Satya and His Daughter

By itsputia

707K 89.5K 6.3K

Satya, single parent yang bercerai 9 tahun yang lalu ketika anaknya baru berusia 9 tahun. Ini cerita tentang... More

Prologue
Morning Routine
Perkara Dasi
Ketika Alika PMS
Kecewa
Cancelled
Strong Dad
Facial Wash
Who's Brian?
Gossip Time
SATYA POV
Ketika Alika berulah
Ketika Alika Jatuh Cinta
Ketika Alika Jatuh Cinta (2)
Jaerend-Calvin
Broken
Scars
Scars (2)
Kelinci
Random Chat With Alika
Mainan Baru Alika
SNMPTN
🤡🤡🤡
Ta'aruf (1)
Ta'aruf (2)
Akhirnya Dari Ta'aruf
Maaf Untuk Alika
Lebaran
She Said Sorry
Ayah Terbaik Sedunia
H-1
SBMPTN
The Result
Selametan?
Hearing Session With Calvin (I)
Hearing Session With Calvin (II)
Mama Suka Riel
Fokus Alika
Goodbye Pili
Sepi (Satya Ver.)
Sepi (Alika Ver.)

Daddy's Dream

17.7K 2.7K 214
By itsputia



Kakiku beneran pegel banget seharian keliling sama Lian, Calvin, Chlara (anak kedua tante Refa), Luna (anaknya tante Lanika), dan yang paling muda ada Lyn (anaknya Tante Isla). Calvin jadi cowok satu-satunya karena di kompleks ini spesies cowok muda sangat langka. Di gang di mana aku tinggal anak cowok hanya ada tiga. Yang satu di Paris. Yang dua kelakuannya nggak jelas.

Ya... Meskipun Calvin nggak jelas tapi dia cukup membantu.

Kalau ada Calvin kan enak, dia udah punya SIM jadi aman. Meskipun Calvin harus dipaksa-paksa dulu supaya nurut.

Jalan-jalan hari ini cukup seru karena kita pergi ramean. Bagian paling seru adalah minta Calvin buat bayarin semua pengeluaran.

Dari pagi sampai sore kita sibuk main sampai-sampai nggak kerasa udah sore. Kalau aja Luna nggak ada les bahasa Mandarin, kita bisa jalan sambil foya-foya pakai uang Calvin sampai malam. Tapi ya udah lah, sampai sore juga udah oke.

Sore ini rumahku kembali sepi, tadi Calvin di sini sebentar tapi terus balik katanya mau bantuin Mama-nya bikin kue. Halah, palingan dia tidur! Jangan percaya kalau dia bantuin mama nya.

Lian tadi pergi sama Om Brian, tadi aku diajak tapi ku tolak. Biarin Lian sama Papa nya me time dulu di Jakarta, lagian ntar kalau ada aku pasti berisik.

Aku suka banget kalau diajakin main atau ada temen yang main ke rumah. Kalau ada temen kan nggak ngerasa sepi. Tapi sayangnya waktuku sama temen-temen itu terbatas karena mereka pada punya kesibukan lain. Meskipun ada Chlara, Luna, dan Lyn, yang sama-sama cewek, sayangnya mereka pada sibuk sama agenda les mereka. Jarang banget kita bisa hang out kayak tadi. Dulu sih ada Kak Cia alias Kakaknya Lyn yang paling sering ngajakin hang out duluan, tapi sayang sekarang Kak Cia lagi kuliah di Memphis.

Kalau pun ketemu paling cuma di depan rumah waktu mereka lewat.

Jujur memang aku paling deket sama Calvin, soalnya selain satu sekolah, kita juga satu tempat les.

"Assalamualaikum." Suara Ayah terdengar dari pintu rumah. Sosoknya kemudian muncul dari balik pintu sambil tersenyum.

Aku langsung nyamperin Ayah terus salim.

"Om Brian sama Lian lagi pergi, Yah," kataku memberitahu Ayah.

Ayah mengangguk.

"Tadi jadi jalan-jalan?" tanya Ayah sambil duduk di sofa ruang tamu.

"Jadi. Andai aja Luna nggak ada jadwal les, mungkin kita masih di luar sekarang." Aku memasang wajah murung. "Udah lama tahu, Yah, aku nggak main sama Luna, Chlara, sama Lyn. Rumahnya deket tapi waktunya nggak pernah pas. Apa aku doang ya, Yah, yang paling excited kalau main sama mereka?" tanpa sadar aku mulai bicara panjang lebar.

Aku membuang napas kasar, "Mereka sih enak, kalau pun nggak ke luar rumah, di rumah mereka tetep ada temennya."

Dan tanpa sadar juga aku menyinggung tentang kondisi rumah.

"Eh..." Aku segera mengoreksi. "Nggak gitu maksud aku, Yah... Aku suka kok di rumah..."

Aku merasa bersalah tiba-tiba.

Ada beberapa hal yang selalu aku jaga kalau bicara dengan Ayah. Salah satunya membahas sepinya rumah kami karena hanya ada aku dan Ayah. Aku nggak ingin Ayah ngerasa bersalah karena kondisi kami yang seperti ini sejujurnya.

Ayah hanya tersenyum, senyumnya sudah jelas hanya untuk membuatku merasa 'nggak apa-apa salah bicara'.

"Kamu belum mandi ya?" tebak ayah seakan mengalihkan topik.

"Hehe tau aja." Aku segera terkekeh.

"Mandi sana. Udah mau maghrib ini."

"Ntar ah Yah, abis maghrib sekalian."

"Ck! Sekarang. Lagi ada tamu dirumah. Gak boleh males."

"Hish, iya-iya ini mandi."

"Mandi tuh gak usah disuruh Ayah dulu nak. Anak perawan gak boleh jorok."

Kalau gak diiyain bisa panjang ntar.

***

Habis mandi aku lihat Ayah udah berangkat ke masjid pakai baju koko warna putih, bawahnya sarung warna krem gak lupa sajadah yang disampirkan kebahu kanannya.

Masyaallah, pantes ya Mama naksir Ayah. Ayah Satya udah tua juga gantengnya gak ilang.

Duh, tapi kok ya ganteng-ganteng ditinggal istrinya. Eh?

Hehe, awas gausah cepu sama Ayah ya kalian.

Jam setengah tujuh ayah baru balik.

"Dek, mau makan apa? Ayah males masak beli aja ya?"

"Iya Yah, aku pengen banget sate kambing Yah." Kataku.

"Ayah orderin lewat gofud aja ya? Nanti kalau dirumah gada orang, kasian Om Brian."

"Oke! Biar aku aja Yah. Hp Ayah dikamar kan?"

Kemudian aku masuk kekamar Ayah buat makai hp dia pesen sate. Pas keluar Ayah udah ngilang lagi.

"Yah! Ayah!"

"Disini." Katanya dari samping rumah.

"Udah Yah."

"Ini udah merah-merah dek."

Jadi disamping rumah itu ada rak bikinan ayah. Disana diisi tanaman yang ditaruh di polybag sama ayah. Ada selada, cabai, yang unik ada strawberry.

Awalnya aku yang ngeyel pengen punya tanaman strawberry. Tapi aku gak bisa ngurusnya, soalnya mati terus. Pas Ayah yang nanem, Strawberry nya bisa tumbuh dong. Bahkan udah berbuah.

Beneran deh ditangan Ayah, apa-apa itu bisa!

"Yay! My strawberries are ready to eat!!”

"Padahal strawberry Ayah." Ayah tertawa.

"Kan aku yang pengen Yah."

"Yang ngurusin tiap hari kan Ayah. Kamu ngapain?"

"Hehe, pokoknya strawberry aku!" Aku berjalan mendekat dan ngebantu Ayah.

"Dek sini ntar Ayah buat kolam boleh?"

"Depan kan udah ada kolam ikan Ayah. Ayah mau ternak ikan?"

Menggaruk kepalanya.

Kayak gini nih kalau punya Ayah yang gak bisa diem.

Tau gak sih, kebun belakang rumah aku tuh udah kayak mini garden punya Ayah. Dia suka banget nanem taneman berakar serabut.  Sekarang lagi ditumbuhin sama tomat, jagung, terong, dan timun. Padahal ya, lahannya itu gak luas.

"Ayah mau melihara lele."

Astaghfirullah, itu ide dari mana lagi Ayah?

Aku menatap Ayah penuh tanda tanya. Kenapa lele banget sih?

"Lele itu meliharanya gampang, jadi Ayah mau nyoba."

"Terserah Ayah deh. Tapi kenapa ayah tiba-tiba ngide bikin kolam lele coba?"

"Belajar ternak aja, sekalian mikir nanti kalau Ayah pensiun mau usaha apa."

"Emang rencana Ayah apa?"

"Rencana Ayah ya?" Ayah terlihat berpikir.

"Nanti kalau pensiun mau punya kebun yang luas, terus ditanemin sayur-sayuran. Disana nanti ada kolam yang luas buat ternak ikan."

Ayah mulai bercerita. Ternyata gak muluk-muluk keinginan dia. Kalau bisa aku tebak, kayaknya setelah pensiun nanti Ayah tuh gak mau punya kehidupan yang repot dan ribet.

Dia mau hidup sederhana aja dengan tenang. Ah, Ayah aku jadi terharu.

"Kenapa Ayah pengennya gak aneh-aneh sih?" Tanyaku.

Ayah tersenyum lembut sambil mengusap rambutku, "Udah tua mau ngapain lagi, gak penting lagi pengen yang aneh-aneh dek. Liat kamu sukses nanti udah bikin Ayah seneng."

Huhuhu, sayang Ayah.

"Dulu Ayah mimpinya kayak gitu juga?"

Ayah tertawa, "Ya enggak lah sayang. Dulu mah Ayah ambis, pengen ini itu, semangatnya masih berapi-api, semua yang Ayah pengen Ayah kejar."

"Terus?" Tanyaku.

"Terus? Terus Ayah kembali, percuma kalau kita bisa ngejar semua nya tapi ninggalin orang yang kita sayang." Ayah mencubit hidungku.

"Ayah balik kesiapa?" Tanyaku penasaran.

"Balik ke kamu lah, kesiapa lagi?"

Entah kenapa saat itu juga aku mau nangis. Apa jangan-jangan Ayah ninggalin mimpi dia buat ada dideket aku seperti saat ini?

Padahal di tempat yang lain, seseorang yang seharusnya juga bertanggung jawab atas aku sibuk dengan karirnya. Sibuk dengan dunianya.

Mungkin usaha Mama yang terberat untuk aku selama ini hanya saat melahirkan aku. Sisanya?

Aku pikir-pikir hanya Ayah yang selalu berusaha keras buat aku. Dia selalu menempatkan kebahagian anaknya menjadi nomor satu.

"Eh? Kok nangis?" Ayah mengusap pipiku, aku menggeleng kemudian memeluk Ayah.

"Hahaha? Terlalu serius ya Ayah? Maaf deh maaf?" Katanya sambil memelukku.

"I love you dad!"

"Why so sudden?" Tanyanya.

"Hey listen sweetie, you're my best dream I ever dreamed. Ayah seneng banget punya kamu."

Continue Reading

You'll Also Like

Bed Mate By Ainiileni

General Fiction

530K 18.1K 45
Andai yang mabuk-mabukan di barnya bukan Aruna, Mario tidak akan peduli. Namun karena yang berada di depannya adalah mantan tunangan dari sahabatnya...
80.1K 13.7K 44
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan...
STRANGER By yanjah

General Fiction

645K 72.5K 51
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
58K 3.5K 27
Sapta Priga Ayodya (37th) pikir ia akan bisa melupakan Agrima Dewantara (25th), setelah mengakhiri hubungan mereka karena perbedaan umur yang jauh. N...