#5 A Drama (END)

By happyfantasi

1.3M 46.4K 2.5K

Adult Story. Be Wise. More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
EXTRA PART

Bagian 13

50.9K 1.6K 94
By happyfantasi

Dam, Emak pinjem pideonya ya....kayaknya cocok di chapter ini

Sebenarnya Emak pengen tahu proses pideo ini, kalian (Adam+Behati) so HOT.....Emak setuju kalo kamu Sexiest Man Alive!

....I'm preying on you tonight ( kumangsa dirimu malam ini)

Hunt you down, eat yo alive (memburu dan memakanmu hidup-hidup) errrrrrgggghhhhh....

Acara resepsi telah usai. Setelah berbicara panjang lebar dengan para saudara, Angga dan Nara meninggalkan gedung resepsi. Mereka tak langsung pulang, masih ke rumah Dito lebih dulu untuk mengambil baju dan barang Nara yang lain.

Pukul 8 malam Angga memboyong Nara ke rumahnya. Pria itu membuka pintu utama dan membawa tas koper Nara.

Nara sering ke rumah ini, tapi kondisi sekarang membuat dirinya kikuk.

"Masuk By!" Ajak Angga saat melihat Nara tampak ragu masuk ke rumahnya.

"Ada yang ketinggalan?!" Tanya Angga saat melihat Nara yang cukup 'diam'.

"Oh..Enggak mas." jawab Nara dengan senyuman. Nara duduk di ruang TV.

"Bajunya uda aku masukkan ke kamar, tapi belum aku rapikan di lemari." ucap Angga sambil melewati Nara.

"Iya, terima kasih."

Nara melihat Angga sedang mematikan beberapa lampu di beberapa bagian rumah ini, tak lupa dia memeriksa seluruh pintu dan jendela.

"Kok masih disini?! Mau aku gendong? Seperti yang di film-film?" Angga menggoda Nara yang gugup.

"Ga usah aneh-aneh!" Nara tersipu malu, lalu bangkit dari sofa dan membuntuti Angga yang memasuki kamar.

Suasana kamar tampak berbeda saat Nara merawat Angga sakit. Cat dinding lebih cerah, begitu juga dangan tirainya yang di seragamkan dengan tirai ruang tamu.

"Mas kapan renovasi kamar?"

"Sehari setelah resepsi Adila, waktu kamu terima lamaran aku." ucap Angga, pria itu masuk ke kamar mandi meninggalkan istrinya yang masih melihat sekeliling kamar Angga. Tak lama Nara membuka kopernya dan mencari baju ganti. Dia duduk terdiam di tepi ranjang.

Angga keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada. Nara sedikit terkejut melihatnya, ini pertama kali dia melihat Angga dengan dadanya yang polos.

'Duh! ini suami kok cakep banget ya! dia ga salah pilih aku kan?!' batin Nara girang.

"Mau ke kamar mandi?" tanya Angga memecah lamunan Nara.

Nara tak menjawab, dia menyelonong masuk ke kamar mandi. Angga hanya tersenyum melihat kegugupan istrinya.

'Kamu kalo gini pingin aku obrak-abrik sekarang juga.' Angga bermonolog, dia sudah terbaring di ranjang dan menunggu istrinya.

Beberapa menit Nara dikamar mandi.
Dia bercermin, melihat wajahnya sendiri.

'Ra, jangan jadi pengecut. Semua wanita juga mengalami hal yang sama.'

"BYAN!" Terdengar Angga meneriakkan namanya. Nara tidak merespon.

Angga terpaksa bangkit lagi, dan mengetuk beberapa kali pintu kamar mandi.

Nara tidak menjawab, dia sedang memantapkan hati dan percaya dirinya

Dengan berat Nara membuka pintu kamar mandi.

"MAS!" Pekik Nara, dia terkejut saat membuka pintu, Angga berdiri tepat di ambang pintu.

"Maaf, mas kuatir, kamu lama sekali di kamar mandi. Mas panggil juga ga bersuara. Mas pikir kamu ketiduran." Canda Angga. Angga langsung melihat dada istrinya, terlihat samar puting Nara dibalik bajunya.

"Ehm' Angga berdehem, mendadak tenggorokannya mengering.

Nara tetap tidak mersepon, dia melewati Angga.

'Ya Allah, kayaknya besok mesti ke dokter jantung' batin Nara saat merasakan detak jantungnya yang makin cepat.

Gadis itu bersiap merebahkan dirinya di ranjang.

"Kok pake daster?" Tanya Angga saat melihat Nara memakai piyama daster berbahan satin.

'banyak banget pengamannya!' batin Angga saat melihat kancing daster Nara dari atas hingga paha.

"Maksud mas?" Tanya Nara sambil merebahkan tubuhnya, dan memiringkan tubuhnya ke arah Angga yang masih berdiri.

"Aku pikir kamu pakai lingerie." Ucap Angga cengar-cengir.

"Ga sempet beli."

"Oh iya, mas lupa kasih tau. Mas beli beberapa lingerie."

"Hah?!" Respon Nara, dia belum mempercayai Angga membelikan dia lingerie.

Angga berjalan menuju lemari lalu membukanya.

"Mau pakai yang mana dulu?" Tanya Angga dengan santai sambil mengambil beberapa lingerie.

'Tuhan, kenapa dia ga malu pegang-pegang benda itu. Aku yang lihat aja malu.' batin Nara.

"Mas beli sendiri?" Tanya Nara merasa heran.

"On line."

"Kok mas tau ukuran Nara?"

"Dari sodara perempuan kita. Mau pake yang mana dulu?"

Nara memaksakan senyum meringis, dia masih belum siap menggoda suaminya dengan pakaian yang di agung-agungkan saat malam pertama pernikahan.

"Besok aja ya, males ganti." Nara menutup tubuhnya dengan selimut hingga sebatas perut.

Angga pun ikut merebahkan tubuhnya di ranjang.
Pria itu mencium kening Nara. Angga menopang kepalanya dengan sebelah tangan.

"Aku masih belum percaya, sekarang kita satu ranjang." Angga memulai perbincangan di ranjang.

"Aku juga masih belum percaya, ternyata mas akhirnya mau juga ama Nara."

"Jelas mau lah! Duda mana yang ga mau ama gadis manis gini." Angga memuji istrinya.

"Dasar pria tua! pinter nge gombalin anak kecil." Ucap Nara, lalu dia memunggungi suaminya. Nara berusaha mengontrol jantungnya yang bergejolak tak karuan.

"Kok mas ga dicium?" Angga mencium tengkuk Nara, tangannya memeluk dari belakang. Angga mengusap lembut perut Nara. Tubuh Nara meremang mendapat sentuhan dari suaminya.

'Tuhan, tangannya sudah memulai. Aku mesti gimana? Please, bantu aku Tuhan.' batin gadis itu.

"Belum pengen cium mas." Jawab Nara lirih.
'Duh Ra...kok malah jawab gitu sich?!' Nara memejamkan mata menyesali ucapannya.

"Belum pengen, atau gugup? Mana Byan yang agresif? Yang godain mas? Sekarang kok gini?! Jadi mas di anggurin? Baru kali ini lho ada wanita yang cuekin mas. Dan itu istri mas sendiri." Angga berucap sambil memberi kecupan-kecupan kecil di belakang kepala Nara.

'Nara, cepat atau lambat moment ini pasti terjadi. Jangan jadi pengecut!' batin Nara.

Perlahan Nara membalikkan badannya, dia memberanikan diri menghadap Angga.
Tangan Nara memegang dada Angga, dan refleks membuat tubuh Angga merinding.

"Mas..... aku takut." Ucap Nara lirih dengan raut muka melas.

"Takut apa?" Tanya Angga dengan hangat. Angga semakin mengeratkan pelukannya, hingga tubuh mereka lebih merapat.

"Kata teman aku, malam pertama itu menyakitkan." Nara menatap mata Angga, lalu pria itu tersenyum.

"Byan, mas ga tau seberapa sakit yang kalian hadapi sebagai wanita saat malam pertama. Ini yang pertama untuk mas." Angga mencium kening Nara.

"Pertama?"

"Iya, yang kemarin, waktu nikah uda ga gadis. Cinta buta. Sama seperti kamu, mau aja ama duda."

"Bener juga ya...Cinta memang buta...kalo ga buta harusnya aku bisa dapetin perjaka, kenapa aku mau ama du_"

Nara tidak menyelesaikan kalimatnya, karena Angga sudah membungkam bibir Nara dengan bibirnya.

Keduanya saling melumat, saling menikmati kebersamaan yang pertama menjadi pasangan yang sah.

1 tangan Nara mengusap dada Angga, dan sebelahnya lagi menangkup pipi Angga. Pria itu menjauhkan selimut yang menutupi tubuh istrinya. Nara menikmati setiap lumatan suaminya, suara cecapan kadang lenguhan mulai menghiasi kamar Angga.

Perlahan tangan Angga membuka kancing daster Nara dari bawah, kini dia bisa merasakan kulit lembut paha Nara.

Nara semakin terbuai dengan lumatan dan usapan di pahanya. Tangan Angga terus naik menggapai perut Nara.

Nara melepaskan paksa lumatan Angga.
Nafas mereka terengah-engah. Mata mereka saling menatap. Tangan Angga tak berhenti mengusap perut dan pinggang Nara.

"Mas sudah doa?" Tanya Nara.

"Sudah."

"Mas doain, moga anak kita ganteng seperti mas, ga pilih-pilih seperti mas, kuat iman seperti mas,_"

"Kok seperti mas semua? Kamu kebagian apanya?" potong Angga.

"Kayaknya Nara jelek semua, ga ada bagus-bagusnya." Nara mengaku

"Kamu itu ramah, mudah bergaul, dan cukup percaya diri juga. Tentunya menggairahkan!"

"Emmmmphh" Nara mengeram karena Angga sudah melumatnya lagi. Tangan Angga terus berusaha membuka kancing daster Nara, tanpa disadari empunya, kancing itu sudah terlepas semua.

Angga melepaskan lumatan dibibir Nara.

"Aaahhh" satu desahan lolos dari mulut Nara ketika Angga mengecup lembut puting Nara di payudara yang satu dan meremas payudara yang lainnya. Lagi-lagi Nara terhipnotis dengan semua yang dilakukan suaminya, Angga berhasil memisahkan daster dari tubuh Nara.

Si gadis meremas rambut Angga, sesekali Nara mencium telinga suaminya saat tak jauh darinya.

Angga menghentikan aktivitasnya, dia melihat Nara. Entah kenapa Nara merasa kecewa seolah ingin disentuh lebih jauh lagi.

"Walaupun kamu sembunyi dibalik daster, aku tetap memburunya, dan akan memakanmu hidup-hidup, sayang." Bisik Angga. Nara hanya diam, dengan memberanikan diri dia menarik tengkuk Angga, mengecup sekilas bibir suaminya lalu melepaskannya.

"BYANARA!" Bisik Angga dengan tekanan.
Hasrat seksual Angga makin berkobar, dia kembali mengulum puting Nara.

"Aaaahhhhh" Tubuh Nara melenting, mengeliat dengan mendesah dan memejamkan matanya saat Angga meraup rakus puting payudaranya. Pria itu bisa merasakan hembusan nafas istrinya di telinganya, serta desahannya, membuat Angga makin liar.

Sambil mengulum puting Nara, tangan Angga yang meremas sebelah payudara yang lain kini bergerak turun, dia mengusap pelan perut Nara, lalu menyusup ke celana dalam istrinya. Nara melipat kakinya, membuka lebih lebar.

"Ehhmmmm" Nara merasakan ada yang menyentuh daerah pribadinya, tangan Angga mengusap kewanitaan Nara. Perlahan jarinya membelah celah bibir intim Nara, pria itu menggoda dan memainkan klitorisnya

Pinggul Nara secara reflek ikut bergoyang, sentuhan jari di intimnya membuatnya melayang, memberi kenikmatan yang belum pernah dia rasakan.

Angga merasakan milik Nara sudah basah, celana dalam Nara membatasi gerak tangan Angga, dengan mudahnya dia menarik paksa hingga celana dalam itu robek.

"Mas, ngapain di robek?!" tanya Nara sedikit terbangun, kedua sikunya menahan tubuhnya. Dia bisa melihat tangan Angga melakukan sesuatu di intimnya.

Angga menghentikan kuluman di puting Nara.

"Tanganku ga enak geraknya, makanya lain kali ga usah pakai celana sekalian."

"Tapi itu mahal lho mas, aku_"

"Byan! Bisakah kita lanjutin ini dulu?!" potong Angga.

'Tuhan, bagaimana dia bisa mengalihkan fokusnya saat ingin bercinta?' batin Angga merasa heran ketika istrinya masih sempat-sempatnya memikirkan harga celana dalam.

Nara mengikik lalu berbisik di telinga Angga, "Baiklah sayangku, kita lanjutkan sampai pagi!".

Usai menyelesaikan kalimatnya, Nara kembali terbaring, disusul Angga mengungkung Nara dibawahnya.

Nara cukup terkejut melihat Angga yang sudah ada di atasnya.

"Seperti keinginanmu, kita lanjutkan sampai pagi." ucap Angga dengan suara parau dan mengedipkan sebelah matanya. Nara ternganga mendengar ucapan suaminya. Maksud dia tadi hanya bercanda, tapi berbeda dengan suaminya yang sedari tadi ingin menerkamnya.

"Ini milikku semua ,By!Milikku!" Angga masih memperhatikan wajah Nara, kadang dia melihat payudara istrinya yang terlihat menantang dan terlihat naik turun karena nafasnya. Angga terdiam sambil menatap lapar tubuh Nara.

Jantung Nara berdetak kencang, dia juga kikuk dan aneh ada orang lain melihat tubuhnya yang polos.

Nara memegang lengan Angga dan meremasnya, Nara menghela nafas, melipat bibirnya dan membasahi. Sedikit gerakan Nara membuat Angga mengeratkan rahangnya, menahan hasrat yang ingis segera dia tuntaskan.

Angga perlahan menindih tubuh Nara, pria itu menyembunyikan wajahnya di leher istrinya.

Bagaikan disengat listrik, tubuh Nara menegang, dada mereka saling bersentuhan. Sambil meremas rambut suaminya, kepala Nara mengeliat, dia bisa merasakan putingnya membesar karena bergesekan dengan dada suaminya. Sesekali tubuh Nara juga mengeliat menikmati setiap sentuhan tangan Angga yang mengusap lembut tubuhnya.

Angga terus mengecup leher Nara dan kini satu tangannya meremas payudara Nara dan memainkan putingnya. Nara merasakan sesuatu di pangkal pahanya, dia meyakini itu milik suaminya.

Tangan Angga melepas remasan di payudara Nara, bibir Angga saat ini bekerja di payudara istrinya menggantikan tangannya yang tadi, dia meraih tangan Nara yang menyisir kasar rambutnya dan mengarahkan ke miliknya. Angga menggenggam tangan Nara yang kini menggenggam miliknya. Nara tercekat ketika memegang milik Angga, jantungnya makin tak karuan.

Angga merenggangkan tubuhnya dari tubuh istrinya, satu tangan Angga yang ada di sisi Nara menopang tubuhnya.

"Hanya kamu yang berhak menyentuhnya. Aku serahkan dia kepadamu." Bisik Angga, tangan Angga menuntun tangan Nara untuk memaju mundurkan intimnya.

Setelah beberapa saat, Angga melepas genggaman di tangan Nara, gadis itu bisa menyesuaikan keinginan suaminya, kini tangan Nara sendiri yang bekerja mengocok milik Angga. Tangan Angga meremas paha istrinya saat dia merasakan nikmat remasan tangan kecil di miliknya.

"Aaaah...Byan..." Angga memejamkan mata. Milik Nara sudah basah saat melihat suaminya menikmati sentuhannya.

Secara perlahan, Nara menarik milik Angga mengarahkan ke intimnya. Hingga ujung kepala intim Angga bisa merasakan permukaan milik Nara yang sudah basah dan licin. Angga juga menggoyangkan pinggulnya perlahan seakan menggoda Nara, membuat Nara semakin bergairah, hingga istrinya sudah tak sabar ingin merasakan milik Angga.

Nara menempatkan ujung kepala milik Angga tepat di lubang intimnya, dan berusaha memasukkan.

"Sayang, kamu yakin?" tanya Angga.

"Milikmu, Mas!" ucap Nara seakan memasrahkan seluruh hidupnya.

Angga memegang miliknya dan berusaha memasukkan miliknya ke lubang intim Nara. Perlahan dan sedikit paksaan, Angga memasukkan miliknya sedikit demi sedikit, menurunkan badannya , menindih tubuh Nara, mata mereka saling memandang.

Angga menghentakkan pinggulnya cukup keras, Nara membuka bibirnya sedikit seolah ingin berteriak namun dia menahannya. Angga mengulang hentakkannya berkali-kali. Nara melihat Angga dengan tatapan mengiba, dia merasa tubuhnya seakan terbelah akibat benda tumpul yang baru saja memasukinya.

Angga tak sanggup melihat mata Nara yang sudah berkaca-kaca, dia menyembunyikan wajahnya ke leher Nara, dia menancapkan bibir di leher jenjang Nara, sesekali Angga menggigit memberika sensasi sakit dan nikmat.

Tentunya Angga tidak melewatkan meremas lembut payudara istrinya, sambil terus menghentakkan pinggulnya.

'Maaf' batin Angga.

Sakit yang dirasakan Nara sempat teralihkan saat Angga memberi kenikmatan pada leher dan dadanya.

"Aku menginginkanmu Byan. ...." Angga berbisik di sela-sela cumbuannya.

Nara terbuai dengan kalimat-kalimat cinta yang diucapkan suaminya, dan tentunya sebagai istri sudah kewajibannya memenuhi keinginan suaminya. Hingga pria itu bisa merasakan miliknya sudah berada di lubang surgawi istrinya dengan sempurna.

Angga terus menggoyang pinggulnya, dan kini tubuh Nara sudah bisa menerima benda yang menjejali miliknya.

"Aaahhhhh" Nara mendesah, rasa sakit yang tadi, dengan perlahan sudah berganti dengan nikmat. Nara mulai menggoyangkan pinggulnya mengikuti goyangan suaminya. Angga melepas bibirnya dari ceruk leher Nara, lalu melihat wajah istrinya. Tatapan mengiba itu sudah berganti dengan tatapan memuja. Angga mencium dan melumat bibir Nara. Nara mempercepat goyangannya, memeluk Angga lebih erat, membalas lumatan Angga lebih agresif, hingga tubuhnya bergetar dan menggelinjang.

Intim Nara berkedut usai orgasme, membuat Angga makin gila, seolah dia mendapat pijatan dan remasan yang sangat luar biasa. Dia melihat wajah Nara sambil menghentakkan lebih keras lagi seakan ingin memasukkan lebih dalam lagi. Dan hujaman berikutnya dia menyemburkan cairan hangat di iringi desahan puasnya," Ahhhh Byaaaaan".

Masih dalam penyatuannya, tubuh Angga masih di atas Nara, mereka mengatur nafas. Angga memisahkan diri, dan berguling ke sebelah Nara.

Dia meminta Nara untuk lebih dekat lagi, kini wanita itu merebahkan kepalanya di sebelah dada Angga. Si pria meraih sebelah paha Nara dan menopangkan ke pahanya, hingga paha Angga bisa merasakan bagaimana intim Nara masih ada sisa cairan cinta mereka.

"Vaginamu basah sekali, pasti itu spermaku semua." Angga menggoda Nara dan mencium kening istrinya yang masih berkeringat.

"Mas ini kalo ngomong vulgar." ucap Nara yang memeluk tubuh Angga seperti guling. Angga memijit pantat Nara yang sekal.

"kan bener, vagina kan?!" Angga makin menggoda Nara.

Nara tak menjawab dengan kata, dia memainkan jemarinya di sekitar puting Angga.

"Byan....." ucap Angga.

"Kenapa?" tanya Nara tanpa dosa.

"Geli." jawab Angga singkat.

"Hmmmm Byan!" desah Angga saat Nara secara tiba-tiba mengulum sesaat puting Angga.

Nara mencium dada bidang suaminya berkali-kali, Angga menggelengkan kepalanya. Usai mengecup dada Angga, Nara mencium pipi Angga, rahangnya, lalu lehernya, membuat Angga tak bisa menahan lagi dan pria itu dengan paksa menarik tubuh istrinya.

"MAS!" Nara memekik, dan kini Nara menduduki perut Angga.

Angga memegang pinggang istrinya, tak lama kedua tangan Angga menangkup kedua payudara Nara.

"Kamu pintar sekali godain mas!" ucap Angga sambil meremas dan memainkan puting Nara yang ada dihadapannya.

"Mas mainin puting aku, aku diam aja. Kenapa aku ga boleh mainin puting mas?"

"Byan, kamu ga bisa tidur lho!"

"Kenapa?" Nara menggoda Angga, dia sudah tau maksud suaminya.

"Mas ga akan berhenti menindihmu, penis mas bakal masuki vaginamu, dan membuatmu orgasme berkali-kali." kata vulgar yang diucapkan suaminya membuat Nara bergairah.

"Emang iya?! barusan kan uda!" Nara memancing.

"Lagi! Dan mas minta sekarang. Coba liat punya mas sekarang!" pinta Angga.

Nara menoleh dan melihat milik Angga sudah tegak dan menegang.
Wanita itu membalikkan tubuhnya, dengan posisi masih menduduki perut Angga.
Kini Angga hanya bisa melihat punggung mulus istrinya, dengan beberapa rambut yang lepas dari ikatannya.

Tanpa ragu Nara memegang dan meremas milik Angga.
"Aaahhhh...Byan!" Angga mendesah nikmat.

"Berhenti Byan! Kamu capek!" Angga mengingatkan ketika Nara mulai mengocok milik Angga. Kedua tangan pria itu meremas sprei, berusaha mengontrol hasratnya.

Nara membungkukkan badannya,1 tangan bermain dengan milik Angga, tangan yang lain dan kedua lutut menopang tubuhnya. Nara mengulum ujung milik suaminya, hingga pinggul Angga sedikit terangkat menikmati hangatnya rongga mulut Nara.

"Byan..." suara Angga yang serak memanggil namanya.

Angga mendapati pantat istrinya yang sekal, intim Nara menyembul di antaranya, terpampang jelas dan menggoda Angga untuk mengoyak.

Angga memainkan jarinya di intim istrinya. Perlahan pria itu mengusap bibir intim dan meremas pantat sekal istrinya. Nara yang semula ingin menggoda suaminya, kini konsentrasinya terganggu dengan jari-jari suaminya. Dengan bersamaan jari Angga menggoda klitoris dan keluar-masuk di lubangnya.

"Aaaakhhh" reflek Nara bersuara dan mendongak, suaminya kini benar-benar menguasai diri Nara.

Nara tak melanjutkan dengan intim suaminya, dia sedang menikmati jari-jari suaminya, kedua tangannya menopang tubuhnya. Tanpa disadari tubuh Nara tampak maju mundur mencari titik-titik kepuasan, dan semakin lama dia semakin cepat gerakannya.

Angga sangat menikmati pemandangan indah kala melihat pantat Nara maju mundur, dia juga bisa measakan lelehan cairan cinta yang keluar dari intim istrinya.
Dan tak lama Angga melihat tubuh Nara bergetar, menggelinjang, sebagai tanda istrinya sudah mencapai orgasme.

Tak sabar, Angga sedikit terbangun dan menggigit gemas pantat istrinya yang padat.

"Auuuww!" Jerit Nara.

Lalu Angga mengusap bekas gigitannya dan terkekeh.
Nara menggulingkan tubuhnya ke sebelah Angga.

Angga bangkit dari baringnya, dan entah sejak kapan wajah Angga sudah tenggelam di antara 2 paha Nara. Wanita itu kembali menggila dengan jilatan lidah Angga di miliknya. Pria itu melebarkan kedua paha istrinya.

Dengan lembut, Angga menjilati klitoris Nara, wanita itu juga bisa merasakan bagaimana hebatnya Angga mencium dan menyesap cairan cinta istrinya.

"Aaaakhhh" Nara mengangkat pinggulnya saat Angga mengecup kuat intim Nara.

Lagi-lagi Angga membuat keramaian dikamarnya.

Bibir Angga terus bermain di intim Nara, sesekali tangannya meraih dan meremas payudara Nara membuat wanita itu kembali orgasme lagi.

Dan kini Angga menuntaskan keinginannya, dia menindih istrinya yang sudah kelelahan.

"Byanara, kamu sangat memabukkan" bisik Angga sambil terus mengerjai tubuh istrinya.

Dengan sentuhan tangan Angga di dadanya, kecupan di lehernya, dan milik suaminya yang memenuhi intimnya, gairah Nara perlahan tumbuh lagi. Tubuh Nara kembali menggeliat, melengkung dan menggoyangkan pinggulnya. Setelah beberapa hentakan yang cukup keras, Nara kembali merasakan cairan hangat dari suaminya.

Dan mereka kembali bercinta hingga lewat tengah malam.

Angga melepaskan miliknya dari milik Nara, dan menghentikan pergulatan ranjang saat pria itu melihat istrinya sudah terkulai lemas.

Mereka telah menyalurkan hasrat yang sudah sekian lama tersimpan.

Tak butuh waktu yang lama, Nara sudah memejamkan mata karena kelelahan. Sedangkan Angga masih memperhatikan wajah Nara.

"Terima kasih Byanara Pramesti." bisik Angga, pria itu mencium pipi istrinya perlahan. Dan dia menyusul istrinya ke alam mimpi yang indah.



Continue Reading

You'll Also Like

2M 17.3K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
946K 44.1K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
227K 7.6K 47
"Suruh anak nggak jelas itu keluar dari rumah kita! " "Ardi!! Andrea itu adekku! " Pertengkaran demi pertengkaran kakaknya membuat Andrea memilih unt...