Hari itu tiba, hari dimana para pelajar melaksanakan ujian nasional secara serempak.
Mereka sudah menyiapkan diri masing-masing untuk menghadapinya. Lain halnya dengan Gilang, lihat saja, bukannya belajar ia malah asik memandangi wajah kekasihnya itu.
Mereka berdua hanya bertemu jika disekolah saja, tidak diluar sekolah. Sebelum ujian mulai, mereka berdua menghabiskan waktu itu untuk belajar.
Ralat. Bukan berdua, tapi hanya Kayla saja. Gilang sibuk menatap wajah cantik pacaranya yang sedang fokus membaca beberapa lembar kertas yang berisi materi ujian.
Kayla yang merasa diperhatikan, mengangkat kepalanya, membalas tatapan Gilang.
"Kamu belajar atau nggak sih? Kalau nggak aku pergi ya, buang-buang waktu tau nggak kamu kayak gitu," omel Kayla.
Gilang menghela napasnya, kemudian beralih menatap buku di hadapannya, "iya, iya."
Gilang berusaha untuk memahami semua materi yang ada dibuku paket, tapi nihil, otaknya tidak seperti Kayla yang mampu memasukkan semuanya didalam otak.
Gilang mengacak rambutnya frustasi, ia menutup bukunya dan bersandar pada bagian belakang kursi yang didudukinya.
"Susah banget dipahamin kayak kamu," celetuk Gilang membuat Kayla meliriknya tajam.
"Nggak sayang, becanda. Emang susah beneren kok," ucap Gilang dengan cengiran khasnya.
"Bukannya susah, kamunya aja yang males ngertiin," balas Kayla.
"Yang bener ya jawabnya, jangan asal-asalan.
Kayla melirik jam tangannya, sudah pukul 07.20 yang artinya ujian akan dimulai dalam 10 menit lagi.
"Balik yuk, sepuluh menit lagi masuk," ajak Kayla dan diangguki oleh Gilang.
Mereka berdua berdiri dan melangkah menuju ruangan masing-masing. Kayla dan Gilang ruangannya berbeda, Kayla diruang 2 dan Gilang diruang 1.
••••
"Kalau bisa meledak, udah dari tadi ni otak meledaknya."
Dua jam berlalu, mereka semua keluar karena sudah menyelesaikan ujian dijam pertama. Mereka diberi waktu 45 menit untuk beristirahat, setelah itu, mereka masuk kembali untuk ujian berikutnya.
Semuanya menghabiskan waktu itu dengan belajar dan makan, lebih tepatnya, belajar sambil makan.
6 remaja kini duduk disebuah meja yang ada dikantin, mengisi perut adalah hal yang utama bagi mereka.
Tapi, lain halnya dengan satu gadis yang dari tadi hanya menatap beberapa lembaran kertas salinan semua materi ujian. Ia Kayla, hanya dia yang menyibukan diri dengan belajar.
Yang lain? Entahlah, mungkin malas.
"Gila, baru hari pertama udah disuguhin hitung-hitungan, gimana nggak mau meledak otak," sahut Alvin.
"Makanya belajar," celetuk Kayla tanpa mengalihkan pandangan dari kertas miliknya itu.
Semua yang ada dimeja itu menatap ke arah Kayla dan yang ditatap tak menyadarinya karena terlalu sibuk.
"Lo mah enak pinter dari lahir. Lah gua, mau belajar kayak gimana pun kalau emang dasarnya bodoh ya tetep bodoh, sedih banget hidup gua," ujar Alvin.
"Curhat ni ye," ledek Nayla membuat raut wajah Alvin menjadi datar.
"Siap-siap guys, bentar lagi ada yang berantem ni pasti," ucap Rio senang.
"Gue tau kok, Nay. Kalau lo itu suka kan sama gue? Ngaku lo?" tanya Alvin tiba-tiba.
"Ini temen lo kenapa sih? Nggak nyambung banget sama kalimat gue, aneh," ucap Nayla sambil menatap kepada Gilang dan Rio.
Gilang melambaikan tangannya dengan gerakan kecil seakan mengatakan kepada Nayla 'bukan temen gue' dan juga dilakukan oleh Rio.
"Kalian berdua kalau mau berantem mending dilapangan aja, luas banget disana. Mau kalian baku hantam, bunuh-bunuhan, kejar-kejaran, nggak ada yang mau misahin. Soalnya orang-orang pada tau kalau lo berdua rada miring, jadi wajar aja. Gih sana, gedek gue liatnya," Zahra bersuara dan membuat yang lainnya terdiam.
Kayla yang sibuk belajar saja menoleh ke arah temannya itu.
"Biasa aja liatnya bos," Gilang melempar kerupuk yang ada dihadapannya ke arah Rio yang menatap Zahra tanpa berkedip.
Rio tersentak, kemudian ia salah tingkah dan langsung meminum minumannya. Kayla yang melihat tingkah Rio tersenyum tipis.
"Kamu ngapain senyum ke Rio?" tanya Gilang tak suka ketika melihat kemana Kayla mengarahkan senyumannya.
Kayla menoleh menatap Gilang, "ngaco kamu, mending belajar sana."
"Udah, Lang. Dengerin kata Kayla, mending belajar, ye kan?" ledek Alvin.
"Rese lo pada," kesal Gilang.
Kayla membereskan buku beserta kerta-kertasnya, kemudian bangkit dari duduknya. Ketika ia hendak melangkah, lengannya dicekal oleh Gilang yang duduk disampingnya, Kayla berhenti dan menatap Gilang.
"Kamu mau kemana?"
"Rooftop."
"Aku ikut."
Kayla mengangguk, Gilang berdiri dan berbalik menatap teman-temannya.
"Gue mau pacaran dulu, jangan ada yang ganggu, oke? Sip."
Setelah mengucapkan itu, Gilang dan Kayla pergi berdua. Gilang menggengam tangan Kayla yang berjalan beriringan disampingnya.
"Iri gue sama mereka," ucap Alvin tiba-tiba.
"Makanya punya pacar," sahut Nayla.
"Kayaknya kita emang harus berantem deh, Nay. Ngeselin banget soalnya lo."
"Yaudah, ayo. Ngomong mulu lo, tapi nggak ada tindakan. Dasar cowok."
"Bentar dulu nih, gue salahnya dimana mohon maap?"
••••
"Sayang."
Gilang merebahkan tubuhnya dikursi panjang yang cukup untuk tubuh manusia yang lebar dan paha Kayla yang menjadi bantalannya.
Gilang manja mode on.
"Hmm?"
"Udah dong belajarnya, nggak bosen apa?"
"Aku seharusnya yang nanya, kamu nggak mau lulus?"
"Sembarangan banget ya ngomongnya, ya mau lah," Gilang mencolek dagu Kayla.
"Makanya belajar, katanya mau kuliah."
"Iya, nanti."
Setelah mengucapkan itu. Mereka berdua hening, sibuk dengan pikiran masing-masing. Kayla merasa aneh dengan suasana ini, ia mengalihkan kertas dari pandangannya dan menatap Gilang yang sedang menutup matanya.
Kayla meletakkan kertas yang dipegangnya tadi kesamping duduknya. Kemudian, tangannya bergerak memegang pipi Gilang dan mengelusnya.
Tanpa membuka matanya, tangan Gilang juga bergerak mengambil tangan Kayla yang awalnya berada dipipinya, lalu ia letakkan didadanya sambil memegangnya.
Gilang tersenyum sambil menutup matanya.
"I love you too."
Gilang membuka matanya, "aku belum ngomong lho, Kay."
Kayla menatap kedua mata Gilang, "aku tau kamu bakal ngomong gitu."
Pacarnya itu terkekeh mendengarnya, "i love you."
"Udah ku jawab," Kayla mengatakannya dengan tersenyum manis kesukaan Gilang.
"Yuk, bangun. Bentar lagi ujian berikutnya mulai," ujar Kayla.
Gilang bangun, kemudian, berdiri tanpa melepas genggaman tangannya.
"Berdiri," suruh Gilang.
"Ngapain?"
"Bentar aja."
Kayla berdiri mengikuti ucapan Gilang. Kemudian, tiba-tiba Gilang menarik Kayla kedalam pelukannya.
Kayla terkejut.
"Supaya aku semangat ujiannya," itu alasan yang terucap dari mulut Gilang ketika ia memeluk Kayla tiba-tiba.
Kayla mengerti dan ia membalas pelukan Gilang lebih erat.
"Pengen peluk kamu dua puluh empat jam, tapi belum sah. Tunggu aku sukses dulu ya, baru aku pelukin kamu sepuasnya," ucap Gilang.
"Makin aneh kamu ngomongnya. Udah ah, bentar lagi bel."
Kayla melepaskan pelukannya dan berbalik mengambil buku-bukunya. Tangan Gilang terulur untuk meminta tangan Kayla.
Kayla memberikannya, kemudian mereka berdua pergi dari sana dengan saling menggenggam satu sama lain.
••••
NEXT!!!
Halo, aku kembali, maap udah bikin kalian nunggu:)
Jaga kesehatan semuanya💜💚