Istri Muda

By Ninda_rayanti

23.8K 1.2K 7

Siapapun tak tahu bagaimana putaran takdir berlaku untuk kisah ini. Tak tahu pula apakah takdir menjadi peme... More

I. Beginning
II. Sudden Marriage
IV. Because We're Married
V. About Zeka
VI. Baba
VII. More Sorrow
VIII. Start Loving
IX. Real Wife
X. Your World, My World Too
XI. Knowing Your Heart
XII. Destiny, My Wife
XIII. More I Handsome or Korean Artist?
XIV. The Past is Back
XV. You're A Beautiful Lady
XVI. First Contention
XVII. Him and Her
XVIII. The Scary Proposals
XIX. Proposal Baby (Zeka's Junior or Cashya's Junior)
XX. Afraid to Lose You
XXI. Trying Forgiven
XXII. My Mother's Twin
XXIII. I Miss You
XXIV. Amarra's Mission
XXV. Who is Amarra?
XXVI. Surprize for You, Amarra.
XXVII. I'm Lucky to Have You
XXVIII. Small Reunion
XXIX. Relationship Best Friends
XXX. Surprize Preparing
XXXI. Dating Day
XXXII. Sweet Surprize
XXXIII. Sweet Conflic
XXXIV. Troublemaker Past
XXXV. The Conspiration
XXXVI. Handsman Beneviva
XXXVII. The Karma
XXXVIII. Born Surprize
XXXIX. Baby Nona and Baby Basta
XL. Happy Ever After
Announcement
Announcement (Bukan updatean cerita)

III. Still Like Before

1K 49 0
By Ninda_rayanti

Happy reading guys. Salam cinta dari penulis

Ninda_Rayanti

***

Walau sempat terjadi perdebatan ringan antara Zeka dan Cashya, namun akhirnya perdebatan itu dimenangkan oleh Cashya. Cashya dengan lugas mengatakan pada suaminya sesuatu yang membuat Zeka sedikit tertohok.

"Aku tau kamu orang kaya, bisa dengan mudah bayar mahal dimanapun kamu pengen tinggal. Terutama di hotel mewah sekalipun, Mas. Tapi di sini, kamu masih punya aku. Aku istri kamu sekarang, kalo kamu pergi kamu berarti melanggar janji kamu sama Aai. Dan kayanya permasalahan selalu datang sama kamu karena kamu yang memutuskan sendiri untuk pergi dari masalah itu, Mas."

Pada detik itu, tidak hanya rasa tertohok. Namun perasaan tersinggung menyelimuti perasaan Zeka, dengan amarah yang ditahan ia mendekat ke arah Cashya. "Kamu cuma gadis berusia sembilan belas tahun yang belum tahu apapun, jadi jangan pernah berasumsi apapun pada hidupku. Karena kamu tidak mengetahui apapun."

Zeka mengalah, ia membuka kopernya di tempat tidur Cashya. Lalu menatanya di lemari Cashya yang masih kosong. Cashya sendiri merasa jika ia salah berbicara, namun ia takut untuk meminta maaf.

Membuatnya perlahan meninggalkan kamar dan menuju dapur untuk menenangkan diri. Zeka sendiri tahu jika Cashya pergi meninggalkannya, rasa kesalnya menguap seiring dengan terbawanya Zeka ke masa lalu. Untuk pertama kalinya Zeka tersenyum mengingat itu.

***

Flashback on.

"Cashya, lihat siapa yang dateng?" Suara Serafina yang ceria membuat Cashya kecil menoleh.

Cashya menoleh, binar matanya terlihat begitu cantik. "Om Zekaaaa ...." Teriak Cashya begitu antusias.

Zeka berjongkok dan melebarkan tangannya, dengan begitu Cashya bisa memeluk tubuh Zeka dengan erat. Zeka yang pada dasarnya suka dengan anak kecil, langsung menggendong Cashya kecil dalam rengkuhannya.

Sementara Cashya yang terlalu senang, entah kenapa tangannya selalu bergerak-gerak dan berakhir dengan tak sengaja mencakar pipi Zeka.

Zeka pura-pura mengeluh sakit, sedangkan Cashya meronta ingin turun. Tak lama Cashya pergi meninggalkan Zeka, Serafina dan Idris entah pergi kemana.

"Cashya, jangan begitu. Minta maaf dulu sama Om Zeka. Kamu sih, Aai potong kukunya nggak mau. Jadi ngelukain orangkan." Serafina berteriak memarahi tingkah Cashya.

Zeka tersenyum, menahan Serafina untuk melanjutkan marahnya. "Nggak papa, namanya anak-anak."

Zekapun memberikan lukanya obat merah yang telah Idris sediakan, membuat akhirnya ketiganya berbicara tentang isu-isu saat itu.

Di tengah pembicaraan, tiba-tiba Cashya datang dengan membawakan beberapa bunga liar di tangannya yang mungil. Ia berjalan menuju Zeka.

Membuat Idris, Serafina dan Zeka sendiri menoleh. Tak lama Cashya pun sampai, ia menyodorkan bunga-bunga itu pada Zeka. "Maafin Chya ya, Om. Pacti cakit ya? Ini bunga buat Om."

Zeka yang gemas dengan tingkah Cashya, langsung menggendongnya dan meletakkan di pangkuan Zeka, bunga yang di bawa Cashyapun Zeka ambil dari tangannya. "Iya, Om maafin. Tapi kuku Cashya harus di potong biar nggak ngelukain orang lain. Oke? Mau Om potongin?"

Dengan gemas Cashya mengangguk, ia memberikan jari mungilnya pada Zeka dan dengan tenang Zeka mulai memotong kuku-kuku kecil itu.

"Nanti, kalo Chya becal. Chya mau punya cuami kaya Om Zeka." Cashya berucap tanpa tahu makna dari apa yang ia ucapkan.

Zeka hanya tersenyum, lalu mengacak-acak rambut Cashya. "Memangnya Cashya tau apa arti suami?"

Sebelah tangan Cashya di letakkan di pipi, membuat Zeka semakin gemas. "Kata Aai cama
Aa, cuami itu olang yang celalu melindungi kita campe tua."

Zeka hanya semakin gemas pada Cashya dan semakin mengacak-acak rambutnya sembari tertawa.

Flashback off.

***

Begitu keluar kamar, Cashya langsung menuju dapur. Terlihat Bibi baru pulang dari pasar dengan membawa sayuran yang masih segar.

"Ahh, Bibi baru dari pasar ya?" Cashya bertanya pelan.

"Iya, Non. Ada apa?" Bibi menatap Cashya heran.

Cashya menelan ludah sembari menatap sang Bibi. "Hari ini saya aja ya Bi, yang masak."

Memang bukan hal baru lagi Cashya memasak di rumah ini, namun itu pun jarang sekali. Cashya memang bisa memasak apapun karena sedari kecil ia memang suka memasak bersama Serafina di dapur, membuatnya sering bereksperimen kecil pada jenis-jenis makanan dan mengkombinasikannya untuk di hidangkan.

Tangannya itulah yang entah kenapa begitu ajaib, setiap kali ia membuat makanan pasti rasanya enak. Bibi pun tak menyangka jika nona mudanya begitu berbakat akan keahlian dalam memasak.

"Oh baik, Non." Hanya itu respon Bibi.

Setelah diizinkan, Cashya sudah berkutat di dapur. Sementara Bibi telah mengerjakan pekerjaan rumah lainnya, yaitu membersihkan debu di karpet untuk acara pengajian nanti malam.

Setelah sekian lama, Zeka yang telah selesai merapikan pakaiannya di lemari Cashya turun. Mendapati Bibi dan Pak Joko, tukang kebun di rumah ini bahu membahu membersihkan karpet untuk nanti malam. Zeka sendiri melihat ke sekeliling, berharap menemukan istrinya.

Saat baru saja akan bertanya, Cashya terlebih dahulu telah keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi lauk-lauk untuk makan siang.

Cashya melihat ke arah suaminya, ia dengan perlahan mendekat. "Mas Zeka udah laperkan? Kita makan yuk?"

Tak ingin membantah, Zeka mengangguk. Cashya juga dengan telaten melayaninya sebagai seorang istri. Awalnya mereka makan dalam diam, sampai akhirnya Cashya berucap. "Aku minta maaf ya, Mas. Tadi kalimatku terlalu kasar, bahkan terkesan sok tahu semuanya. Nggak seharusnya aku bicara seperti itu. Maaf ya Mas."

Zeka sambil mengunyah makanan yang menurutnya begitu enak ini tersenyum, pertama kali dalam tujuh belas tahun ia tersenyum tulus untuk seseorang. "Aku juga minta maaf, nggak seharusnya aku mudah tersulut amarah. Ngomong-ngomong ini kamu yang masak?"

Cashya bergeming sebentar, lalu perlahan ia mengangguk. "Kenapa, nggak enak ya Mas? Kalau nggak enak besok Bibi aja deh yang masak."

"Akukan cuma nanya ini masakan kamu atau bukan, aku nggak bilang masakkanmu nggak enak." Senyum Zeka semakin mengembang.

Zeka kembali melanjutkan kalimatnya. "Enak, enak sekali. Sudah lama aku nggak makan masakkan rumahan seperti ini. Masakkan Indonesia yang selalu aku rindukan ketika di Barcelona, apalagi masakkan ini di masak sendiri oleh istriku."

Wajah Cashya memerah mendengar pujian dari sang Suami. Mendengar pujian itu membuatnya ingin terus memasak untuk Zeka setiap harinya, ia ingin menjadi serakah dengan mendengar pujian itu setiap hari pula keluar dari suara Zeka.

Zeka lalu mengacak-acak pelan rambut Cashya, sesuatu yang sering ia lakukan pada Cashya tujuh belas tahun yang lalu. "Selalu seperti itu, dari dulu nggak pernah berubah."

Cashya mengerutkan kening, bingung dengan apa yang Zeka ucapkan. "Maksudnya?"

"Kamu, setelah tujuh belas tahun berlalu sifat kamu masih sama. Jika kamu merasa bersalah pada seseorang, maka kamu akan mendiamkannya dulu. Lalu beberapa saat kemudian kamu akan meminta maaf dengan imbalan di kedua tangan kamu, seperti saat ini. Kamu memasak untukku karena merasa bersalah." Penjelasan Zeka begitu rinci.

Kedua pipi Cashya semakin memerah, baru kali ini ada seseorang yang begitu mengenalnya selain kedua orangtuanya. Cashya menangkup kedua pipinya sendiri, menatap Zeka dengan tersenyum. "Oh ya? Terus-terus apa lagi?"

Zeka menoleh ke arah Cashya, senyumnya mengembang lagi. Ia menyadari setelah menikah dengan Cashya, Zeka jauh lebih banyak tersenyum. Secara reflek tangannya mencubit hidung Cashya gemas. "Makan dulu ya, aku nggak rela menyisakan sedikitpun masakan ini."

Tawa Cashya menguar, diiringi senyum Zeka yang masih mengembang. Sementara Bibi dan Pak Joko yang melihat kemesraan keduanya sama-sama tersenyum. "Baru pertama kali ini saya melihat Pak Zeka tersenyum selebar ini, sudah saatnya Pak Zeka untuk bahagia."

Bibi mengangguk, menanggapi ucapan Pak Joko. "Kamu benar, Jok. Selama ini Pak Zeka lebih banyak terluka. Saya juga berharap Pak Zeka selalu bahagia bersama Non Cashya."

Saat Zeka menyantap suapan terakhir masakan Cashya, dirinya menoleh ke arah Bibi dan Pak Joko. "Nah, Bi Sri dan Pak Joko juga dari dulu tidak pernah berubah. Selalu suka sekali membersihkan rumah sembari bergosip."

Buru-buru Bibi dan Pak Joko melanjutkan pekerjaan dengan diam, sedangkan Cashya sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Sebab Bibi dan Pak Joko memang seperti itu, mereka adalah partner yang cocok untuk bergosip bersama. Mulai dari menggosip tetangga, menggosip sesama asisten rumah tangga di rumah lainnya maupun menggosip tentang kehidupan majikan mereka sendiri.

"Maaf Pak, tapikan saya dan Joko tidak menggosip yang jelek-jelek tentang Bapak maupun Non Cashya." Bibi membela diri.

Zeka terdiam sebentar karena ia meminum air mineral yang Cashya sodorkan untuknya, setelahnya Zeka kembali berbicara. "Kata siapa? Dulu Cashya sempat hilang dan ternyata di culik karena Bibi lagi bergunjing dan bertengkar sama siapa?"

Bibi menunduk dalam, ia masih mengingat kejadian itu. "Maaf Pak, kan itu sudah delapan belas tahun yang lalu."

Cashya sendiri baru tahu jika dahulu ia pernah hilang dan diculik. "Lho memang iya dulu aku pernah diculik? Kok Aai sama Baba nggak pernah cerita apapun?"

Cashya harus kembali menelan kecewa saat Bibi, Pak Joko maupun Zeka tidak menjelaskan apapun padanya, Zeka bahkan hanya mengacak-acak halus rambut Cashya dan setelahnya mengajak Cashya untuk ikut membantu Bibi dan Pak Joko bebenah rumah.

***

Kali ini cerita aku realistis bangett yaa wkwkwk, semoga menikmati

Jangan lupa taburan dan kalimatnya bintangnya 🌟

Continue Reading

You'll Also Like

216K 13.6K 37
Gelar playboy santun yang disandangnya mendadak ternodai Bocah berparas malaikat namun berperilaku iblis itu sungguh membuat hatinya ketar ketir Co...
31.5K 5.4K 37
Ketika dunia hanya berpusat pada sang Rockstar, mengabaikan berlian jalanan yang terus berjuang sendirian. Kim Namjoon dan Jung Hoseok
357K 9K 29
Apa jadinya jika seorang Herry Febriady yang pergi dari rumah untuk memutuskan pertunangannya justru mengalami kecelakaan yang membuatnya kehilangan...
112K 10.8K 44
[Ali Prilly Series] Higest rank : #1 nessa : 2 Agustus 2020 Judul awal "Istri Kedua" Setiap orang memiliki impian mereka masing-masing. Pernikahan ad...