Istri Muda

Ninda_rayanti tarafından

23.8K 1.2K 7

Siapapun tak tahu bagaimana putaran takdir berlaku untuk kisah ini. Tak tahu pula apakah takdir menjadi peme... Daha Fazla

I. Beginning
II. Sudden Marriage
III. Still Like Before
IV. Because We're Married
V. About Zeka
VI. Baba
VII. More Sorrow
VIII. Start Loving
IX. Real Wife
X. Your World, My World Too
XI. Knowing Your Heart
XII. Destiny, My Wife
XIII. More I Handsome or Korean Artist?
XIV. The Past is Back
XV. You're A Beautiful Lady
XVI. First Contention
XVII. Him and Her
XVIII. The Scary Proposals
XIX. Proposal Baby (Zeka's Junior or Cashya's Junior)
XX. Afraid to Lose You
XXI. Trying Forgiven
XXII. My Mother's Twin
XXIII. I Miss You
XXIV. Amarra's Mission
XXV. Who is Amarra?
XXVI. Surprize for You, Amarra.
XXVII. I'm Lucky to Have You
XXVIII. Small Reunion
XXIX. Relationship Best Friends
XXX. Surprize Preparing
XXXI. Dating Day
XXXII. Sweet Surprize
XXXIII. Sweet Conflic
XXXIV. Troublemaker Past
XXXV. The Conspiration
XXXVI. Handsman Beneviva
XXXVII. The Karma
XXXIX. Baby Nona and Baby Basta
XL. Happy Ever After
Announcement
Announcement (Bukan updatean cerita)

XXXVIII. Born Surprize

481 21 0
Ninda_rayanti tarafından

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Kandungan Cashya sudah memasuki bulannya untuk melahirkan, Zeka dan Cashya tinggal menunggu hari saja di mana anak mereka akan terlahir.

Senyum tak henti-hentinya menguar dalam bibir Cashya, walau tak memungkiri ada rasa cemas yang melingkupi batinnya.

Saat ini Cashya duduk di sebuah kursi roda, Zeka yang melarangnya untuk banyak berjalan mengingat usia kandungannya yang sudah tua. Zeka menyerahkan gelas berisi susu pada Cashya.

"Makasih, Mas." Cashya menjawabnya.

Zeka kemudian duduk di sebelah Cashya, mereka sekarang berada di taman kompleks. Menikmati pemandangan kehijauan dengan suara anak-anak bermain dengan berbagai wahana permainan khas taman kompleks.

Seorang anak menangis karena jatuh dari ayunan, membuat Cashya dan Zeka menoleh. Zeka cepat tanggap, ia berjalan menuju anak lelaki itu.

"Kenapa, jatuh ya? Coba berdiri dulu. Biar Om lihat ada lukanya nggak?" Zeka membantu anak lelaki tersebut berdiri. Untunglah tak ada luka dilututnya.

"Udah, nggak ada yang luka kok. Cep-cep-cep, nggak papa-nggak papa. Lain kali adek kalau main ayunan pegangan yang kuat biar nggak jatuh kaya tadi, ok?"

Anak lelaki itu segera menyusutkan air matanya dan mengangguk, kemudian memberi gestur terima kasih pada Zeka.

"Hight five, dulu. Besok lagi kalau ketemu Om, harus lebih jagoan lagi. Ok?"

Anak lelaki itu mengangguk dan membalas ajakan tozz dari Zeka, tak lama anak kecil itu segera pergi dari pandangan Zeka.

Zeka kembali menuju Cashya, membuat Cashya tersenyum. "Kamu memang dari dulu suka sama anak kecil, ya Mas."

Itu bukan pertanyaan, melainkan pernyataan dari Cashya untuk Zeka. "Dulunya sih nggak, setelah kamu lahir semuanyapun berubah."

"Kita balik sekarang, ya? Udah mulai malem, nggak baik buat ibu hamil." Zeka kembali berkata.

Cashya mengangguk, mematuhi segala yang Zeka ucapkan. Saat Zeka mulai mendorong kursi roda Cashya, rasa sakit itu datang lagi.

Rasa sakit yang begitu di perut Cashya, perutnya kembali tegang. Kontraksinya kembali menguat. Ia secara reflek menggenggam tangan Zeka erat.

Kuku jari Cashya menancap kuat di kulit Zeka. Semua orang tahu, Zeka juga merasa kesakitan. Namun Zeka lebih tahu jika rasa sakit yang ia rasakan belum ada apa-apanya di banding dengan rasa sakit yang saat ini Cashya rasa.

Zeka menghentikan laju jalan mereka, kemudian berjalan menuju ke hadapan Cashya. "Kontraksi lagi?"

Cashya mengangguk, ia meraih tangan Zeka lagi dan meremasnya. Zeka sendiri menahan rasa sakit itu, baginya tidak ada yang lebih sakit dari pada melihat orang yang ia cintai merasakan sakit juga.

Saat pegangan Cashya mulai melonggar, saat itu pula Zeka yakin jika kontraksi tersebut berangsur menhilang. "Tarik napas, Sayang."

Cashya mulai mengatur napasnya, sampai kemudian kontraksi itu datang lagi. Ia kembali menggenggam erat pergelangan tangan Zeka. Jujur Zeka khawatir, biasanya setelah tiga puluh detik berlalu kontraksi itu akan berangsur menghilang. Namun kini interval kontraksi seakan teratur.

"Kita ke dokter ya, Shya. Kontraksi kamu sudah mulai teratur. Aku rasa ini kontraksi asli, Shya." Zeka berucap.

Tak lama dari itu, bagian bawah dress yang Cashya kenakan basah dan disertai bunyi ricikkan kecil dari selangkangan Cashya. Zeka dan Cashya saling bertatapan.

Tidak ada waktu lagi, Zeka dengan cepat menggendong Cashya dan berlari menuju rumah mereka. Wajah Cashya telah pucat pasi, ia begitu takut sekaligus ia begitu tidak sabar menanti buah cinta yang selama ini ia kandung lahir ke bumi ini.

Sesampainya di rumah, Zeka berteriak panik meminta Bibi membawakan peralatan Cashya yang sudah mereka siapkan jauh-jauh hari didalam tas. Zeka juga berteriak pada Pak Ramdan untuk memberikannya kunci mobil.

Tak menunggu waktu lama, Zeka dan Cashya segera berangkat ke rumah sakit. Dalam perjalanan, berkali-kali Cashya meremas tangan Zeka. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak luka cakaran Cashya hingga tangan itu ada yang sampai berdarah.

"Sabar ya, Sayang. Sebentar lagi sampai." Zeka mencoba menenangkan Cashya.

Cashya mengangguk dengan peluh yang telah membanjiri wajahnya walau suara menderu AC mobil telah Zeka nyalakan.

***

Sesampainya di rumah sakit, para perawat telah sigap memindahkan Cashya segera ke ruang persalinan. Pada saat proses itu berlangsung, tak sedikitpun Zeka luput dari pandangan Cashya. Zeka masih setia menjadi pegangan Cashya kala kontraksi itu berlangsung.

"Atur napas kamu, Shya. Kamu bisa." Zeka mengingatkan sembari mengecup kening Cashya memberinya kepercayaan.

Dokter Shopia lah yang menangani kelahiran Cashya kali ini, kebetulan Dokter Airin sedang ada kegiatan urusan di luar.

Selagi mempersiapkan persalinan, Dokter Shopia melakukan pengecekkan detak jantung dan melakukan USG. Mata sang Dokter berbinar, membuat Cashya yang masih merasa kesakitan dan Zeka yang cemas bertanya-tanya.

"Ada apa, Dok?" Zeka pada akhirnya bertanya.

"Bayi, Bapak dan Ibu kembar." Dokter Shopia menjawab.

Mata Zeka dan Cashya sama-sama berbinar, namun tidak mengurangi rasa sakit yang Cashya rasakan.

"Karena bayinya kembar, saya menyarankan untuk Ibu Cashya melakukan prosedur operasi sesar. Mengingat usia Ibu Cashya yang masih sangat muda, saya ragu Ibu Cashya akan kuat mengejan dalam dua waktu panjang." Dokter Shopia menawarkan.

Zeka meraba rambut Cashya. "Sesar aja ya, Sayang? Aku khawatir sama kamu dan anak-anak kita."

Cashya menggeleng, ia menginginkan persalinan normal. "Nggak, aku bisa. Aku mau normal aja, Mas."

"Tapi, Shya ...."

"Kamu percaya sama aku, kan Mas?"

Akhirnya Zeka menyerah, ia lagi-lagi mengalah untuk Cashya. Hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Cashya dan anak-anaknya.

Persalinan pun semakin dekat, kini Cashya dan Zeka sudah memakai atribut persalinan. Dokter Shophia juga telah memakai atribut operasi persalinan normal.

Tibalah saat di mana Cashya harus mengejan untuk mengeluarkan anak mereka, peluh dan air mata sudah bercampur di wajah Cashya. Zeka dengan setia masih berada di sisi Cashya, kondisi tangan Zeka sudah tidak karuan lagi.

Lama berselang, suara bayi yang mereka nantikan akhirnya lahir ke dunia ini. "Selamat Bapak, Ibu. Bayinya laki-laki, ganteng kaya Bapaknya."

Zeka tersenyum, sementara Cashya masih mengatur napasnya. "Seganteng apapun, Mas Zeka itu suami saya. Dok!"

Walau dalam kondisi persalinan seperti ini, rasa posesif Cashya untuk Zeka tetap tidak berubah. Tentu saja itu membuat Zeka dan Dokter Shopia tersenyum.

Selang setengah jam, putra mereka dipelukkan Cashya. Cashya kembali merasakan sakit, anak mereka satu lagi akan lahir.

Dengan cepat para perawat membawa putra mereka untuk di mandikan, sementara Cashya kembali berjuang untuk melahirkan.

Rupanya persalinan kedua ini memakan waktu yang jauh lebih lama, membuat tenaga Cashya hampir habis. Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit, sampai akhirnya putri mereka lahir.

Saat putri mereka ingin berbaring di dada Cashya, Cashya yang telah kehabisan tenaga akhirnya pingsan.

"Cashya ...." Zeka panik.

"Tenang Pak Zeka, Ibu Cashya baik-baik saja. Ibu Cashya hanya kelelahan." Dokter Shopia berusaha menenangkan Zeka.

Zeka mengangguk dan proses persalinan selesai, Cashya dan kedua anak mereka telah berada di ruangan mereka masing-masing.

Saat Cashya masih tertidur karena pingsan, Zeka segera ke ruang bayi. Melantunkan adzan dan komat yang begitu indah pada kedua bayi mungilnya, disaksikan oleh para perawat yang menangis haru melihat pemandangan itu.

Senyum Zeka menghangat kala mengingat permintaan Cashya sebulan yang lalu.

"Aku mau saat anak kita lahir nanti, kamu ya yang kasih nama." Cashya menatap Zeka lekat.

"Kenapa aku? Kamukan bubunya."

"Kamu juga babanya."

"Kita berdua."

"Kamu aja, ya? Aku mau anak kita juga ngerasain rasanya jadi aku. Bersyukur karena diberikan nama sama manusia jelmaan malaikat seperti kamu, Mas."

"Akukan sudah mengatakan, kamu jangan melebih-lebihkan."

"Ini bukan permintaan, ini perintah. Mas."

"Jangan balas dendam dong."

"Ya abis, kamu juga selalu bilang kaya gitu saat aku mulai bandel nggak dengerin kamu."

"Abisnya bandel sih."

"Iya. Tapi janji ya Mas, kamu yang kasih nama anak kita."

"Iya."

Zeka dengan perlahan membisikkan sesuatu di telinga putranya. "Selamat datang di dunia, anakku, Sebasta Marquezio Auriga."

Lalu Zeka membisikkan sesuatu di telinga putrinya setelahnya. "Selamat datang juga di dunia putri kecilku, Senona Meisy Auriga."

***

Jangan lupa taburan kalimat dan bintangnya 🌟

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

3.8K 1K 6
FAIZ, FARIZ, DAN FARIZA adalah 3 bersaudara yang sangat dekat. Fariza anak bungsu dari 3 bersaudara itu dan dimanja di dalam keluarganya. Hal itu mem...
286K 7.3K 30
Kamu kenal dengan orang ini may " Maya pun melihat foto yg di tunjukkan oleh orang di hadapan nya "Kenal memang nya kenapa?" "Apa kamu suka sama dia...
44.1K 822 15
[SELESAI] Kenapa aku menyukai senja? Karena dia adalah ketenangan, serta lonceng pengingat Tuhan. Setiap satu senja selalu ku anyam kata, dalam senyu...
3.5M 26.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...