Happy reading guys. Salam cinta dari penulis
Ninda_Rayanti
***
Taufan kembali memberikan sebuah map pada Zeka, map lusuh yang sama yang Zeka lihat di dalam video. Zeka kembali menerima map itu, membukanya segera dan menemukan sebuah flashdisk disertai surat.
Zeka membuka suratnya terlebih dahulu, tulisan tangan terlihat penuh di sana.
Zeka menoleh, menatap Cashya. "Bisa pinjam sebentar laptop kamu, Shya?"
Tanpa membantah, Cashya mengangguk saat ia ingin bangkit. Zeka menahan dirinya. "Bibi."
Bibi yang memang menguping di pinggiran sana segera muncul. "Iya Pak."
"Tolong ambilkan laptop Cashya di kamar." Zeka meminta tolong.
Tanpa banyak berbicara, Bibi segera menuju kamar Zeka dan Cashya dan mengambilkan laptop dengan tas laptop motif Hello Kitty milik Cashya.
Saat Bibi kembali dengan membawa tas laptop Cashya, pipi Cashya tentu saja merona begitu merah. Sambil mengalihkan diri Cashya merutukki diri, kenapa memperbolehkan Zeka meminjam laptopnya yang terlihat seperti laptop anak kemarin sore.
Bibi menyerahkan tas laptop itu pada Cashya, Cashya menerimanya dan berbisik pada Bibi. "Bi, kenapa tas laptopnya nggak di tinggal aja sih?"
"Saya nggak berani, Non. Itukan punyanya Non Cashya, lagian Non Cashyakan memang dari dulu suka Hello Kitty." Bibi membalas.
Pipi Cashya semakin merona merah, sementara Zeka tersenyum mendengar perdebatan kecil antara Cashya dan Bibi. Tak mau mengulur waktu, pada akhirnya Cashya memberikan tas laptopnya pada Zeka.
Setelah menerima tas laptop Cashya, Zeka membuka tas itu. Terlihat laptop Cashya yang begitu feminin terlihat dengan warna rose gold dan hiasan stiker bunga-bunga dibeberapa bagian. Zeka membuka laptop Cashya, yang langsung disambut dengan wallpaper foto pernikahan mereka di rumah sakit waktu itu. Zeka seketika menghangat, rupanya Cashya sangat memaknai momen itu.
Dengan menghela napas, Zeka menancapkan flashdisk itu ke laptop Cashya yang ternyata berisi video dan audio. Zeka memutar urut dari atas.
Di video pertama tentang pelantikkan seorang kepala divisi keuangan pada periode terbaru di perusahaan Auriga Corp, seseorang itu bernama Handsman Beneviva. Zeka tidak mengenalnya, namun ia tahu sekarang jika orang itulah yang membawa kabur dana perusahaan.
Cashya ikut melihatnya, rasanya Cashya familiar dengan orang itu. Tidak asing bagi Cashya pula saat mendengar namanya, Handsman Beneviva.
Video kedua di putar, kali ini terdengar suara minta tolong lagi dari Tjokro.
"Tolong, bebaskan saya. Bertahun-tahun saya telah menebus dosa saya dengan menjadi budak di keluarga Beneviva, saya tidak sanggup lagi.
Pak Jonathan, Ibu Tiara, Zeka ... ampuni saya."
Video-video selanjutnya adalah bukti-bukti ilegal lainnya yang menjadi noda dalam dunia bisnis, di mana Handsman berusaha menyuap perusahaan klien agar selalu menang dalam tender.
Cashya membuka mulutnya, dengan reflek ia memukul paha Zeka. Membuat Zeka menoleh, kaget dengan ekspresi Cashya yang membuka mulut terkejut.
"Kenapa Sayang?" Zeka bertanya.
Bibir Cashya kelu, ia tidak tahu lagi bagaimana harus menyampaikan hal ini. Namun ini demi kebaikkan semuanya, tujuan Zeka adalah menuntaskan keingintahuan Zeka pada siapa yang membuat usaha orangtuanya bangkrut.
"Handsman Beneviva. Aku tahu siapa dia Mas." Cashya berucap, membuat Zeka kembali menoleh kaget.
"Siapa?" Datar Zeka bertanya.
Cashya ragu, tapi ia harus. Ia lebih baik kehilangan sahabat dari pada harus kehilangan Zeka. "Pemilik hotel tempat kita ngerayain ulang tahun kemarin. Yang mana artinya itu hotel milik opanya Oza. Xochiquetzal Beneviva."
Zeka terdiam lama, sampai Zeka menemukan sebuah file dalam flashdisk tersebut yang bertuliskan 'Konspirasi keji Beneviva Corp pada perusahaan Auriga Corp dan Maheswara Building.'
Cashya juga melihatnya, dengan tidak sabar ia memainkan audio tersebut.
"Sudah kamu laksanakan tugasmu?"
"Sudah Pak Handsman. Maheswara Building saat ini sedang terlilit puluhan hutang, saya yakin perusahaan itu akan segera gulung tikar."
"Bagus, kerja bagus. Sebetulnya Maheswara Building tidak melakukan kesalahan apapun pada perusahaan kita, tapi kamu tahu apa?"
"Perusahaan tersebut saat ini sedang berkembang pesat Pak, itu memungkinkan Maheswara Building bisa menyaingi kejayaan Baneviva Corp."
"Analisis yang cerdas. Setelah kita bisa membekuk Maheswara Corp, saya yakin saham kita akan naik. Kemudian setelah kita mampu seimbang dengan PAU Corp. Perusahaan itu juga akan mudah kita makan."
"Tapi Pak, sampai kapan perusahaan kita terus bekerja ilegal seperti ini?"
"Sampai kapan kamu bilang? Sampai kita jadi perusahaan nomor satu. Paham kamu? Kamu pikir usaha saya untuk mengambil dana perusahaan Auriga Corp itu tujuannya untuk apa?
Untuk menjadi pengusaha abadi!
Kamu pikir, Saya salah dengan mengandalkan laporan keuangan palsu itu, berharap Jonathan bisa membusuk di penjara. Tapi ternyata polisi lebih pintar dari yang kita duga, mereka tahu jika itu adalah laporan keuangan ilegal dan justru membebaskan Jonathan.
Seperti tidak terjadi apapun, Jonathan kembali meniti usahanya dengan sisa modal yang ia punya. Ia bisa sukses kembali mengingat otaknya yang jenius, bersama istri dan anaknya.
Jujur saya membencinya. Maka dari itu saya sekap kedua orang itu, saya meminta mereka untuk menuliskan surat seakan-akan mereka melakukan bunuh diri dan berakhir dengan meminumkan paksa karbol lantai dan obat nyamuk itu untuk apa, hah?!
Sayang putranya tidak ada di sana, tidak terdengar kabar juga. Sepertinya rencana saya berhasil juga untuk menyingkirkan anak ingusan itu.
Kamu tahu apa yang sudah saya lakukan? Menabrak anak itu ketika dirinya bermain sepeda di kompleks perumahannya sampai ia terguling, jatuh. Lalu kemungkinan mati.
Dan kamu pikir, saya membuat sebuah tragedi seakan-akan Idris menabrak seseorang hingga tewas di tempat, sampai ia dibekuk polisi itu untuk apa?
Agar perusahaan Beneviva menjadi perusahaan nomor satu!"
"Tapi, Pak. Saya ingin tahu kabar mengenai orang yang Pak Idris tabrak."
"Ohh orang itu? Orang itu hanyalah seorang manula yang sudah hilang kewarasannya, kemudian keluarganya menumbalkan Bapak tua itu untuk mendapatkan uang banyak. Setelah saya tahu keinginan mereka, ya sudah saya minta untuk keluarga bapak tua itu untuk berdiri tepat di tengah jalan sebelum Idris bodoh melintas. Habis itu ....
Jezzzz kamu sudah tahu apa yang terjadi, bapak itu tertabrak lalu mati di tempat. Keluarganya? Karena ingin uang banyak, saya meminta mereka untuk melaporkan tabrak lari itu. Idris ditangkaplah sudah."
Zeka, Cashya dan Taufan terdiam membeku mendengar rekaman tersebut. Mereka sama sekali tidak menduga jika kehidupan mereka selama ini telah ada yang mengatur sedemikian rupa.
Mulai dari kematian orangtua Zeka, yang Zeka pikir dahulu adalah karena bunuh diri ternyata itu bagian dari sebuah konspirasi. Lalu sekarang? Fakta bahwa Idris mendapat hukuman penjara sampai akhirnya melakukan bunuh diri itu juga merupakan sebuah trik semu belaka.
Zeka kemudian tersenyum, tawanya menguar. Tawa yang lebih seperti terdengar tawa yang begitu menyakitkan. "Apa ini? Hidupku dan Cashya menjadi permainan orang ini. Hahaha ... Dia pikir dia siapa? Tuhan?"
Zeka masih tertawa, sementara air matanya mengalir. Rasanya sakit sekali melihat Zeka seperti itu, hati Cashya juga hancur saat tahu jika kecelakaan yang Idris sebabkan hanyalah sebuah ilusi semata.
Cashya hanya bisa memeluk Zeka, sementara Zeka membalas pelukkan Cashya sembari tangannya ia kepal kuat penuh dengan kemarahan.
Sebuah pertanyaan baru, kembali nenusuk relung hati Zeka. Dengan cepat Zeka mengambil ponselnya dan menghubungi kuasa hukum keluarga Maheswara.
"Halo Pak Panji, bisa bapak ke rumah sekarang?" Zeka langsung mengawalinya tanpa mau berbasa-basi.
Di seberang sana Panji Laksana mengangguk menyetujui pertemuannya dengan keluarga Maheswara. Dengan segera Panji menuju kediaman keluarga tersebut. Walau sebetulnya tanpa Zeka minta Panji juga akan ke sana, ada perasaan tak enak yang melingkupi batinnya.
***
Jangan lupa taburan kalimat dan bintangnya 🌟