My Mate is a Vampire Princess...

By Stevanyla

296K 21.4K 571

(Fantasy Story) -Belum direvisi- Bukan lagi rahasia umum, jika bangsa vampir dan manusia serigala itu tidak... More

Memulai (Versi Revisi)
Sejarah Singkat
I... Alpha
II... Speechless
III... I'll Be There
IV... Fragile Heart
V... Ramalan
VI... Cincin Hitam
VII... Moonlight
VIII... Reject?
IX... A Hard Day
X... Mengajak Pergi
XI... A Hope
XII... Menerima Takdir
XIII... Bagaimana ini?
XIV... Pergi Ke Mana? (Versi Revisi)
XV... Redwood Pack (Versi Revisi)
XVI... Pretend Didn't Know
XVII... Rindu
XVIII... Kerajaan Appalachia
XIX... Day By Day
XX... Unknow
XXI... Everything Will Be Ok
XXII... Mengingat Kembali
XXIII... Long Night
XXIV... I Will Do
XXV (a)... Pencarian Bukti
XXVI (b)... Pencarian Bukti?
XXVII... Cruel
XXVIII... One Day
XXX (b)... Heartless
XXXI... Diambang Batas Kesabaran
XXXII... Memories (Versi Revisi)
XXXIII... Terungkap?
XXXIV... This is Time
XXXV... Now You Know
XXXVI...Not Over Yet
XXXVII... Chaos and Sword
(Special Part) Everyday, I Love You
XXXVIII... Something Right
XXXIX... Dream Come True (Versi Revisi)
XL... Blood Moon
XLI... The Winter Feel Warmer
XLII... How Could It Be?
XLIII... If You Ask, "Why?"
XLIV... Poison on Your Head
XLV... Throw Them to Hell (Versi Revisi)
Epilog

XXIX (a)... Heartless

3.4K 319 6
By Stevanyla

Nyanyian burung di pagi hari terhenti. Semilir angin penghantar udara dingin kini menerpa kulit dan, menerbangkan rambut dan pakaian mereka.

Mereka, sekelompok vampire dan werewolf yang datang dengan semangat membara. Tidak ada senyum ramah yang biasa terhias di wajah mereka. Mata mereka terlihat berkilat-kilat akan amarah.

Mereka, sekelompok vampire dan werewolf yang dahulu, sekitar 300 tahun yang lalu, saling menghunuskan pedang di medan perang. Kini bergabung untuk menyelamatkan bangsa mereka yang telah diusik oleh sekelompok makhluk tidak bertanggungjawab.

Raja Carlen, Noura, Vander, Nancy, Darren Aaron dan 30 prajurit Kerajaan Appalachia. Orlan, Dafa dan 15 warrior Redwood Pack. Leon, Winko dan 10 warrior Tongass Pack. Dan yang terakhir, Revaz, Jonas dan 10 warrior Chugach Pack.

Tidak lupa, mereka membawa mobil truk untuk mengangkut anak buah dia dan kawanannya, yang nanti tertangkap.

Mereka berhenti jauh di depan hutan. Mobil yang dikendarai Aaron, yang di dalamnya ada Raja Carlen, Noura, Vander, Nancy dan Darren, memimpin menjadi penunjuk jalan. Karena hanya Noura yang tahu lokasinya, ia berhasil melihat kenangan masa lalu tawanan vampire lelaki itu.

Vander menghirup dalam aroma angin yang berembus. Ia dapat mencium samar-samar bau werewolf dari dalam hutan.

Darren melihat ke dalam hutan melalui kaca mobil. Ia melihat mansion yang lumayan besar. "Sudah dekat. Sekitar 100 meter dari sini." Darren mendongak menatap Noura. "Sekarang?"

Noura terdiam sejenak. "Oke."

Darren merapalkan beberapa mantra, menangkupkan kedua tangannya di depan dada, matanya terpejam. "Samarkan bau kami semua," gumamnya lirih. Setidaknya, hanya kata itu yang dimengerti oleh para vampire. "Sudah. Coba Kak, kau cium aroma badan kami semua sampai ke kaum werewolf yang ada di belakang."

Vander mengangguk. Ia menghirup aroma di sekitarannya. "Kau berhasil, Darren."

Darren tersenyum miring. "Aku keren, yah?"

Nancy mencibir. "Baru segitu."

Darren sudah siap membalas cibiran Nancy untuknya, tapi tidak jadi karena Vander memelototinya.

Noura menggeleng melihat Nancy dan Darren. Kini gilirannya, seperti biasa, ia mempergunakan kekuatan mengedapkan suara. Mereka semua keluar dari mobil. Secara otomatis, semua werewolf pun keluar dari mobil.

"Kalian semua harus ada dalam jangkauan 5 meter dari saya, jangan lebih." Noura berkata. Kekuatan mengedapkan suaranya tidak berfungsi, bila tidak dalam jangkauan 5 meter darinya. Makhluk yang ada dalam jarak 5 meter darinya, tetap bisa mendengar apa yang ia ucapkan. Sama halnya dengan kekuatan memanipulasi suara.

Mereka semua bergerak cepat menuju ke dalam hutan, ke sebuah mansion yang diyakini dihuni oleh para terduga pelaku.

Mansion yang dindingnya berwarna hitam itu terlihat sepi. Tidak ada siapa pun di sekitaran mansion ini. Darren mempergunakan kekuatan mata tajamnya untuk melihat isi mansion. Terlihat penghuninya masih tertidur.

Dua warrior dari Redwood Pack mendobrak pintu kayu itu. Beberapa warrior dan prajurit kerajaan masuk ke dalam mansion. Noura dan Darren ikut masuk ke dalam, karena kekuatan mereka masih di pergunakan di sini. Lalu beberapa warrior mengelilingi mansion.

Sekitar 10 menit kemudian, Noura dan Darren keluar dari mansion. Di belakang mereka, para warrior dan prajurit membawa terduga pelaku, anak buah dia.

Semua tersangka sudah berada di luar.

"Mereka half vampire dan half penyihir." Darren tersenyum miring.

"Dan juga, half werewolf dan half penyihir." Nancy menambahkan. Kemampuan membaca aura miliknya sangat berguna sekarang.

"Jadi mereka, ya?" Leon bersidekap. Tatapan matanya dingin dan tajam.

Orlan dan Revaz menatap satu persatu makhluk yang duduk berjongkok di atas tanah.

Vander mengeluarkan pedangnya, menaruh bilah tajam itu di depan leher vampire yang berada paling depan. "Siapa ketuanya?" Semuanya hening, tidak ada yang menjawab. "Siapa?" Vander geram.

Noura berjalan, berdiri di samping vampire yang berada di baris kedua paling pinggir. Ia tadi melihat, hanya makhluk ini yang badannya gemetaran. Semuanya menatap Noura, bertanya-tanya apa yang akan dilakukan oleh Tuan Putri vampire itu. Noura menginjak kaki makhluk itu, lelaki itu meringis kesakitan. Semua yang melihatnya bergidik ngeri. Noura berjongkok. "Tatap mata saya." Ia berkata tegas. Lelaki itu tetap menunduk. "Pinjam pedangnya." Noura menatap dingin prajurit istana yang berdiri dekat dengannya, prajurit itu memberikan pedangnya. "Mau saya bunuh?" Pedang itu mendarat di leher lelaki di depannya, Noura semakin memperkuat injakkan kakinya pada tangan lelaki itu. "Cepat!" Lelaki itu kepalanya mendongak, kedua matanya berbeda warna, merah dan ungu. Semuanya terkesiap melihat mata vampire yang ada di depan Noura. Noura menatap lekat vampire itu, sedang membaca pikirannya. Ia bangkit, menjauh dari vampire itu dan memberikan kembali pedang yang ia pinjam dari prajurit istana.

Noura menatap ketiga Alpha werewolf bergantian. "Alpha, ketuanya dari bangsa werewolf." Orlan, Leon dan Revaz tersentak. Noura menoleh menatap Raja Carlen, sang raja mengangguk paham.

"Para Alpha, sesuai perjanjian. Silakan kalian bawa semua werewolf ke pack. Kalian pergi saja duluan." Raja Carlen menatap Orlan, Leon dan Revaz bergantian. Ketiga Alpha itu mengangguk.

Para warrior mengendus aroma badan werewolf dan menyuruh yang mereka yakini dahulu merupakan werewolf untuk berdiri dan berjalan mengikuti instruksi Dafa yang ada di depan.

"Ketuanya yang memakai kaus putih." Noura menatap Orlan dalam. Lelaki itu mengangguk dan sekilas memerhatikan wajah mate-nya yang terlihat lelah. Orlan menjadi khawatir.

"Kami pergi dulu." Orlan, Leon dan Revaz menghormat pada kelima petinggi vampire itu. Dan dibalas oleh kelimanya.

Setelah memastikan para werewolf sudah pergi dari kawasan hutan. Raja Carlen menatap tajam para vampire yang terduduk dengan wajah menunduk.

"Apa yang akan kita lakukan pada rumah itu?" Darren menatap mansion yang awalnya bagus, menjadi hancur berkeping-keping karena temboknya dirobohkan oleh para warrior.

"Bakar. Kita tidak butuh barang bukti berupa kertas. Kita hanya butuh mereka." Raja Carlen menginstruksi para prajurit istana membawa para vampire keluar hutan sesuai petunjuk Vander dan Raja Carlen yang ada di depan.

Darren, Nancy dan Noura menunggu sampai semuanya menghilang dari hutan.

Darren tersenyum sinis. Ia mengeluarkan kemampuan sihirnya, menciptakan sebuah bola api dan melemparkannya ke mansion yang merupakan base camp bagi pengikut Ferin. Boom, api melahap bangunan tersebut.

"Wah, ini hebat." Mata Darren berbinar-binar.

"Memuji diri sendiri," ketus Noura. Melengos pergi.

Nancy menjewer telinga Darren, agar segara meninggalkan kawasan hutan.

*****

Semua tawanan dibawa ke dalam penjara bawah tanah. Jeritan kesakitan tertahan terdengar ke segala penjuru, dibarengi suara cambukan yang beradu dengan badan dan lantai.

"Jika menunggu mereka sampai buka suara, sepertinya tidak mungkin. Kayaknya mereka lebih memilih mati dipenggal." Nancy berujar. Ia menatap kedelapan tawanan yang sedang dicambuk oleh prajurit istana dengan wajah bosan.

"Benar." Darren menangguk.

"Ayolah, pergunakan kekuatanku saja." Noura menatap datar kedelapan tawanan yang menjerit kesakitan.

"Tidak. Biarkan mereka bicara sendiri," kata Raja Carlen. Ia memandangi darah yang berceceran di atas lantai. Darah para tawanan yang keluar dari mulut atau badan yang tergores cambukan.

"Darren, apa kau pernah mendengar? Caranya mematahkan perjanjian itu?" Vander menatap Darren yang tengah duduk menopang dagu.

Darren berdiri, lalu berjalan masuk ke dalam penjara. Menyuruh para prajurit menghentikan cambukan yang sudah sampai ke angka tiga ratus. Tapi mereka tetap tidak mati.

"Mau apa kau, Darren?" tanya Vander, kebingungan. Raja Carlen, Noura dan Nancy hanya melihat tanpa bertanya.

Darren tidak menjawab. Ia mengambil sebilah pisau yang tersimpan di dalam saku kemejanya. Ia berjongkok di depan salah satu tawanan. Ia menarik paksa tangan tawanan itu dan langsung menggoreskan pisau, darah mengalir dari telapak tangan tawanan itu. Darren menaruh darah itu ke telapak tangan kirinya. Ia membersihkan darah yang ada pada pisau ke celananya. Darren keluar dari penjara dan menyuruh para prajurit untuk melanjutkan kegiatan mencambuk.

Darren berdiri di depan Vander yang keningnya berkerut dalam. "Kak, gores tangan kananku." Ia memberikan pisau itu ke Vander.

Vander bergeming. Mana tega iya menggores pisau ke tubuh adiknya sendiri. Walaupun Darren menyebalkan, tetap saja Darren itu adiknya. "Engga mau."

Nancy berdecak. "Sini, aku saja."

Noura tertawa kecil. "Jangan urat nadinya."

Nancy berdecih. "Aku tahu." Nancy menggores telapak tangan Darren. "Half blood memang beda, ya." Nancy terkejut melihat warna darah Darren yang hitam dengan bercak-bercak kemerahan. Nancy menaruh kembali pisau ke dalam saku kemeja Darren.

Darren tersenyum miring. Ia menyodorkan kedua tangannya ke depan Vander. Sekarang kedua telapak tangannya ada darah. Tangan kiri darah tawanan itu dan tangan kanan darahnya sendiri. "Cium. Apakah ada kesamaan?"

Vander mengangguk paham. Ia mencium darah Darren terlebih dahulu. Lalu mencium darah tawanan itu. Vander berusaha mencari kesamaan dan yang ia temukan hanyalah perbedaan. "Ini berbeda. Mereka memang half blood. Tapi bau darahnya berbeda denganmu."

Vander menjeda. "Seharusnya, bila dia mempergunakan darah Darren. Darah mereka didominasi dengan darah vampire. Tapi ini darah vampire dan penyihirnya dalam kadar yang seimbang."

"Kenapa begitu? Bukannya dia hanya memiliki Darren?" tanya Nancy.

"Memangnya aku pernah bilang, kalau dia hanya punya aku?" Darren balik bertanya.

Semuanya menatap Darren dalam. Benar, Darren tidak pernah bilang seperti itu.

"Sebenarnya, kau mengetahui banyak hal, ya, Darren," ujar Raja Carlen, sarkatik.

Darren tertawa. "Tidak juga." Ia menjilat darah yang ada pada kedua telapak tangannya.

"Menjijikan, bodoh." Nancy menggeplak kepala Darren. Darren tertawa membahana.

"Apa ada yang kau curigai?" tanya Raja Carlen.

"Curiga?" Darren mengelus dagunya. "Ada wanita, rambutnya pirang. Wanita itu bekerja sebagai asisten dia. Anehnya, wanita itu selalu menghindari kontak mata dengan saya. Saya jadi curiga, jangan-jangan dia pakai softlens?"

"Wanita? Rambut pirang?" Vander mengerutkan kening dalam. "Itu ciri khas vampire dari Hamakua."

"Rambut bisa dicat." Nancy menyahut.

"Ah, benar juga." Vander termanggut-manggut.

"Ini aneh, ya." Noura bergumam. Menekuri lantai yang ia pijak.

"Aneh bagaimana?" Darren menaikkan alisnya.

Noura menoleh. "Redwood Pack, banyak warganya yang ditemukan tewas. Tongass Pack, terjadi pemburuan hewan langka. Dan Chugach Pack, banyak warganya yang hilang dan ternyata menjadi anak buah dia." Noura menatap ke arah para tawanan yang masih setia dicambuk. "Seperti sudah dibagi."

"Benar juga." Nancy menyetujui.

"Kerajaan Appalachia banyak vampire ditemukan tewas. Kiriman galon berisi darah hewan langka. Di Hutan Tongass ditemukan ada darah vampire di batang pohon. Para rogue yang katanya diculik vampire. Apakah tujuan dia, ingin membuat hubungan bangsa vampire dan werewolf kembali memanas?" Noura menatap keempat vampire yang berdiri di depannya.

Darren tertawa kecil. "Anda sangat pandai menganalisis. Seharusnya setelah ini kita bisa menebak, apa yang akan dia lakukan. Kira-kira apa?" Darren tersenyum miring.

Vander mengerutkan kening. Ia menatap Darren curiga.

"Intinya bangsa vampire." Nancy bergumam. Ia menoleh menatap Noura cemas.

Raja Carlen terdiam. Sepertinya kejadian besar akan segera melanda dan mengguncang bangsa vampire. Ia sudah siap, bila nantinya dia datang menyerang.

"Ah, sepertinya aku mengingat sesuatu." Darren kembali berjalan menuju sel penjara. Ia menyuruh prajurit istana untuk berhenti mencambuk. Ia memiringkan kepala, lalu merogoh saku kemejanya satu kantong darah manusia.

"Anda mengambil kantong itu dari mana?" Noura dan Nancy berucap kompak.

Darren hanya tersenyum tipis. "Mereka disuntikan darah penyihir dan dilindungi oleh sebuah mantra. Tapi bukan berarti mereka memiliki darah penyihir. Aku pernah mendengar kelemahan dari mantra itu, bila mereka menjilat darah manusia, akan membuat mereka kembali menjadi vampire. Tapi bagi yang dahulu merupakan manusia, aku tidak tahu bagaimana caranya."

"Kau sangat mengerti hal seperti ini, Darren. Sepertinya Anda pantas menjadi salah satu bagian dari mereka. Anda juga termasuk pengkhianat." Nancy tertawa mendengar Darren mengumpat.

Darren menyuruh para tawanan menjulurkan lidah dan memberikan lima tetes darah manusia.

"Memangnya dengan mereka kembali menjadi vampire. Akan membuat mereka buka suara?" Noura bertanya.
Ia melihat keenam tawanan yang tadinya kedua matanya berbeda warna. Kini iris mata mereka berwarna merah, menandakan mereka telah kembali menjadi vampire.

Darren berdiri, menatap Noura lalu tersenyum. "Pertanyaan yang bagus." Ia melihat para tawanan yang kejang-kejang setelah mendapatkan darah manusia. "Masih ingat dengan ikrar perjanjian yang waktu itu kuberitahu?" Noura mengangguk. "Mereka melakukan ikrar perjanjian saat menjadi half vampire dan half penyihir. Perjanjian itu tidak berlaku, bila mereka kembali ke wujud asal."







To Be Continue

My Mate is a Vampire Princess
***********************************
25Januari2020

Continue Reading

You'll Also Like

198K 12.6K 20
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
387K 1K 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
548K 41.4K 40
Lalita seorang werewolf tangguh yang di anugrahi serigala putih dalam legenda yang akan menyelamatkan dunia dari kehancuran. Beban berat yang ia paks...
1.6M 83.9K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...