utopia (segera terbit)

By tinvthinks

5.7M 966K 181K

"Tunggu, jadi gue satu-satunya cewek di kelas ini?" Singkatnya, Dara si anak emas sekolah akan menduduki kela... More

START
01 || Perkenalan
03 || Ketua Kelas
04 || Tanggung Jawab
05 || Kasus Alfa
06 || Alasan Dara
07 || Kasus Alfa (2)
08 || Kebiasaan
09 || Pembenci Topeng
10 || Tiny Cafe
11 || Kelas Unggulan
12 || Fake Friend
13 || Pak Rizky (Fucek)
14 || Hukuman (1)
15 || Hukuman (2)
16 || Hukuman (3)
17 || Kekesalan Kio
18 || Mabar, Kuy!
19 || Pasangan Kelima?
20 || Foto Polaroid
21 || Ikutan Bolos
22 || Good Day
23 || Haje Demen Sempak Kakak?
24 || Pengurus Kelas
25 || Asep dan Alerginya
26 || Tawuran
27 || Penyelesaian Masalah
28 || Percobaan Mengontrol Diri
29 || Petasan Bom Farzan
30 || Ketahuan, deh
31 || Diskriminasi Nilai
32 || Alfa, Cowok dengan Luka
33 || Perihal Plester
34 || Confess
35 || Si Tengil
36 || Kata Kio
37 || Kemeja Dio
38 || Jadi ini Mahardika
39 || Asep Anak Polos Rupanya
40 || Misi Dara
41 || FesGa
42 || Perkelahian yang Terulang Kembali
43 || Lagi-lagi IPA 2
44 || Di Luar Ekspektasi
45 || Kenyataan yang Menyakitkan
46 || Cerita di TPU
47 || Akhirnya Jalan Keluar
48 || Lega dan Bebas
49 || Ada Apa Sebenarnya?
50 || Konsep IPS 5
51 || Penampilan IPS 5
52 || Sebenarnya, Ini Ersya
53 || Siapa itu Kevin?
54 || Family Problem
55 || Tolong, ya?
56 || "Secepatnya."
57 || Kejutan Tak Terduga
58 || Keputusan Akhir Pak Tegar
59 || Obrolan dengan Kevin
60 || Akhirnya
61 || Terungkap Sudah

02 || Bu Puspa

165K 21.5K 3.1K
By tinvthinks

Dara meneguk ludahnya kaku lalu menaruh sendok ke mangkuk yang berisi bakso. Ia menatap para cowok yang ada di hadapannya. "Kenapa liatin gue mulu?"

Saat ini kelas mereka tengah dilanda jam kosong. Dan dengan beraninya, para cowok itu memesan makanan ke kantin dan membawanya ke kelas. Kemudian, dengan rayuan busuk Ardi, akhirnya Dara pun terpaksa ikut dengan mereka.

"Gue takjub aja," jawab Ardi sambil menaikkan kaki kanannya. Tangannya kemudian beralih memainkan sendok ke nasi goreng yang hendak ia makan. "Ini sejarah."

Ersya mengangguk setuju. Ia mengunyah roti cokelatnya seraya berkata, "Sejarah banget."

Farzan menggeplak kepala cowok berwajah imut itu, membuat si empunya kepala meliriknya kesal. "Jangan ngomong sambil makan." Cowok itu kemudian menoleh ke arah Dara. "Ini sebenarnya perlu dicatat dalam sejarah."

Dara terkekeh. "Emangnya sampai segitunya?"

"Ya iyalah, udah dua tahun kita sekelas, gak ada tuh cewek yang namanya ada di daftar absen. Baru lo doang, Ra," balas Andra tersenyum. Ia menunjuk Asep dengan dagunya sambil berkata, "Asep alergi cewek pula."

"HOMO?"

Suasana hening seketika. Semuanya langsung menatap Dara dengan tatapan yang aneh. Seakan-akan apa yang diucapkan Dara adalah hal yang sangat tidak masuk akal. Walaupun itu benar, sih.

Dara yang baru tersadar akan ucapannya langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Wajah terkejutnya memerah malu. Matanya melirik ke arah Asep yang masih santai memakan cimol.

Beberapa menit kemudian, tawa menggelegar pecah. Dara mengedarkan pandangannya ke arah Andra, Ardi, Ersya, serta Farzan yang duduk di hadapannya. Mereka tertawa sambil menunjuk Dara dan Asep secara bergantian. Dara menoleh ke arah kanan, Asep masih tak acuh terhadap tingkah teman-temannya.

"Ya, kali," ujar Ardi saat tawanya mereda. "Bukan homo! Duh, anjir, perut gue sakit gara-gara ngakak."

Dara menggigit bibir bawahnya. Ia menutupi wajahnya dengan sendok. "Ya, maaf. Kan gak tau." Cewek itu menoleh ke arah Asep, lalu mencicit, "Sorry, Sep."

"Hm."

Farzan terkekeh melihat Asep. "Asep gak homo, dia emang alergi sama cewek. Tapi cewek-cewek yang genit, alay, lebay, dan duplikatnya tante-tante kurang belaian."

Dara mengangguk paham sambil bersuara 'o' yang agak panjang. "Ada, ya, alergi kayak gitu?"

"Ada. Ntar badannya Asep jadi gatel-gatel."

Andra tersenyum ke arah Dara. "Tapi sama lo enggak. Itu berarti, lo cewek yang aman."

Dara menyengir lebar. Ia memainkan bola-bola bakso dengan sendok di tangannya. "Tapi, suasana jamkos di sini biasanya emang kayak gini, ya?

Ersya mengedarkan pandangan ke sekeliling. Suasana kelas terbilang sepi karena para pembuat keributan berkumpul di sini. "Gak juga. Kelas bakal bener-bener kayak pasar kalo lagi jamkos."

Farzan mengangguk setuju. "Mungkin karena ada lo. Pembuat keributan kelas ada di sini semua, lagi ngobrol sama lo. Makanya kelas jadi sepi."

Dara tersenyum tak enak. Rasa bersalah menyelimutinya. "Ada gue jadinya gak seru, ya?"

Ersya segera mengibaskan kedua tangannya. "Enggak, kok." Kedua ujung bibirnya tertarik ke atas. "Malah kalo ada lo, kita justru seneng."

Dara ikut senang mendengarnya, walaupun rasa bersalahnya masih membekas. "Terus, yang lain mana?"

"Dio rapat sama anak basket. Soalnya mau tanding sama SMA sebelah. Nah trus si Alfa latihan Futsal. Mau tanding juga katanya," jelas Ardi.

Dara mengangguk paham. "Mereka ketuanya, kan?"

"Ho'oh."

Dara tersenyum kecut. Ia merasa agak tidak pantas berada di sini. "Gue ... gak punya bakat apa-apa."

Andra yang menyadari perubahan raut wajah Dara langsung saja menepuk bahu cewek itu pelan. "Lo pinter, lo anak emas sekolah ini. Gila anjir, lo berharga."

"Halah, ngerdus aja trus."

"Jangan percaya, Ra. Andra hobi gombal."

"Percaya sama Andra sama dengan percaya sama setan."

"Saya mencium-cium suatu aroma."

Ersya mengendus-endus mendengar perkataan Ardi. Saat menangkap bau busuk nan tidak senonoh, ia langsung menutup hidungnya dengan menggunakan kedua tangan. Wajahnya terlihat jijik. "Bau apaan ini, woy?"

"Sorry, guys. Gue kentut tadi, hehe."

"TARZAN ASW."

***

Akhirnya Dara bisa keluar dari suasana berisik itu. Setelah tadi Farzan mengeluarkan bau yang tidak enak sama sekali, sekelas langsung heboh. Mereka asyik memukuli Farzan lalu kembali bermain. Entah apa yang tengah dilakukan oleh para cowok itu, Dara tidak tahu. Ia akhirnya bisa lolos keluar kelas dengan alasan ke toilet.

Dara berjalan di pinggir lapangan sambil melamun. Ya, melamunkan bagaimana nasibnya ke depan di kelasnya itu. Ia hanya merasa asing. Seumur-umur inilah pertama kali dirinya mendapat kelas yang 'terbelakang'. Belum lagi masalah bahwa ia adalah satu-satunya perempuan di sana. Itu canggung, dan jujur Dara tidak menyukainya.

Bugh!

"Aww!"

Saking larut dalam lamunannya, ia bahkan tidak menyadari bahwa kakinya melangkah di pinggir lapangan basket hingga akhirnya kepalanya terkena bola basket, membuatnya sadar dan kembali ke dunia nyata.

Dara memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing. Bola itu cukup keras terkena belakang kepalanya. Bahkan tubuhnya sampai oleng dan untungnya tidak sampai terjatuh.

"Makanya kalo jalan itu jangan bengong."

Suara menyebalkan itu membuat Dara menoleh ke arah kanan. Ia mendapati Dio yang tengah mengambil bola basketnya, lalu kembali bermain tanpa mempedulikan keadaan Dara.

Dara hanya bisa mendelik pada cowok menyebalkan itu. Tak mau lagi kena sial, Dara memutuskan untuk berlari. Ia tak mau lagi kepalanya atau bagian tubuh lain menyentuh bola orange itu dengan keras.

"Dara!"

Dara langsung menoleh ke arah kelasnya. Di sana terdapat Andra dengan wajah paniknya. Dara mengernyit bingung saat Andra menunjuk ke arah kiri. Dan saat ia mengikuti arah yang ditunjuk, matanya langsung membulat kaget saat melihat Bu Puspa sedang berjalan menuju kelas. Langsung saja kakinya berlari cepat kembali ke kelas. Namun sebelumnya, ia menoleh ke arah Dio yang masih bermain basket.

"Dio! Bu Puspa udah OTW!"

Saat itu juga Dio melempar bolanya lalu ikut berlari menuju kelas. Semuanya sudah duduk di kursi masing-masing saat Dara dan Dio sampai di kelas.

"Apa kelen?!" Wajah sangar itu mendelik pada Ardi yang masih saja cengengesan. "Ardi, kenapa kau ketawak?!" tanyanya dengan logat Batak.

"Kagak, Bu," balas Ardi namun tawanya masih belum mereda.

"Gak ada palak otak kau! Taunya aku kau ketawain aku, kan? Kenapa?! Ada yang lucu dari aku?! Kutelan jugak lah kau hidup-hidup," balas Bu Puspa lantang dan makin galak. Hal itu membuat Ardi menutup mulutnya.

"Anjir, dia malah ngegas," celetuk Andra tanpa sadar.

"APA KAU NGEGAS-NGEGAS? MAU KUSLEDING KEPALAMU?"

Andra langsung tersentak saat Bu Puspa berteriak kelewat lantang kepalanya. Beliau menatap Andra tajam sambil berkacak pinggang. "Enggak, Bu, Ya Allah. Marah-marah mulu, heran."

"Makanya kelen jangan buat aku naik darah. Pake otak dulu, ya. NGOTAK! KALO AKU SAKIT SIAPA YANG NGAJARIN KELEAN PELAJARAN BIOLOGI? NANTIK GATAU APA-APA KAYAK MANUSIA BEGO YANG GAK BERGUNA PULAK KELEN."

Astaga, guru satu ini memang suka sekali ngegas.

"Santai, Bu, ya ampun," sahut Ersya tak habis pikir dengan gurunya yang satu ini. Memang beliau adalah guru yang kalau ngomong gak pernah santai. Selalu ngegas kapanpun itu.

"YA, UDAH. BUKAK BUKU KELEN."

Dara hanya bisa menghela napas. Lagi-lagi ia tersentak kaget mendengar suara guru yang terkenal killer itu. Memang sepertinya dari lahir tidak pernah berbicara pelan dan lembut. Ia mengambil buku cetak Biologi dan beberapa buku tulis untuk mencatat. Kepalanya bergerak menatap sekelas yang tidak mengeluarkan buku. Ah, kecuali Ersya, Dio, Revan dan Asep.

Bu Puspa yang melihat itu lantas naik darah. Sebenarnya beliau sudah capek batin menghadapi anak murid IPS 5 ini. Tetapi mau bagaimana lagi? Dirinya guru dan ini adalah tanggung jawabnya.

"Allahuakbar, FARZAN, ARDI, ANDRA, ALFA, KELUAR KELEN SEMUA, SETAN."

"SIYAP, MAK'E."

Continue Reading

You'll Also Like

7M 295K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
1.1M 45.4K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
320K 19.1K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
290K 27K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...