GADIS DESA

By TitisariPrabawati

435K 15.2K 855

This work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( UU Hak Cipta Indonesia Republi... More

PROMO UNNAMED SHADOW NOVEL
Village Girl
~Prologue ~
~ Part 1 - Blak ° Jarak Tanam~
~ Part 2 - Ngluku° Membajak~
~ Part 3 - Nggaru ° Menyisir Tanah~
~ Part 4 - Korokan ° Liang Panjang~
~ Part 5 - Paret ° Melepas Bulir~
~ Part 6 - Pacul ° Menggali~
~ Part 7 - Nyebar ° Menebar~
~ Part 8 - Winih ° Benih ~
~ Part 9 - Damen ° Jerami ~
~ Part 10 - Tandur ° Tanam ~
PO UNNAMED SHADOW SERIES
~ Part 11- Nguruk ° Menutup ~
~ Part 12 - Derep °Memanen~
~ Part 13 - Matun ° Menyiangi ~
~ Part 14 - Gampung ° Memungut ~
~ Part 15 - Nggejok ° Merontokkan~
~ Part 16 - Lajo ° Buruh Panen~
~ Part 18 - Bawon° Upah~
~ Part 19 - Legok ° Cekung ~
~ Part 20 - Galeng ° Pematang~
~ Epilog ~
Pengumuman Giveaway US Series

~ Part 17 - Mbaron ° Berladang ~

3.8K 220 1
By TitisariPrabawati


Kiss me darling, a-one more time

With everything that you got inside

Kiss me darling, a-one more time

'Cause love's the only thing we leave behind

---

"Kania..." gadis itu tersentak dari lamunannya saat Adree menyentuh bahunya.

"Mas...ada apa?" Kania pura-pura tidak tahu kejadian antara Adree dan Thalita.

"Sepertinya Thalita tadi kecapekan dan sekarang sudah beristirahat. Kata bu Rima dia kadang seperti itu dan bu Rima sudah menyuntikkan obat penenang supaya dia bisa tidur nyenyak..."

Bu Rima menghampiri mereka ke ruang depan dan memandang Adree.

"Maafin Thalita ya nak Adree..."

"Nggak papa bu....mungkin dia kecapekan...Adree sama Kania permisi dulu ya..." Adree menggandeng tangan Kania dan pergi meninggalkan vila Thalita.

Selama menuruni jalan setapak, Adree lebih banyak diam dan Kania tidak berani bertanya, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di rumah, Kania menuju kamarnya dan beralasan kalau dia lelah. "Kania kayaknya masih agak masuk angin...jangan sampai mas Adree tertular...kita tidur di kamar masing-masing ya?" sebelum Adree menjawab, Kania sudah menutup pintu kamarnya.

Pikiran Kania begitu kacau, ya Tuhan, siapa yang bisa dipercaya sekarang?

Kania mengambil air wudhu dan segera shalat isya, menenangkan hatinya dan berdoa semoga bisa mengambil keputusan terbaik.

Setelah merapikan mukena dan mengembalikan mushaf ke meja belajarnya, Kania tiba-tiba teringat tas ranselnya, di saat galau, biasanya dia membuat sketsa. Saat merogoh ransel yang dipakainya ke pondok kemarin, tangan Kania menyentuh buku tebal.

"Diary Mario..." Kania terkesiap. Gadis itu duduk di ranjang dan membuka lembar demi lembar catatan bertulisan rapi itu.

Walaupun lelaki, tulisan Mario begitu indah, terkadang diselingi sketsa yang indah sehingga Kania seperti membuka lembaran buku dongeng.

Diary itu menceritakan pertemuan pertama Mario dan Thalita.

"Thalita Haneda, putri Shinji Haneda itu sudah memukau diriku sejak pertama aku bertemu dengannya, dia begitu lembut dan cantik, kurasa kami saling jatuh cinta pada pandangan pertama..."

Lembar demi lembar menceritakan seorang lelaki yang kasmaran pada seorang perempuan, lelaki yang romantis dan gadisnya yang jelita, bahagia, penuh suka cita, sampai pada hal yang membahas Adree, semua cerita indah itu berubah menyedihkan.

Aku nggak ngerti, selama ini kupikir Adree mendukung hubunganku dengan Lita, tapi ternyata dia juga menyukai Lita, walaupun dia tidak pernah berterus terang padaku. Setelah pertunanganku, Lita justru semakin menjauh dariku, tadinya aku menyalahkan Adree karena semua itu, apakah Adree menusukku dari belakang? Aku begitu membencinya karena terlalu mencintai Thalita, hingga suatu hari, mataku yang buta oleh cinta, terbuka oleh kebenaran. Lita tidak mencintaiku, tidak juga Adree, dia hanya menginginkan pewaris Mirza Group. Selama ini dia mendekatiku karena mengira akulah yang akan mewarisi MG karena oom Adnan sudah mempercayakan aku menempati posisi yang cukup penting walaupun aku masih kuliah, sementara pada Adree, putranya sendiri, oom Adnan masih membebaskan Adree dari tanggungjawabnya. Adree masih begitu santai, begitu bebas, walaupun sebenarnya otaknya lebih cemerlang dariku, tapi karena sikap santainya, oom Adnan lebih mempercayakan posisi itu kepadaku dan berkata padaku untuk menjaga Adree sampai sepupuku itu sudah memahami jatidirinya yang sebenarnya. Aku tidak perduli akan posisi dan kedudukan di MG, yang kucari adalah cinta sejati, bukan cinta yang penuh kepura-puraan. Aku yakin, oom Adnan akan selalu adil, Adree pun tidak perduli siapa yang akan mengambil kendali Mirza group, dia bukan lelaki yang serakah. Karena itu, saat cintaku pada Lita hancur, aku menjadi lebih menyayangi Adree daripada sebelumnya. Dia tidak boleh mendapatkan wanita yang salah, walaupun aku merasa menderita, aku harus tetap pura-pura cintaku pada Lita masih ada dan semakin besar, walaupun aku tersiksa, tapi ini semua demi Adree..."

Kania mengernyit. Apa maksud Mario?

Ada apa ini? Kenapa kisah ini berbeda 180 derajat dari awal kisah indah yang tertulis di halaman depan tadi? Kania semakin penasaran. Walaupun tak terasa sudah pukul dua pagi, Kania tidak merasa mengantuk dan meneruskan membaca.

"Aku selalu mengawasi Thalita, karena dari gelagatnya, dia akan memutuskan pertunangan kami dan membujuk Adree yang polos, semakin mendekat padanya dan membuat Adree percaya kalau Lita mencintainya. Mungkin, Lita mencintai Adree, tapi aku tidak merasakan ketulusan dan Adree pasti akan menderita. Dia belum mengetahui sifat asli Thalita. Apalagi, setelah salah seorang temanku tidak sengaja melihat tulisan Thalita yang memberikan catatan padaku, temanku memberitahuku kalau dari tulisan tangan itu, mencirikan penulisnya sebagai seseorang yang kejam. Aku semula tidak percaya, Lita yang secara fisik begitu lembut dan rapuh? Tapi suatu saat aku pernah melihatnya membunuh seekor kelinci karena marah, menyiksa binatang, bahkan melukai tanganku saat aku bersikeras tidak mau memutuskan pertunangan kami.

Aku berkata, bukankah selama ini dia mencintaiku? Dia menjawab enteng kalau selama ini dia salah menempatkan perasaannya. Yang dicintainya adalah Adree, bukan aku. Dan dia mengancamku, akan melakukan apapun untuk mendapatkan Adree. Aku baru menyadari, Thalita bisa melakukan apapun demi mencapai keinginannya. Aku harus melindungi Adree dan mengawasi gerak gerik Thalita.

Kania menelusuri halaman demi halaman, tatapannya melebar saat membaca tulisan Mario selanjutnya.

Thalita berencana memasukkan obat perangsang ke minuman Adree, dia tahu sepupuku selalu minum kopi sebelum tidur, aku tidak sengaja mendengar pembicaraannya dengan seseorang melalui telepon, sepertinya salah satu teman kampus kami yang bernama Rita, yang kutahu Rita bukanlah gadis baik-baik, kelakuan minusnya sudah terkenal di kampus bahkan gadis itu hampir dikeluarkan dari kampus karena ada affair dengan seorang pengusaha yang sudah beristri, tapi entah kenapa tiba-tiba kasus itu tidak terdengar lagi. Kebetulan waktu itu kedua pembantu kami yang menjaga vila sedang pulang ke kampungnya di Garut, mereka sedang ada acara mengkhitankan putranya di kampung halamannya. Thalita sering main ke vila dan hendak merencanakan membubuhkan obat itu saat malam tiba ke minuman Adree.

Aku melihatnya mencampurkan sesuatu ke minuman Adree di dapur, saat Thalita lengah, aku menuang kopi di Mug Superman Adree dan menaruhnya di Mug Batman ku, mencampur bubuk yang teledor diletakkan Thalita di laci dapur dan menuangkannya ke susu yang biasa diminum Lita.

Biarkan aku dan Thalita saling menghancurkan malam ini, dan menyelamatkan Adree ku, aku tahu Adree akan merasa terluka dengan perbuatanku, biar hanya Tuhan yang tahu kalau aku hanya ingin melindunginya.

Malam itu, setelah Thalita melihat Adree meminum kopinya, gadis itu menuju ke atas, aku tahu dia tidak tidur di kamar Ivory milik tante Aisha tapi berencana menunggu Adree dan menyelinap di kamarnya. Cepat-cepat kusuruh Adree mengambilkan berkasku yang ada di Jakarta, berdalih kalau aku membutuhkan salinan asli milik oom Adnan untuk mengurusi pekerjaan esok hari. Adree selalu membantuku tanpa membantah, dia patuh padaku jika menyangkut pekerjaan, karena dia menyadari kebebasannya selama ini karena aku menggantikan posisinya di Mirza. Tanpa banyak cakap, Adree segera pulang ke Jakarta mengambil berkas yang kuminta.

Benar seperti dugaanku, Lita sudah menunggu kedatangan Adree dikamarnya, melihat gelagatnya yang mulai kegerahan, efek dari obat yang kucampur di gelas susunya, sepertinya Lita sudah terkena batunya. Aku memaksakan diriku untuk meminum obat yang sama yang berada di mug milikku dan menguatkan diri memasuki kamar. Demi Adree...aku akan menanggung semua dosa ini. Aku terlalu mencintai Adree lebih dari saudara kandung, aku tidak mau melihat hidupnya hancur, apalagi oom Adnan dan tante Aisha yang sudah merawatku dari kecil. Aku ingin melindungi Adree ku, jika aku memiliki sayap, aku akan menggunakannya untuk menutupi Adree dari setiap keburukan yang bisa mencelakakan dirinya.

Kania merasakan airmatanya mengalir deras. Ya Tuhan, terbuat dari apa hati Mario ini? Ternyata, ada manusia di dunia ini yang mencintai Adree lebih daripada dirinya. Kania merasakan sakit yang diderita Mario, pilihan dan keputusan sulit yang dibebankan ke pundak Mario dan harus ditanggungnya sendirian, resiko jika Mario akan dibenci Adree karena perbuatannya. Kania melanjutkan membuka lembaran berikutnya.

Yang kuingat dari malam itu hanyalah potongan memori yang samar-samar. Aku muak pada diriku sendiri, seolah aku membenarkan perbuatanku pada Thalita. Kami bercinta dalam keadaan tidak sadar akan diri masing-masing. Aku yang meminum dosis yang lebih kecil, masih mengenali Thalita sebagai apa adanya dia, sementara Lita menyebut Adree dalam setiap sentuhanku. Dia mengira sedang bercinta dengan Adree. Menjelang pagi, aku menyesali perbuatanku dan meninggalkannya dalam keadaan telanjang, walaupun aku tahu dia masih perawan sebelumnya, aku benar-benar tidak memiliki simpati padanya. Apakah aku memang orang yang jahat? Aku meninggalkannya begitu saja di kamar Adree dan tidak mau mengingat kejadian itu lagi!

Entah kenapa, keesokan pagi sepulang aku melampiaskan kekesalanku dengan berlari marathon melewati jalanan di sekitar vila, aku melihat Adree pun pulang dalam keadaan kacau. Dia seperti menghindariku, seolah aku ini memiliki penyakit menular saja. Aku tidak tahu kenapa dia tiba-tiba membenciku, apakah mungkin...dia melihat perbuatanku bersama Thalita?

Bulan berlalu dan Adree masih bersikap dingin padaku, walaupun hatiku menahan rasa sakit, tapi di sisi lain aku lega, Adree menjauh dari Thalita juga. Kami bertiga saling menjauh beberapa waktu. Hingga pada suatu hari, pengakuan Thalita mengejutkanku.

Wanita itu meminta aku memutuskan pertunangan dan mengaku kalau dia hamil anaknya Adree. Aku bertanya marah, bagaimana mungkin? Aku selalu mengawasi mereka dan aku tidak pernah melihat mereka berduaan. Thalita mengaku kalau suatu hari dia mencampurkan obat perangsang ke kopi Adree dan melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya dengan Adree hingga membuatnya hamil. Aku harus bagaimana? Lidahku kelu. Bagaimana aku mengakui perbuatanku padanya? Bukan Adree pelakunya, tapi aku. Aku membuat pernyataan dan bersikeras tidak akan memutuskan pertunangan kami, aku berdalih aku begitu mencintainya dan walaupun Lita mengandung anak lelaki manapun, aku yang akan bertanggungjawab.

Seharusnya masalah berhenti sampia di sini, tapi kata-kata Lita sangat menyakitkanku. Dia membutuhkan Adree, membutuhkan uang milik Adree dan kekuasaan sebagai anggota keluarga Al Mirza, setelah kepergian Shinji sebagai kepala keluarga karena kecelakaan, keuangan keluarga Thalita sangat goncang. Thalita takut hidup miskin dan berfikir hanya Adree saja yang bisa menyelamatkannya dari kondisi itu. Aku tertawa hampa.

Aku bilang padanya, separuh Mirza Group kelak akan jatuh ke tanganku jadi dia tidak usah khawatir, tapi Lita tetap bersikeras, toh anak yang dikandungnya adalah anak Adree, begitu yang dia pikirkan.

Aku semakin pusing dengan semua masalah yang makin kusut ini. Thalita bersikeras akan mengaku pada Adree tentang kehamilannya. Aku tahu sifat Adree yang terlalu baik dan polos. Lita bisa memanfaatkan kebaikannya dan kalaupun Adree tahu itu anakku, dia bisa saja termakan bujuk rayu Lita dan menikahi wanita itu apapun resikonya, apalagi dengan kondisi sekarang, Adree tidak akan mendengarkanku, dia akan lebih mempercayai Lita.

Ya Tuhan apa yang harus kulakukan sekarang? Aku harus melindungi Adree apapun resikonya....

Tulisan tangan Mario berhenti sampai di halaman itu, melihat tanggalnya, itu krang lebih setahun yang lalu dan Kania mengingat tanggal meninggalnya Mario, tulisan tangan terakhir ini....sekitar empat hari sebelum kecelakaan yang merenggut nyawa Mario!

Tubuh Kania tiba-tiba merasa dingin.

Apakah...Mario mengalami kecelakaan, atau dia sengaja....mengorbankan nyawanya dan berusaha menghalangi Lita mengatakan semua kepada Adree...

Airmata Kania menetes. Ya Tuhan, apakah Mario berkorban sejauh itu karena rasa sayangnya yang begitu besar pada Adree? Tangan Kania gemetar memegang diary itu. Halaman di diary itu masih cukup banyak, seandainya Mario masih hidup, tentu dia akan tetap menulisinya, bukan?

Kania tersedu-sedu sambil memeluk diary itu. Tidak berapa lama, Adzan subuh terdengar dari masjid di desa nun jauh dari vila. Kania mengusap matanya dan menyadari semalam dia tidak tertidur. Mungkin, diary Mario inilah jawaban Tuhan atas shalat malamnya tadi. Dengan penuh kasih, diletakkannya diary itu di nakas Ivorynya dan segera mengambil air wudhu.

Dia tidak akan meragukan Adree lagi.

"Mas Rio...Kania janji, akan meneruskan tugas mas Rio untuk menjaga mas Adree..." Kania membayangkan wajah Mario yang lembut tersenyum padanya. Itulah kenapa, saat melihat foto-foto Mario, Kania merasakan lelaki itu seperti malaikat. Guardian Angel Adree....

----

Keesokan harinya, Adree heran belum melihat Kania berkeliaran di dapur dan bersendau gurau dengan bu Rindu, dengan penasaran diketuknya kamar gadis itu dan heran melihat Kania masih tertidur. Wajah Kania kenapa terlihat pucat dan lelah? Adree meraba kening gadis itu dan merasakan suhu yang cukup tinggi.

"Masuk angin beneran ya?" gumam Adree. Lelaki itu menghela nafas dan kembali menyelimuti tubuh Kania yang begitu lelap dalam tidurnya. Sebaiknya dibiarkannya Kania tidur dulu, mungkin setelahnya dia akan agak mendingan.

Adree turun ke bawah dan menemui bu Rindu.

"Kania kayaknya benar-benar masuk angin bu, tolong bikinkan jahe hangat atau minuman herbal yang ibu tahu bisa meredakan sakitnya..."

Wajah bu Rindu berubah cemas. "Apa non Kania demam tinggi?"

"Cukup panas, tapi masih dalam ambang batas normal, tapi kalau nanti suhunya menaik, saya akan panggil dokter Adam...sementara ini biarkan dia istirahat dan ibu buatkan saja minuman, antar sekitar sejam lagi."

"Baik tuan..." Bu Rindu segera pergi ke dapur dan menyiapkan ramuan beras kencur untuk meringankan gejala flu.

Adree menuju ke ruang kerjanya tapi dalam pikirannya masih mencemaskan Kania. "Semoga demamnya segera turun, menyebalkan melihatnya yang biasa ceria kesana kemari seperti kolibri, mendadak sakit seperti ini..."

---

Continue Reading

You'll Also Like

3.6K 721 6
❝ Seorang libero yang berasal dari team MSBY black jackal merasakan sesuatu yang mirip dengan kata "cinta pada pandangan pertama" saat bertemu dengan...
3.5M 27.1K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1M 148K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
96.6K 11.1K 37
18+ Om-om cogan kalem, murah senyum, ditambah dia penyayang kucing ... damage-nya gak ngotak!