tandur ° Tanam ~
PO UNNAMED SHADOW SERIES
~ Part 11- Nguruk ° Menutup ~
~ Part 12 - Derep °Memanen~
~ Part 13 - Matun ° Menyiangi ~
~ Part 14 - Gampung ° Memungut ~
~ Part 15 - Nggejok ° Merontokkan~
~ Part 16 - Lajo ° Buruh Panen~
~ Part 17 - Mbaron ° Berladang ~
~ Part 18 - Bawon° Upah~
~ Part 19 - Legok ° Cekung ~
~ Part 20 - Galeng ° Pematang~
Pengumuman Giveaway US Series

~ Epilog ~

8.1K 249 14
By TitisariPrabawati

Babe, I know you don't mean

To make small situations

Bigger than they should be

Than they should be

And I'm thinking

What if we just stop

Living in the present?

And I'm thinking

And maybe we both will be

Way less disconnected

---

Di sini, selalu sejuk dan tenang, tidak ada yang lebih indah dari tempat ini. Wanita berjilbab putih itu memandang ke arah langit, begitu biru...begitu menenangkan, seperti Adree nya....

Jemari wanita itu mengelus kelopak-kelopak mawar yang rapuh, mawar, juga mengingatkannya pada Adreenya....

Wanita itu memejamkan mata dan menghirup udara wangi di sekitarnya.

Walaupun di sini begitu sunyi, damai dan menenangkan, tanpa Adree semua terasa menyesakkan! Disusutnya airmatanya dan dia berniat mencari udara segar di luar ....

Langkah kaki mungilnya membawanya keluar dari halaman pendopo rumahnya, menyusuri jalan setapak dan tak lama, hamparan permadani sawah nan hijau menyambutnya.

Wanita itu menyusuri jalan kecil dan melihat sebuah kursi kayu panjang tergeletak di bawah pohon Kersen yang sejuk, dia memutuskan untuk beristirahat dan duduk di sana sejenak.

Lagi-lagi bayangan itu mengusiknya.

Lelaki tampan berbaju batik, yang tersenyum padanya dan berkata..."Cantik....caping itu...kebaya itu....dan jarit yang kau kenakan, itu paduan yang cantik dan menginspirasi, bolehkah aku memotretmu?"

Mata Kania berkaca-kaca mengingat pertemuan pertama itu.

Adree...Adreeku, aku rindu, bukankah sekarang tidak ada bu Rindu di sini, jadi kau harus memperbolehkan aku merindumu...

"Sendirian, Kania?" seorang lelaki mendekati Kania dan duduk di samping wanita berjilbab putih itu.

"Kau...menangis?" lelaki berkulit cokelat itu memandangi Kania dengan prihatin. "Jangan menangis....rasanya mas ikut sedih kalau melihatmu murung..."

Lelaki itu, Baskoro, mendengar berbagai kabar dari penduduk desa tentang kepulangan Kania yang sendirian ke desa.

"Walaupun lelaki itu sudah meninggalkanmu, kan masih ada mas yang bisa menjagamu, Kania..." Baskoro menatap Kania prihatin.

Kata orang-orang desa, Kania pulang dalam keadaan berduka, lelaki yang dikenalnya di kota, meninggalkannya.... tadinya Baskoro tidak percaya dengan kemalangan yang menimpa Kania, tapi melihat gadis yang biasanya ceria tapi sekarang begitu murung, mungkin kabar itu memang benar.

Kania menyusut airmatanya dan memandang Baskoro dengan heran. "Apa maksud mas Bas?"

Baskoro memandangi Kania. "Jangan sedih, jangan merasa sendirian, walaupun keadaanmu seperti ini...mas masih tetap mencintaimu, Kania. Mas akan menerimamu apa adanya....bahkan anakmu...eehh, boleh tidak aku memegangnya?" Baskoro menunjuk perut Kania yang terlihat membuncit.

"Sudah berapa bulan?" tanya Baskoro.

"Empat mas..." Kania mengelus perutnya dan tangan Baskoro ikut mengelus perut Kania perlahan.

---

"Ehm..ehm..." sebuah suara di belakang kursi mengagetkan kedua orang itu. Kania terkesiap melihat siapa yang datang dan memandanginya begitu tajam.

"Izinnya pulang ke desa kan mau istirahat dan menenangkan diri? Ternyata...malah asyik berduaan sama mantan?!" lelaki itu berkacak pinggang dan menoleh ke arah Baskoro. "Jauhkan tanganmu, tuan eksotis, aku tidak mau anakku terkontaminasi dan ikut-ikutan eksotis nantinya..."

Kania memutar bola mata melihat kedatangan lelaki itu.

Ampun deh!

"Minggir..minggir...menepi!" Adree mengusir Baskoro yang dengan pasrah berdiri dan tempat duduknya langsung ditempati Adree.

"Gimana sih? Baru ditinggal sebentar juga....malah balikan sama mantan!" Adree memandangi Kania. "Apakah kulit eksotis Mas Bas begitu mempesona? Ditambah dengan gigi... aww..." Kania mencubit pinggang Adree dengan keras.

"Jangan menghina orang, nanti anakmu kayak orang itu, baru tahu rasa lhoo..." Baskoro mencibir ke arah Adree.

Adree menoleh sejenak dan memandangi Baskoro lalu tangannya mengelus perut Kania. "Amit-amit jabang bayi...amit-amit..." bibir Adree merapal mantera dan Kania tertawa sampai berlinangan airmata melihat kekonyolan Adree.

"Lagian, punya istri hamil, malah ditinggal kelayaban! Seluruh desa membicarakannya, tau! Bahkan kabar Kania mau diceraikan suaminya udah menyebar kemana-mana....Kania, bisa-bisanya kamu mau sama lelaki kayak gini sih, masih mending sama aku, aku nggak akan pernah ninggalin kamu..." Baskoro bersidekap lalu memandang Adree. "Lelaki kota biasanya ya kayak gitu....mencla mencle....(tidak berpendirian)..." dagu Baskoro menuding Adree.

Kania terkikik geli melihat ekspresi Adree yang melongo ke arah mas Bas.

"A..apa kaubilang? Ya Tuhan! Aku hampir gila tiga hari ini membereskan semua berkas sialan itu demi berlibur dengan santai seminggu ini bersama istriku tercinta, tega-teganya kau menuduhku sebagai lelaki yang..apa tadi? Kelayaban?" Adree berdiri dan menjitak kepala Baskoro.

"Aww..."

"Sementara mengejar pesawat ke Semarang lalu ngebut ke Sidomulyo, malah mendapati istriku lagi berduaan di bawah pohon bersama mantan pacarnya dan dengan mesra kau mengelus-elus perutnya...yang benar saja!"

Kania merasa pinggangnya pegal karena kebanyakan tertawa, kekonyolan ini harus segera disudahi!

Wanita itu berdiri di samping Adree dan menengahi.

"Ayo pulang, pasti makanan sudah disiapkan ibunda....tadi Kania tidak berani ke dapur, bau minyak gorengnya...aduh....nggak tahan..." menginjak trisemester kedua, Kania memang pantang mencium bau minyak goreng, mualnya bertambah parah.

Adree mengangguk. "Iya, mas udah lapar..."

"Ayo mas Bas....sekalian bunda masak sayur daun keladi dan sayur ikan asin pedas manis kesukaan mas lho..." tawar Kania.

Adree melotot. "Ya ampun, Kania, kau bahkan masih ingat makanan kesukaan mas Bas mu itu, sementara makanan kesukaanku apa kau bahkan tidak tahu..."

"Rasain!" gerutu Baskoro lalu menyenggol lengan Adree. "Sayur ikan asin ya Nia? Boleh tuh...lagipula aku mau ketemu ayahmu juga, ada kepentingan..." Baskoro melangkah di depan Adree dan bersiul-siul menuju rumah Kania.

"Lihat....mantanmu itu, kelewatan..."Adree berdecak kesal dan Kania tersenyum geli sekaligus kesal.

"Ihh, mas Adree....jangan bilang kalau mas Bas itu mantan Kania dong, pacaran aja nggak pernah..." Kania mencubiti lengan Adree.

"Habisnya kalian mesra banget..."

"Mesra dari Hong Kong! Kami kan berteman, bukan bermesraan...ngawur saja..." Kania menggandeng lengan Adree. Adreenya dan menatap bola mata hitam pria itu. "Syukurlah mas ada di sini, Kania sudah rindu..."

"Benarkah?"

"Tiga hari rasanya kayak tiga tahun..."

"Baguslah! Supaya kamu nggak tahan jauh-jauh dariku..."

Mereka menyusuri jalan setapak dengan bergandengan tangan.

"Oh ya...gimana kabar mbak Lita?"

Langkah kaki Adree terhenti sejenak.

"Dia sudah berada di tempat yang seharusnya, harusnya, sudah lama dia berada di tempat itu..."

---

Tiga hari sebelumnya.

Setelah gagal menembak Kania yang tercover tubuh Adree, karena dengan sigap, Mang Jamal yang berada di belakang Lita meraih tubuh Lita dan mencekal lengan wanita itu sehingga tembakannya terarah ke atas, segera meringkus Lita yang meronta-ronta dengan cekalan yang kuat.

Lita masih menangis dan berteriak memanggil Adree.

Mang Jamal merebut pistol Lita dan menyerahkan pada Adree.

"Kayaknya non Lita..." Mang Jamal menyilangkan tangan di dahinya.

Melihat wanita itu berteriak dan merancau tidak jelas, Adree menyuruh mang Jamal mengikat Lita dan menempatkannya di gudang, menunggu bu Rima yang sedang dipanggil oleh bu Rindu.

Tak lama, ibu Lita datang ke vila dan bercerita dengan sedih.

"Saya sudah tahu psikologis Lita terganggu sejak dia masih SD, tapi tidak saya perhatikan sepenuhnya. Dia sering menangkap kupu-kupu, capung dan mencabik sayap serangga-serangga itu dengan wajah senang. Saat Lita SMA, saya melihatnya membunuhi hewan saat dia marah, lalu saya bertanya pada Shinji, apakah perlu membawa Lita ke psikiater, ternyata jawaban Shinji mengejutkan, kakek Lita ternyata mengidap penyakit kejiwaan, yang menurun pada Shinji, tapi pelatihan mental membuat Shinji bisa hidup normal, keteledoran kami mengawasi Lita dan terlalu memanjakannya ternyata menjadi bumerang bagi kami. Kami tidak mau menganggap anak kami gila, dia begitu cantik dan terlihat rapuh. Kalau kami membawanya ke psikiater, dia pasti akan terluka hatinya.

Pembiaran ini ternyata menambah parah kondisinya. Saya tidak menyangka, Lita sampai berbuat sejauh ini..." bu Rima terisak-isak. Akhirnya Adree berinisiatif membawa Lita ke Rumah Sakit Jiwa.

Setelah menjalani serangkaian tes, dokter akhirnya memastikan Lita memang menderita gangguan jiwa yang parah dan terpaksa Lita harus dirawat di sana. Saat Adree menengoknya kemarin, Lita terlihat sehat, ceria dan tampak normal, bercengkerama dengan seorang perawat. Begitu melihat Adree, gadis itu tertawa riang lalu mengatakan hal yang membuat Adree tercengang.

"Itu suamiku datang..." Lita menggandeng lengan Adree dan bertanya. "Suamiku, kamu mau menengok anak kita kan? Aku...aku melahirkannya dengan selamat...dia tidak jadi mati...ayo kita lihat..." Lita menuju kamarnya dan membawa sebuah boneka bayi, menimang-nimangnya dengan lembut dan kasih sayang. "Lihat sayang, itu papa Adree...dia sekarang akan jagain mama sama kamu....hahaha..."

"Lita...itu..." Adree hampir mengatakan kalau itu hanyalah boneka, tapi suster di samping Lita memberi isyarat pada Adree untuk tetap diam.

"Nah, ibu Lita, bayinya diletakkan dulu ya....kita makan dulu, bukankah ibu belum sarapan pagi ini?" suster itu membujuk Lita.

"Nggak mau...nanti wanita jahat itu menculik bayiku..." Lita menciumi boneka yang berbalut kain seperti bayi itu dan memeluknya erat.

"Pak, minta tolong bantuannya...dari kemarin nona Lita susah sekali makan..." kata suster di samping Adree.

"Ehm....iya Lita, letakkan bo...anak itu dulu ya, kamu harus makan supaya sehat..." bujuk Adree. Lita tersenyum, jenis senyum polos yang dikenali Adree tersungging untuknya saat mereka remaja dulu. Senyum tanpa kepura-puraan.

"Nak, kamu sama papa dulu ya..." Lita meletakkan boneka itu dalam buaian Adree. "Ditimang dong pa, biar anaknya enggak rewel..."

Adree terpaksa menimang boneka itu dan tersenyum pada Lita.

"Nyanyikan nina bobo..."

Adree mengangguk. "Se...sebaiknya kamu ikut suster makan dulu, biar aku yang menjaga ini..."

"Anak kita..."

"I...iya...anak kita..." Adree berakting menimang bayi dan menyanyikan nina bobo, hatinya berdesir prihatin. Lita yang dikenalnya sudah pergi, ke tempat yang begitu jauh dan tidak terjangkau, entah kapan Lita akan tersadar dan kembali normal.

Begitu Lita pergi, Adree meletakkan boneka itu di ranjang Lita.

Lelaki itu terduduk dan merenung.

"Maafkan aku, Lita....maaf..."

----

Adree menceritakan kondisi terakhir Lita pada Kania.

"Kasihan ya....rasa cintanya yang begitu besar pada mas membuat mbak Lita sampai seperti itu..."

Adree menggeleng. "Nggak lah, itu bukan cinta, Kania. Lita memang sudah terganggu jiwanya sejak dulu, kejadian itu hanya menjadi salah satu pemicunya saja...sampai sekarang, aku masih menyesal atas apa yang terjadi pada Rio, sendainya saja kami tidak mengenal Lita... Mario pasti masih hidup..."

"Hush, jangan bicara seperti itu mas, tidak baik, semua sudah ketentuan Tuhan, kita sebagai manusia hanya harus menjalankannya dengan baik saja, senang dan sedihnya...tapi selama Tuhan ada di hati kita, semua akan baik-baik saja..." nasehat Kania.

Adree menghentikan langkahnya dan memeluk tubuh Kania dengan penuh cinta. "Kau benar Kania...untung akhirnya Tuhan mempertemukan aku denganmu, sehingga aku sekarang tidak lagi merasa tersesat..."

Lelaki itu melepas pelukannya dan memandangi wajah istrinya yang begitu mempesona, udara pegunungan membuat pipi Kania bersipu kemerahan, kedua tangan Adree merangkum wajah Kania dan perlahan bibir Adree mendekat, mencium bibir Kania yang menyambutnya, sentuhan pada Kania, membuatnya merasa hidupnya penuh rahmat.

"Aku mencintaimu, gadis desa..." tangan Adree memeluk pinggang Kania. Sekarang, Kania sudah berjilbab dan Adree bersyukur, hanya dialah lelaki yang bisa melihat indahnya rambut Kania. Adree menganggap hijrahnya Kania sebagai anugerah.

"Mas udah kangen, habis makan, ke kamar yuk..." ajak Adree.

Kania tersipu-sipu.

"Mas ini lho... baru datang sudah mengajak yang aneh-aneh..."

Adree terkekeh.

---

Kamar Kania mungil, berdinding kayu jati sederhana, tapi kokoh.

Adree merasakan sentuhan khas kania di kamar itu, lelaki itu tersenyum memandangi istrinya yang melepas jilbabnya dan membiarkan rambutnya jatuh dan terurai. Kania seolah paham, itulah kelemahan Adree sekarang, mata lelaki itu lekat menatapnya saat mendekatinya ke ranjang.

Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata

Ketika kita berdua

Hanya aku yang bisa bertanya

Mungkinkah kau tahu jawabnya?

Jemari Adree menyentuh rambut ikal Kania dan menelusuri kelembutannya. Begitu panjang, indah dan wangi seperti gambaran rambut Nawang Wulan di cerita dongeng-dongeng, atau rambut Ken Dedes.

"Aku menyukai rambutmu yang terurai seperti ini..." Adree tersenyum, Kania tersipu. "...menikmati jemariku menelusuri kelembutannya..." tangan Adree dengan nakal menuju ke depan dan membuka kancing gaun Kania.

"Tubuh ini sudah merindukanmu, sayang....apa kau juga merindukanku...?"

Perlahan Adree membuka gaun istrinya dan menikmati setiap senti ketelanjangannya. Kania terkesiap saat bibir Adree mulai menelusuri tubuhnya. Ya. Dia merindukan Adree...dan dia selalu menginginkan lelaki itu bersamanya.

Mereka saling menatap dan akhirnya membiarkan tubuh mereka yang saling bicara. Hari begitu cerah dan indah, seolah Tuhan memberikan berkat untuk kedua sejoli itu meraih kebahagiaannya.

Malam jadi saksinya

Kita berdua di antara kata

Yang tak terucap

Berharap waktu membawa keberanian

Untuk datang membawa jawaban

Mungkinkah kita ada kesempatan

Ucapkan janji takkan berpisah selamanya?

END

PENGUMUMAN
Buat yang belum PO Unnamed Shadow series, buruan hubungi Grass Media yupsss..kepoin via IG Penerbit Grass media

Ada juga boxset keren yang bisa kamu koleksi untuk menemani kamu #dirumahaja dengan cerita yang sangat inspiratif. Action Romance nya mantap, pelajaran kehidupan di cerita novelnya juga mengena bangettt

Siapa yang pengen cepet meluk mas Bramantya?

Kisah si pemilik hati nan dingin dan pernikahan uniknya...dengan setting Kotagede Heritage nan romantis abiz

Gemuezzzz kannnn....jangan lewatkan PO nya yukkk

Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 24.7K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
634 161 18
Zeefa Ariana (18th) terpaksa bekerjasama dengan Randy Abraham (28th) untuk berpura-pura dalam pernikahan yang di susun oleh orang tua mereka. Zee yan...
105K 5.1K 15
Danu adalah suami dari wanita cantik bernama Yura. Lima tahun pernikahan mereka belum memiliki keturunan. Hingga Papa Danu memaksanya menikahi wanita...
1.8M 86.5K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...