KHALISA

By riyuni_

285 37 2

Bagaimana jadinya jika seorang Khalisa bertemu dengan sosok Pria yang memiliki banyak masalah dalam hidupnya? More

Chap. 1
Chap. 2
Chap. 3
Chap. 4
Chap. 5
Chap. 6
Chap. 7
Chap. 8
Chap. 9
Chap. 10
Chap. 12
Chap. 13
Chap. 14
Chap. 15
Chap. 16

Chap. 11

14 1 2
By riyuni_


Tiba tiba aku merasa tanganku ditarik paksa. Saat ku lihat ternyata Raffi.

"Lepas fii. Sakit" ucapku yang merasa sakit di bagian pergelangan tangan.

"maaf Sa. Aku ngg bermaksud. Aku cuma mau bilang kamu keren" ucapnya melepas tanganku dan sedikit memuji ku

"Udahkan?" tanya nya acuh dengan mengangkat sebelah alisnya. "Yaudah makasih pujiannya" lanjutku dan langsung beranjak ke ruang PASKIB

Sesampainya di ruang PASKIB aku langsung berganti pakaian dan mencuci muka agar lebih kelihatan segar.

Dilanjut dengan makan makan dan ngobrol kesana kemari. Sedikit curhat dan menanggapi curhat. Kami memang diberi tenggang waktu untuk masuk ke kelas setelah pengibaran.

Maka dari itu kita tidak menyia nyiakan kesempatan yang diberikan. Sampai bel istirahat dibunyikan. Kami semua kembali ke kelas dan siap untuk belajar.

Aku keluar tanpa atribut pengibaran secuilpun. Sama seperti murid lain menggunakan rok putih, baju putih, dan kerudung putih serta dasi dan ikat pinggang.

Aku merasa aku tak punya hak untuk terlalu menyombongkan diri dengan memakai atribut pengibaran saat tak bertugas.

Ku menelusuri lorong yang ramai oleh murid murid yang sedang makan atau sekedar mengobrol. Tapi langkah kaki ku terhenti oleh sebuah suara yang memanggilku.

'Khalisa' membuatku menengok dan mencari sumber suara tersebut. Ternyata Nisa, dia menghampiriku dengan sedikit berlari.

"haii nis, gimana kemaren?" tanyaku saat langkah Nisa sejajar denganku. Nisa yang ditanya seperti itu merasa tenaganya kembali full.

"Yampun saa, Danu romantis banget. Masa yaa dia jemput gue pake mobilnya segala bukain pintu lagi" ucapnya menggebu gebu dengan bibir yang selalu tersenyum mengingat kejadian semalam.

"Terus ya sa. Lu tau dia udah nyiapin bunga sama boneka di bangku yang bakal gua dudukin. Yampun dia so sweet banget saaa" lanjutnya dengan pipi meronanya aku yang mendengar itu hanya tertawa, sudah lama Nisa tak salah tingkah seperti itu.

"terus terus?" tanyaku juga dengan sedikit kepo.

"Doi bawa gue ke resto, Sa. Resto keluarga besarnya. Trus ya Sa kata pelayan disitu,  gue cewe satu satunya yang dibawa sama dia kesitu. Melting banget gaa sii gue" lanjutnya cerita dengan nyamannya aku pun hanya diam dengan senyuman yang tak pernah padam karena ikut senang mendengar kabar itu.

Sampai akhirnya suara handphone Nisa berbunyi. Menunjukan nomer seseorang yang sedang menghubunginya Mine❤. Lalu aku teringat dengan postingan Raffi kemarin. Aku hanya diam dan mencoba melupakan apa yang sedangku fikirkan. Lain hal dengan Nisa yang sudah memencet tombol hijau dan berbicara dengan seseorang di sana.

"Haloo"

........

"Aku udah makan ko, kamu?"

.........

"Makan dulu sana, nanti kelaperan lagi pas pelajaran. Aku gamau kamu cabut pelajaran lagi loh"

..........

"Jangan iya iya aja"

........

"Yaudah, sana keburu masuk",

.........

"Bye sayang❤"

"Ciiee udah mulai sayang nih" tanyaku sedikit meledeknya, dan Nisa hanya menunduk malu menyembunyikan pipinya.

"Nanti gua pulang sama dia, sa. Lu gapapa kan?" ucap Nisa dengan sedikit ragu ragu. "Yaelah, santai aja kali nis. Nikmatin dah masa PDKTannya. Paling gue ada kumpul sama PASKIB bentar" jawabku dengan entengnya

Bel tanda istirahat selesaipun berbunyi.

Pelajaran lainnya pun dimulai, Aku duduk sendiri saat ini. Entahlah Putra dimana lagi, bingung aku memikirkan dia yang kadang masuk kadang tidak.

***

"Sa. Gue duluan yaa" ucap Nisa dan kulihat seseorang sudah menunggunya di depan pintu kelas. Akupun hanya mengangguk menandakan setuju.

"Hati hati, jagain temen gue. Jangan sampe lecet ya" sapaku pada lelaki itu dengan sedikit menyenggol lengan Nisa. Sedangkan Nisa hanya diam dan malu

"Santai aja, sa. Gue bakal jaga dia walaupun mempertaruhkan diri gue" jawabnya sembari memandangi Nisa dan menggenggam tangannya. Aku sebagai teman dekatnya Nisa, sangat senang jika Danu bisa membuat Nisa bahagia.

Akupun memperhatikan mereka yang sedang saling menatap.

"Hmm kayanya gue bakal jadi nyamuk. Gue pergi aja deh," ucapku yang membuyarkan fokus keduanya. Dan mereka hanya tertawa melihatku.

"Malah ketawa lu pada. Udah ah gue mau ke ruang PASKIB, duluan ye" ucapku dilanjut dengan langkah keluar kelas menuju segerombol orang yang ada disana.

Saat sampai disana, pertemuanpun dimulai. Sedikit evaluasi dan masukkan yang disampaikan oleh pelatih. Lalu dilanjut dengan traktiran pelatih yang biasa dilakukan upaya hadiah karena pengibaran berjalan dengan sukses.

Hari ini menunya Bakso, kami pun memanggil pedagang bakso yang ada di kantin dan memesan apa yang kita mau.

Diiringi dengan lelucon lucu yang dibuatnya dan juga tawa yang menggelegar. Kita pun larut dalam suasan dan tanpa sadar tak ada satupun dari kita yang memegang handphone pada saat itu.

Sebuah suara kamera yang mengarah ke kamipun membuat kamu mencari sumber suara tersebut. Ternyata itu suara kamera penjaga perpustakaan yang sedang mengabadikan moment tanpa handphone tersebut.

***

"Ka, bantuin ngerjain pr dong. Kata Ibu, Kaka suruh bantuin Pandu" seseorang dengan buku dan pulpen di tangannya menghampiriku yang baru saja melepas sepatu dan masuk ke rumah.

Rasa malas ku membuat ku memutar bola mata. Dan duduk di sofa depan. Lalu meraih buku yang dia bawa.

'Matematika, malas sekali rasanya. Sedang lelah begini diharuskan menghitung angka angka itu' gumamnya. Ya walaupun tergolong mudah karena perkalian dan pembagian tetap saja menyebalkan

"Nanti aja mau mandi sama sholat Ashar dulu" ucapku lalu beranjak kekamar dan membersihkan diri juga tak lupa untuk sholat.

Setelah semua sudah selesai, aku keluar dan menghampiri Pandu yang masih mencoba mengerjakan tugasnya sendirian. Tapi sebelum bergulat dengan angka aku menyiapkan secangkir Kopi dengan es di dalamnya.

"Sinii... Coba itung 45 x 5 sama dengan?" tanyaku mencontohkan perkalian keoada Pandu. Dan tak lama pun Pandu mengerti dan mulai mengerjakannya sendirian.

Setelah melihat jawaban yang Pandu kerjakan dan ku koreksi. Akupun menyalakan televisi dan mulai menontonnya. Tapi karena sudah sore maka aku bergegas untuk membersihkan rumah.

Tugas yang ku kerjakan kalau sedang pulang cepat. Dengan mudahnya aku menyapu dan mengepel rumah sedangkan Pandu sudah merapihkan alat tulisnya dan duduk di sofa dengan kartun Upin dan Ipin yang dia perhatikan tanpa berkedip.

Suara motor ayah membuatku mencari sumber suara itu. Kulihat ayah menbawa banyak kantung plastik besar. Yang entah apa isinya. Seberhentinya motor ayah, akupun membantunya membawa masuk plastik plastik itu.

Kulihat ada box makanan yang belum di lipat, kertas nasi dan beberapa bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai dan sebagainya.

Setelah selesai semua, adzan maghrib pun berkumandang. Akupun masuk ke kamar dan melaksanakan sholat. Keinginanku untuk mencari tahu untuk apa barang barang tadipun menggiringku untuk kembali keluar dan bertanya pada ayah dan ibu.

Netra ku menangkan Pandu dan Ayah yang sedang menonton pertandingan bola. Akupun menuju kesana namun seperti biasa aku selalu membuat Es Teh atau Es kopi sebagai peganganku selama mengobrol dengan mereka nanti.

"Yah, itu tadi plastik gede gede buat apa?" tanyaku membuat Ayah dan Pandu menengok ke arahku yang sudah duduk dengan Es Kopi yang ku buat.

"Kan mau ada arisan ibu ibu di rumah besok" jawab ayah tanpa mengalihkan pandangannya ke arah tv akupun hanya ber-oh ria. Dan tatapanku juga mengarah ke televisi, mengingat jarang sekali aku menonton televisi dengan keluargaku.

Tak ada perbincangan apapun diantara kita. Semua fokus tertuju pada orang orang yang sedang berlari membawa bolanya di televisi. Sampai waktu istirahatpun terjadi. 2komentator bola itu sedang berbincang bincang mengenai pertandingan tadi.

"Ka, tadi gimana pengibarannya?" tanya Ayah yang membuatku kaget karena hal yang sangat sangat jarang ia tanyakan, aku pun menjawab dengan anggukan dan dilanjut "Alhamdulillah yah, lancar tadi juga kaka ngereknya pas banget" ucapku.

"Ya bagus, kalo gitu. Tapi mulai dikurangi ya ka. Bentar lagi kan kaka mau TO, UN dan sebagianya" titah ayah juga dengan senyum yang jarang kulihat

Aku mengangguk setuju, mengingat tugas menjadi pasukan pengibar bendera hanya tinggal menghitung jari. Akupun yang tadinya bertugas sebagai wakil ketua disana sudah digantikan oleh kelas 8 yang baru saja dilantik tanggal 17 Agustus lalu.

Pertandingan bola pun dimulai lagi, kami semua kembali fokus kepada televisi. Sampai suara pintu tertutup membuatku menengok, siapa lagi kalau bukan Ibu yang baru selesai menyusui Haikal.

Kulihat Ibu mengarah ke dapur, mungkin ia akan memanaskan masakannya. Aku yang melihatnya memutuskan untuk menemuinya berniat untuk membantunya sekaligus dengan menaruh gelas Es Kopi yang sudah habis dalam waktu 15 menit.

"Bu, Ibu baru mau masak?" tanyaku saat Ibu melihatku menaruh gelas dan Ibu hanya tersenyum dengan menganggukan kepala menandakan setuju.

"Kaka udah sholat?" tanya Ibu padaku yang sedang memotong motong cabai untuk memasak Capcay bakso, aku yang mendengar itu hanya diam mengingat ingat apakah aku sudah sholat atau belum

"Pasti belum sholat isya. Sholat dulu sana biar Ibu yang lanjutkan" ucap Ibu yang melihatku kebingungan menjawabnya. Aku yang mendengar ibu hanya mengangguk setuju dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan kembali ke kamar untuk melaksanakan sholat.

Setelah melepas mukena dan menggantungnya di dekat lemari. Handphone ku berbunyi menandakan panggilan masuk. Aku pun meraih benda itu dan tertera nama Nisa di layar itu. Sesegera mungkin aku memencet tanda hijau dan medekatkan benda itu ke telingaku.

"Halo..."

......

"Ada apa nis,    .........

***

Enjoy❤

Continue Reading

You'll Also Like

5.6M 375K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.4M 257K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
650K 46.3K 31
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
2.9M 168K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...