Racing (COMPLETE)

Galing kay stylestiles_

26.3K 1.2K 97

That one night changes my entire live Higit pa

Race
Pink Thing
High School
Hannah
Sheryl
Harry
That Brunette Girl
Shitty Room
Nadine
Hotel
Blood
Fact
Mommy
Those Cute Moment With Harry
Rejected
Chapter 17
Wedding Day
Lost
Odelia
L
She's Back
Skip
Birthday Gift
A Letter
Giving Birth
Ethan
Park
Adult Please
Shoot
baby
Chapter 32
Move
END 34
35

The Deal

1.1K 48 5
Galing kay stylestiles_

"That's not the deal!" Protes Zayn mendorong pundak pria itu menjauh. Tapi tunggu. Hutang ? Hutang apa?

"Then make it as a deal?" Pria itu mengalihkan pandangannya kembali padaku, mengedipkan sebelah matanya lalu pergi begitu saja. "Untuk kali ini aku berharap padamu agar bisa memenangkan balapan kali ini, Zayn. Atau adikmu menjadi milikku. Seutuhnya." Pria itu berjalan mundur sembari menatap Zayn dengan angkuh. Astaga, aku ingin menimpuknya dengan batu sekarang juga!

Zayn menggeram marah, Ia terlihat lebih stress sekarang dan akulah penyebabnya. Diam diam aku merutuki diriku sendiri karena aku tidak mau mendengarkan perkataannya. Padahal itu semua untuk kebaikanku sendiri.

"Zayn, aku tidak ingin ikut dengan pria itu." Ucapku sedih. Aku tidak mengenalnya, bahkan tidak tau asal usulnya tapi dia seenaknya memintaku untuk menjadi miliknya.

"See?! Ini semua karena ulah mu yang tidak pernah mau mendengarkan aku! Kau pikir aku menyuruhmu untuk diam di rumah karena apa?! Karena aku tidak ingin semua ini terjadi! Kau--! Eugh! Selalu merepotkan ku! Sekarang mau tidak mau aku harus mempertahankan mu karena kecerobohan mu sendiri!"

"Maaf.." Bisikku takut. Melihat Zayn marah sepertinya sudah biasa, namun melihatnya meledak ledak seperti ini, baru kali ini aku melihatnya. Terlebih ini semua karena kesalahanku sendiri. Aku yang sudah mencemplungkan diriku sendiri ke dalam jurang kematian ku.

"Sekarang motorku harus berlomba dengan motornya yang memiliki jauh lebih bagus mesin motor. Bersiaplah kau akan di bawa olehnya dan menjadi istri keduanya!"

*

Aku terus di hantui kalimat Zayn yang mengatakan jika pria itu sudah memiliki istri. Jika saja Zayn kalah maka aku akan menjadi simpanan om om? Yang benar saja ? Kenapa harus aku?! Lagi pula berapa uang yang Zayn pinjam dari pria itu ? Kenapa sepertinya banyak sekali hingga aku menjadi jaminannya?

"Kau terlihat cemas. Tenanglah, Harry pria yang baik." Seseorang memberikanku sebuah minuman kaleng yang sudah dibuka, memaksaku untuk menenggaknya.

"Tetap saja dia asing bagiku." Balasku setelah ia menyudahi acara memaksaku untuk meminum minuman kaleng tersebut. "Dan dia juga sudah berkeluarga."

"Hmmm. Dia memang sudah berkeluarga tapi ku dengar--"

"Niall!" Seseorang menginterupsi kami yang tengah berbincang. Kami menoleh pada sosok pria tadi yang menggodaku di ujung jalan.

"Itu Louis. Tangan kanan Harry. Aku Niall, yeah bisa dikatakan hanya teman karena aku tidak begitu akrab dengan mereka. Aku pergi dulu, okay? Bye sweetheart!" Pria yang mengaku dirinya Niall itu kemudian berlalu setelah mengedipkan sebelah matanya padaku. Ia terlihat sama brengseknya.

Aku kembali melirik ke depan tempat dimana Zayn dan pria tua tadi bersiap. Siapa tadi namanya? Harry?

"Berdoa lah semoga aku bisa memenangkan balapan ini." Aku menoleh ke arah kiri dimana Zayn datang dengan helm di tangannya. Sejak kapan ia membawa helm?

"Aku tengah berdoa dengan sungguh-sungguh, Zayn." Balasku menatapnya memelas. Zayn mengangguk dua kali lalu hendak pergi namun aku menahannya. "Jika kau tidak berhasil dan aku dibawa oleh pria itu, ku harap kau mau menebusku Zayn. Hanya kau yang aku miliki sekarang."

"I'll try my best." Zayn menarik sudut bibirnya kecil lalu benar benar pergi setelah seseorang memanggilnya dari jauh. Aku melihat Zayn menunggangi motornya dan satu orang lagi di sebelahnya. Harry. Ia menatapku menyeringai lalu memakai helm dan fokus ke jalanan. Ayo Tuhan, berpihaklah pada Zayn!

'Bersedia? Siap? Mulai!' Aba aba itu terdengar seiring dengan tarikan gas yang melaju begitu cepat membelah dinginnya malam. Dalam satu detik aku sudah tidak melihat motor mereka lagi dan hanya teriakan orang-orang yang membuat suasana semakin ricuh. Aku duduk diam di bagasi mobil seorang wanita yang sedari tadi ingin membantuku. Ia begitu baik sampai sampai membuatku curiga setengah mati. Ada apa dibalik kebaikan semua orang ini huh?

Aku berharap cemas karena sudah 15 menit terlewati dan belum ada tanda tanda kemunculan Zayn disini. Begitu besar harapanku padanya hingga sorak-sorai itu mulai kembali ricuh. Aku bangkit dengan yakin, itu pasti Zayn. Dengan semangat kakiku berlari mendekati garis finish, aku menunggu kemudian dikecewakan.

Itu bukan Zayn. Zayn tidak memakai jaket coklat dan helm seperti itu. Itu bukan motor Zayn! Ya tuhan! Apa ini akhir kisah hidupku? Aku benar benar kehilangan harapan sekarang.

"No..." Bisikku tidak terima atas kekalahan Zayn.

Pria itu berhenti tepat di sisiku membuat semua orang langsung membuat lingkaran disekeliling kami. Mereka yang memasang uang tinggi pun bersorak atas kebahagiaan mereka tapi tidak denganku. Rasanya aku ingin kabur sekarang juga, namun tidak bisa. Semua orang mencegatku. Termasuk Harry.

Dia melepas helmnya, memunculkan wajah menyeramkan dengan seutas senyum menyapaku. Sudah berapa kali aku bilang wajahnya menyeramkan? Karena wajahnya sungguh menyeramkan ketika ia menatapku seperti itu. "Hello, mine."

'Itu Zayn!' seseorang berseru membuatku memalingkan muka. Zayn datang langsung men-standard motornya dan menghampiriku. Buru buru aku bersembunyi di balik tubuhnya.

"You can't take her!" Ucap Zayn serius.

"Kenapa Zayn? Bukankah kau sendiri yang pernah mengatakan padaku jika adikmu itu membuatmu susah. Kau harus bekerja keras untuk menghidupi nya, bukan? Jika dia ikut denganku kau tidak perlu lagi bekerja keras. Mari berhitung, satu hari dia bersamaku akan ku ringankan hutangmu sebesar $6,76 bagaimana ?"

Zayn menoleh ke arahku dengan pandangan yang mulai meragukan. Oh tidak. Jangan bilang dia benar benar akan melepas ku karena tawaran sialan itu. "Dia memang menyusahkan, tapi hanya aku yang dia miliki sekarang. Aku tidak mungkin mengorbankannya untuk dirimu! Kau sudah memiliki istri, Harry! For fuck shake!!"

"Lalu? Apa masalahnya? Aku bisa memberinya kehidupan yang lebih baik dari pada bersama mu Zayn. Kewajibanmu hanya untuk melunasi hutang, untuk urusan pendidikan biar aku yang membiayai dirinya hingga lulus jenjang apapun yang dia mau. Aku tidak akan memaksakan kehendak."

Apa? Dia akan membiayai sekolahku hingga jenjang tinggi? Sungguh? Se-kaya itukah dirinya? Aku memang memiliki cita cita untuk mendapat gelar S2 namun apa iya aku harus menjadi simpanannya? Ini terdengar tidak bagus namun kenapa begitu menyenangkan? Aku sudah gila!

"Apa yang ada di otakmu itu, huh?"

"Aku hanya ingin membantu kalian! Oh ayolah! Aku tidak sejahat itu! Katakan aku ini ayah angkatnya, ya walaupun usia kami hanya terpaut 8 tahun."

Jadi dia tidak setua itu? Aku kira umurnya mencapai 30 atau 40 tahunan. Mungkin dandanannya yang terlalu kuno membuatku bisa berfikir seperti itu.

"Ayo Sheryl. Kita pergi dari sini. Mulai malam ini kau hidup denganku. Tenang saja, aku tidak akan membiarkan istriku tau jika aku memiliki gadis manis sepertimu. Kau akan ku tempatkan di rumah mewah dengan fasilitas yang mencukupi." Harry menarik tanganku mendekat ke arahnya. Aku terkejut, mencoba mencari pertolongan dari Zayn namun Harry lebih dulu menghalangi kami.

"Perjanjian adalah sebuah perjanjian, Zayn. Kau tidak bisa mengingkarinya, terlebih denganku." Cetusnya angkuh. Aku diam di sisi motor Harry masih mencoba untuk memberi sinyal darurat pada Zayn. Namun pria itu malah mendengus melempar tatapannya ke segala arah. Apa? Jadi dia melepasku? Aku tidak tau Zayn bisa setega itu padaku. 

"I'll come and get you soon." Hanya itu yang Zayn ucapkan sesaat setelah aku dipaksa Harry untuk membonceng dirinya.

"Promise?" Tanyaku memandangnya dengan air mata yang sudah bergerumul di mata ku. Aku harus berpisah dengan Zayn, orang yang selama ini menjagaku walaupun kadang kelakuannya sangat kasar.

"I promise." Dengan begitu tanpa basa basi Harry langsung menarik gasnya dan pergi bersamaku yang sangat tidak ikhlas ini. Aku akan hidup bersama orang asing, dan entah apa jadinya aku nanti hidup bersamanya.

Perjalanan panjang dan hening ini membuatku sedikit mengantuk. Aku bisa saja terjengkal jika tidak berpegang erat pada kakiku sendiri. Aku tidak ingin memegang Harry untuk sekarang, walau ia sering mengerem mendadak dan tanpa sadar membuat tubuhku menubruk tubuhnya kuat. Harry ini sepertinya pria licik. Ia kerap menyeringai menatapku dari spion motornya dan lebih membuatku menggerutu adalah kenapa Zayn bisa berurusan dengan orang seperti ini?

Pemandangan ketika Harry melambatkan laju motornya membuat tersadar akan betapa kaya dirinya. Rumah itu memang sedikit jauh dari pusat kota namun dalam satu kali pandang aku begitu jatuh cinta padanya. Itu hampir sama seperti rumahku dan keluargaku dulu sebelum ibuku meninggal dan ayahku menikah dengan ibu Tricia, ibunya Zayn.

"Ini rumahmu?" Tanyaku setelah ia meyuruhku untuk turun menginjak rumput hijau nan segar.

"Yeah. Aku tau ini kecil tapi untuk kita berdua, kurasa tempat ini cukup pas bukan?" Harry melingkarkan tangannya di pundakku dengan santai. Aku hendak menepisnya namun selalu kalah dengan aksinya yang begitu cepat menarikku ke dalam rumah.

"Aku tidak ingin hanya tinggal berdua denganmu!" Bantah setelah Harry membuka pintu utama.

"Why??? Tinggal berdua denganku adalah anugrah. Banyak wanita diluar sana yang mengantri untuk aku tiduri, Sheryl. Berhenti menolakku. Disini kau menjadi gadis yang paling beruntung di dunia." Kekehnya melepas jaket coklatnya lalu membuangnya kesegala arah. Ia membanting diri di sofa ruang tamu yang megah ini. Aku hampir saja menjatuhkan rahangku akan pesona yang rumah ini milikki. Begitu indah dan sangat hangat. Maksutku sedikit panas.

"Kenapa kau melakukan ini, Harry? Kau seharusnya bersyukur karena sudah memiliki istri! Mungkin sekarang istrimu di rumah tengah menunggumu pulang."

"Lalu?"

"Sebaiknya kau temui istrimu dan biarkan aku istirahat sebagai tahananmu di malam pertama ini!"

"Mam pertama, huh?" Harry tersenyum begitu lebar melihat kakinya sendiri lalu bangkit menarik kencang tanganku. "Ini akan menjadi malam pertamamu yang mengesankan."

"No! Wait! Apa yang kau lakukan!" Pekikku mencoba melepaskan diri, namun ia malah menggendongku seperti karung beras dan membawaku ke sebuah entahlah. Aku sendiri tidak bisa melihatnya dengan jelas karena pandanganku tertutup rambut.

Brugh!

Tubuhku di banting ke atas ranjang dengan aura panas kamar ini. Sementara Harry menutup pintu buru buru aku bangkit dan menghindar darinya sebelum aku diperkosa. "Bukan seperti ini perjanjian yang kau buat!"

Harry menoleh melepas kaosnya, memunculkan semua tato yang dia miliki di sekujur tubuhnya. Astaga, apakah masih ada pria yang tidak bertato di dunia ini selain ayahku?

"Aku tidak membuat perjanjian apapun denganmu, sweetie. Lagi pula kau pikir aku akan membiayai semua pendidikanmu dengan suka rela?" Cibir Harry semakin mendekat dan mencoba menangkap ku namun aku dengan baik menghindarinya.

"Ayolah, Sheryl! Kau dan aku sama sama sudah dewasa! Aku hanya ingin mencicipimu sedikit saja!" Pekiknya menyerah mendapatkanku.

"Tidak! Aku tidak semurah itu!"

"Baiklah! Terserah padamu! Aku lelah! Lebih baik aku tidur, lagi pula masih ada hari esok."

Secepat itu dia menyerah? Sungguh ?

To be continue...

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

14.4K 408 57
Keperawanan hilang adalah akhir kisah seorang perempuan? Pemikiran anak muda yang bobrok, tak terarah dan tanpa bimbingan orang dewasa. Masa remaja...
1.4M 12.1K 6
[COMPLETED] "Kenapa kamu tadi berangkat sekolah sendiri?" Pertanyaan random Andrew sedikit membuat Rain bingung, "Ya.. Ya aku mau berangkat sendiri a...
12.5K 202 56
CERITA KHUSUS (18+) Banyak kata-kata Vulgar dan Kasar. #1 HubunganToxic (20.01.23) #1 AnakKuliah (20.09.23) Sipnosis: Hidup penuh kebebasan, siapa ya...
2.2M 74.3K 40
WARNING : VULGAR, DARK ROMANCE, BDSM, DEWASA 21+ (TIDAK UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR) Rasera Ryder hanya ingin hidup damai menikmati masa mudanya,berkenca...