#5 A Drama (END)

By happyfantasi

1.3M 46.4K 2.5K

Adult Story. Be Wise. More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
EXTRA PART

Bagian 11

43.1K 1.6K 75
By happyfantasi

Kamis malam, H-1 sebelum hari gathering.

"Uda lengkap semua By?!" Tanya Angga melihat tas Nara sudah rapi untuk acara gathering.

"Uda mas. Kalo ga ada aku, mas maem dimana?"

"Gampang! Kan banyak warung."

"Jangan telat maem ya!"

"Kamu juga jangan genit!"

"Kapan aku genit?!" Tanya Nara mengernyitkan dahinya.

"Waktu kamu nyanyi sama Aksa, yang ulang tahunnya. Ngapain kamu pegang-pegang pundaknya?"

Nara tertawa kecil.

"Itu refleks! Spontan! Lagian waktu itu kan kita belum seperti ini, aku sama Aksa ga ada apa-apa. Mas juga sama cewek lain, malah lebih mesra situ. Jadi siapa disini yang genit?" Tanya Nara balik.

Bagaikan bumerang, Angga langsung terhenyak mendengar ucapan Nara.

"Y-ya pokoknya kamu disana jangan dekati cowok."

"Harusnya aku yang bilang! mas jangan dekati wanita!"

"Ini beneran Byan! Kamu masih muda, pasti banyak yang pengen deket, pokoknya jangan dekat-dekat pria."

"Klo dia yang dekati aku gimana? Ga mungkin donk aku ngusir dia!" Nara menggoda Angga yang terlihat cemburu.

"Ya gimana caranya kamu membatasi. Atau ngaku aja kamu calon istriku."

"Mereka ga bakal percaya! Kan mas sendiri yang bilang, jangan kasih tahu orang kantor tentang hubungan kita."

"Mas kan uda bilang alasannya. Supaya kita tetap bareng di satu perusahaan, supaya kita bisa saling memantau ."

"Iya mas ku sayang! Mas harus percaya Nara, mas juga harus jaga kepercayaan Nara!" Ucap Nara lalu mencium pipi Angga.

"Byan! Jangan cium mas!" Seketika jantung Angga berdetak lebih cepat.

"Mas ganteng sich! Aku ga tahan pengen cium mas!" Nara mencium Angga lagi, dan kali ini di rahang.

"Byan, ntar aku balas cium lho!" Angga menggelengkan kepala melihat tingkah Nara yang kadang susah ditebak, kadang ekspresif.

"Kan mas uda sering cium aku!"

"Tapi aku biasa cium kamu di kening dan pipi, kali ini beda...."

"Maksud mas di bibir?" Nara dengan wajah polos menunjuk bibirnya membuat Angga makin tergoda.

"Byaaaaaan!" Angga berusaha menahan hasratnya. Sedangkan Nara tertawa geli dalam hati melihat kekasihnya berusaha sekuat mungkin untuk tidak mencium bibirnya.

Nara beranjak dari kasurnya, meninggalkan Angga yang menahan hasrat.

"Kemana?!'

"Buat jus!" ucap Nara dengan sedikit berteriak dari arah dapur.

Angga menghampiri Nara dan memeluknya dari belakang, lalu mencium pundak Nara. Gadis itu sedikit terkejut karena sudah ada lengan yang melingkar di perutnya.

"Mas ngagetin!" Nara melihat wajah Angga yang masih ada di pundaknya.

"Kamu sengaja ya?!" bisik Angga di telinga Nara, dan membuat jantung Nara berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Beberpa bagian tubuh Nara meremang.

"Sengaja apa?" tanya Nara dengan tangannya memegang juicer, dan tak lama dia mematikan.

"Godain mas, terus di tinggalin gitu aja." ucap Angga lalu menggigit kecil kulit leher Nara. 

"Mas aja yang merasa tergoda." balas Nara dengan nafas yang mulai berat.

"Sudah pinter godain mas?"

"Itu cuma cium aja, sama seperti mas cium aku. Kalo godain itu gini." ucap Nara dan berbalik. Lalu tangannya diletakkan ke dada Angga, mengusap lembut dan memainkan jari di dada bidangnya, dan Nara mencium sudut bibir Angga. Angga menggelengkan kepalanya dengan nafas tak beraturan.

"Byan, jangan main-main!" Angga merekatkan rahangnya dengan menatap Nara yang tak jauh dari wajahnya.

"Aku mau liat kan cara menggoda ala Byanara." Ucap Nara senyam-senyum centil, dia berusaha tenang sambil melihat Angga yang matanya sudah terlihat ingin menerkamnya.

"And it works, Sweet!" ucap Angga dan dengan cepat pria itu menangkup kedua pipi Nara lalu mencium kasar bibirnya. 

Nara melenguh saat mendapat serangan tiba-tiba dari Angga. Setelah bibir Nara dalam kuasanya, tangan Angga turun  melingkar di pinggang kecil Nara, menariknya lebih rapat ke tubuhnya. Dada mereka bertemu, Angga bisa merasakan 2 benda kenyal milik Nara yang menempel di dadanya.

Tangan si pria beralih ke tengkuk kekasihnya ingin memperdalam lumatannya. Tangan Nara mengusap lembut rahang Angga, membuat Angga mengeram dalam lumatannya.

Pria itu memainkan lidahnya di rongga Nara, dan dengan nalurinya gadis itu mengulum lidah yang bertamu dimulutnya. Angga semakin menggila, dengan bibir yang saling memanggut, perlahan dia menggiring si gadis menuju ranjang. 

Mereka masih saling mencecap, melumat tanpa kehabisan oksigen.

Angga mengakhiri lumatannya dengan mengigit kecil bibir bawah Nara, menariknya sedikit lalu dilepas.

"Sayang, kamu buat mas ga karuan!" ucap Angga, kening mereka saling bertemu.

"Tapi mas suka kan?!" Nara kembali menggoda Angga, tangan Nara menyusup dibalik kaos Angga, sehingga dia bisa merasakan kulit punggungnya. Tubuh Angga kembali menegang mendapat sapuan lembut dari tangan Nara.

"Sayang ..please...!" nada Angga tampak memohon.

"Please apa, mas sayang?!" bisik Nara lirih dengan menahan senyum, dan tangannya terus mengusap lembut punggung Angga.

"Byan, kamu bisa hamil!" ucap Angga suaranya makin parau menahan hasrat.

"Ga pa pa, pokoknya anaknya mas Angga!" Nara terus menggoda pria tampan itu, dan gadis itu mencium dada bidang Angga.

"Errrghhhhh....." Angga mengeram, dia mengecup sekali bibir Nara lalu menjauhkan tubuhnya secara paksa. Sedangkan gadis itu tertawa mengikik melihat wajah kekasihnya yang sedang menahan nafsu.

"Mas pulang ya, bisa kebablasan kalo disini terus." Ucap Angga dengan mengambil kunci mobil, ponsel serta dompetnya, tak lupa dia mencium kening Nara.

"Ati-ati calon imam!" Ucap Nara dengan senyam-senyum mengantar Angga di ambang pintu.

Esok hari.

Seperti biasanya Angga datang ke kos Nara.
"Kamu ga masak kan? Kita sarapan diluar aja."

"Ga masak, cuma buat teh aja buat mas. Gimana tadi malam?" Nara bertanya ingin tahu kelanjutan hasil menggoda kekasihnya.

"Ya mas lanjutin liat bokep. Kalo ga gitu, mas ga bisa tidur. Kamu jangan bertingkah seperti semalam lagi Byan!" Angga mengingatkan.

"Iya, kalo ingat!" Balas Nara dengan tertawa kecil. 

"Mau maem apa?" tanya Angga dengan membawa tas ransel Nara berjalan menuju ujung kampung.

"Cari warung yang sejalan aja ke kantor." Ucap Nara yang sudah duduk di mobil.

"Kita ke regional dulu ya, aku mau checklock bentar, terus ke cabang kamu." Balas Angga.

"Terserah yang nganter aja, orang minta tolong ga boleh rewel."

"kamu ga minta tolong By, ini uda kewajiban mas."

"Terima kasih calon imam!" Nara tersenyum dan mencium pipi Angga.

"BYAN!" pekik Angga.

"Ya uda, kalo mas ga mau dicium, aku cium cowok lain aja!" ucap Nara dengan cemberut.

"BYANARA!" Angga memekik lagi, sedangkan Nara tertawa dalam hati.

"Kalo aku pengen cium, terus aku cium sapa? sedangkan mas sendiri ga mau!"

"OK! Kamu boleh cium mas, tapi jangan di kos. Dan hanya di pipi. Paham Byan?!"

"Paham calon imam!" balas Nara dan mencium Angga di pipi lagi. Pria itu menggelengkan kepala melihat tingkah laku kekasihnya yang kadang agresif.

Usai sarapan dan check lock, mereka lanjut ke kantor Nara.
"Mas ikut turun!" Ujar Angga sambil menutup pintu mobilnya.

"Kalo ketauan gimana?"

"Ga bakal! Klo ada yang tau, bilang aja ketemu di jalan. Ingat pesan mas tadi?"

"Ingat! Kasih kabar! Kalo mas telepon malam harus diangkat!"

Mereka berjalan hingga di ruang lobby yang sudah banyak orang lengkap dengan bawaannya.

Nara melepaskan kacamata hitamnya dan bersapa dengan pegawai yang lain beserta keluarganya, sedangkan Angga masih memakai kacamata hitamnya dan duduk di sofa lobby.

Bisikan tentang kehadiran Angga saat ini cukup menarik perhatian. Beberapa di antaranya mencuri pandang ke Angga yang terlihat cuek.

"Dia liat kemana sich? Buka donk Pak kacamatanya!" Ucap staff CS yang sedari tadi meihat Angga. Rasanya Nara ingin berteriak ke mereka semua, 'itu pacar aku!' tapi tidak mungkin.

"Tidur kali orangnya! Jadi malu kalo ketahuan!" Sahut Nara

Mereka tertawa mendengar candaan Nara.

Angga tetap memakai kacamata, dia tak mau tertangkap orang lain tahu jika matanya mengawasi Nara.

"Pak Angga, ada keperluan apa ya?" Tanya seseorang yang sudah berdiri di depannya.

"Kebetulan lewat, mau liat prepare kalian. Kalo servicenya bagus, mungkin bisa dipakai untuk famgath regional." Jawab Angga sedikit menoleh sekilas ke arah lawan bicara dan mencoba mencari alasan yang masuk akal.

"Oh....saya tinggal ya Pak, mau atur bis nya dulu, ntar lagi berangkat."

"Silahkan! Oh iya Pak, nanti bisa  share di WAG  kegiatan disana ya?"

"Bisa Pak, nanti saya share. Kemarin rundown acara juga uda saya kirim."

"Ok! Terimakasih."

Pegawai itu meninggalkan Angga duduk sendiri.
Pria itu tak bosan mengawasi dari jauh, dan sesekali si gadis menoleh ke arahnya lalu memberikan senyuman.

Dan tak lama mereka sudah memasuki bis sesuai list. Angga berdiri tepat di sisi jendela dimana Nara duduk.

"Orang regional ngapain ke sini? Kan uda tau kalo kita lagi tour!" Celetuk seorang CS lain yang duduk di sebelah Nara.

"Cakep ya?! jadi walaupun molor tadi ga kerasa. Adem liat Angga." sahut yang lain.

Nara hanya diam, mendengar pujian untuk kekasihnya.

Tour leader memberikan aba-aba, pertanda bis akan berangkat.
Dan ketika bis mereka berangkat, mereka melambaikan tangan kepada orang-orang diluar bis, yang hanya ada Angga dan security.

Angga ikut melambaikan tangan, dan wanita yang ada di bis Nara menjadi  riuh.

'Dia melambai!'

'Lambaian untuk sapa?'

'He is so cool.'

'Duh gantengnya'

Dan masih banyak lainnya, sedangkan Nara hanya meringis.
'aku pantes ga sich sama dia yang jadi pujaan wanita?' Nara membatin saat melihat reaksi teman kerjanya tentang kekasihnya.

Jam dinding terus berputar, Angga menumpuk pekerjaannya. Dia hanya memandangi ponselnya, melihat foto yang dibagikan tentang kegiatan famgath, dan tentu saja sesekali membalas pesan dari si gadis.

Tepat pukul 17.00 dia melajukan mobilnya cukup kencang.

"Aku pasti sudah gila!" Ucap Angga berbicara sendiri saat memasuki salah satu kamar hotel dimana Nara menginap. Usai jam kerja Angga meluncur menuju lokasi dimana famgath di adakan. 

Pria itu mengawasi dari kejauhan segala gerak-gerik Nara. Dia tak sabar menanti malam untuk mendengar suara dan tawa sang gadis.

Angga pun mengirimkan pesan.

Angga: bisa telpon jam berapa?

Beberapa menit kemudian Nara membalas.

Nara : jam 10an ya

Angga tak membalas, dia bisa melihat Nara dan seluruh aktifitas makan malam.

Tepat jam 10 malam pria itu menghubungi Nara.
Mereka berbicara seperti kekasih pada umumnya.

Angga : By, lain kali kalo makan, cari meja yang cewek semua aja.

Nara : Emang kenapa?

Anga : Mas ga suka saat makan malam tadi kamu satu meja sama beberapa pria. Ntar bercanda, godain, curhat, terus nyaman, terus lanjut.

Nara : Mas tau dari mana?

Angga : Ga penting tau dari mana. Tapi jauhi yang namanya lelaki, Byan!

Nara (dengan nada kesal) : Mas ga suruh orang mata-matai aku kan? Please mas, percaya ama Nara! Kalo hubungan ini ga ada kepercayaan untuk apa? Nara juga butuh kebebasan, Nara bukan tahanan, Nara butuh teman. Teman cewek doank ga asik, mereka suka nyinyirin orang.

Angga : Aku percaya kamu, Byan. Tapi aku ga percaya laki-laki.

Nara : Mas, aku ini ga cantik. Aku_

Angga memotong : Kamu menarik, Sweet heart! Please, jangan merendahkan dirimu. Dan kamu membuat aku gila, buat aku kuatir.

Nara (dengan nada manja) : Maaaaass.... (Gadis itu terharu Angga mengkhawatirkan dirinya)

Angga : Mas minta maaf. Mas seperti ini soalnya mas ga bisa di sisi Byan.

Nara : Mas cemburu?

Angga : Bukan cemburu, Byan. Mas mengantisipasi supaya pria-pria itu tidak berharap tentang kamu.

'bilang aja cemburu! susah amat.' batin Nara.

Nara : Mas tenang aja. Aku tahu batasannya kok. Walaupun ada yang lebih ganteng dari mas, aku ga bakal tergoda.

Angga : Emang ada yang lebih ganteng dari aku?

Nara : Ada!

Angga : Tuh kan! Awalnya menilai fisik, ntar lanjut.

Nara : Mas jangan cemburu gitu!

Angga : Mas ga cemburu!

'elah! Gengsi banget ngakui. Lha itu namanya apa kalo bukan cemburu, Duda Tua!'

Nara : Mas ngaku aja kalo cemburu! Kalo ga ngaku, Nara makan semeja ama cowok-cowok ganteng.

Angga : Astaga Byan! Orang mas ga cemburu kok dipaksa.

Nara : Padahal aku berharap mas cemburu. Ternyata aku salah. Kata orang, cemburu pertanda cinta. Dan terbukti_

Angga : OK Byan! Mas ngaku! Mas cemburu! 
'God! Gadis kecil ini sungguh pintar mengendalikan diriku' batin Angga.

Nara : Mas ngakunya seperti terpaksa.

Angga : Byan please! Let's talk about another one.

Angga sungguh malu mengakui jika dirinya cemburu.

Mereka berhenti berkomunikasi setelah waktu menunjukkan pukul 23.00.

'aku ganteng, dia beruntung lho punya pacar aku.'

'Eh! tapi dia bilang ada yang lebih ganteng dari aku. Gimana kalo cowok itu suka dia? Dia itu manja tapi lucu. Dia itu pinter bergaul. Dia itu pinter cari topik pembicaraan. Dia itu...arrrghhhhh.'

Batin Angga berperang membuat matanya sudah terpejam.

******

Selama acara famgath, Angga terus memantau Nara dari kejauhan.

Hari ini famgath berakhir, bis sudah meluncur kembali ke kantor Nara. Angga mengirimkan pesan untuk Nara

Angga : mas tunggu di tempat biasanya.

Nara : siyap calon suami 😍😘

Angga selalu tersenyum melihat pesan dari Nara.

Dan tak lama gadis itu sudah duduk di samping Angga.

"Mas, laper." Ucap Nara merengek.

"Bukannya di bis dapat nasi kotak?"

"Kan uda 2-3 jam yang lalu."

"Ok! Mau pengen maem apa?"

"Pengen rendang, tapi maemnya di kos aja."

Angga menyetujui ide Nara.

Usai makan, Nara mencuci piring. Angga menghampiri, dia meletakkan dagunya di pundak Nara, membuat si gadis menoleh sekilas dan memompa jantungnya lebih keras.

"Aku kangen." Bisik Angga. Nafas Angga sangat terasa di telinga gadis itu, membuat tubuhnya menegang. Perlahan Nara mengakhiri kegiatan cuci piringnya. Angga yang ada dibelakangnya membuat otaknya tidak bekerja dengan normal.

"Lalu?" Tanya Nara dengan nafasnya yang berat.

Lengan Angga melilit pinggang Nara.
"Pengen peluk kamu."

Nara berbalik, satu tangannya menyampir di pundak, dan satu tangannya di dada Angga.
"Aku pengen cium mas. Boleh?" Ucap Nara sambil memiringkan kepalanya dengan tatapan menggoda dan senyum genitnya.

Perlahan Angga mendekatkan wajahnya, "Pingin dicium sebelah mana?" Angga berbisik tepat dimulut Nara yang sedikit terbuka. Jantung Nara berdetak makin kencang, dia bisa merasakan hembusan nafas Angga. Mata mereka saling menatap, saling memendam hasrat.

Angga mengangkat sedikit dagu Nara. "Dimana Byan?" bisik Angga dengan suara serak. Angga mendekatkan lagi bibirnya ke bibir Nara, bibir mereka sangat dekat, namun tidak menempel. Nara yang semula aktif dan agresif, mendadak mati kutu mendapat godaan dari kekasihnya.

Tanpa menjawab Angga mulai mencium lembut bibir Nara, perjanjian hanya cium di pipi dan bukan di kos mendadak hilang.

Nara memejamkan matanya seolah menikmati setiap lumatan kekasihnya. Suara cecapan meramaikan kamar kecil ini.

Bibir mereka terus saling memanggut, melumat hingga Nara tak sadar jika dia sudah di sisi ranjang.

Perlahan Angga menduduki ranjang dengan menggiring Nara untuk duduk di pangkuannya.

Angga menghentikan kecupannya. Nara merasakan bibir atasnya bengkak, Angga tersenyum melihat hasil lumatannya.

"Kamu juga kangen ?"

Nara hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dia menjadi salah tingkah karena Angga menatapnya sangat intens.

"Sapa yang buat bibir mu bengkak gini?" Ucap Angga menggoda Nara yang makin tersipu, pria itu menggoreskan telunjuknya di bibir Nara yang bengkak.

Nara mengecup dan mengulum telunjuk Angga.
Angga menggelengkan kepalanya, dia heran Nara selalu berhasil menggodanya.
Pria itu mencium pipi Nara berkali-kali.

"Uda ya? Mas takut lepas kontrol." Angga menyudahi ciuman.

"Hm" balas Nara yang masih berada di atas paha Angga.

"Tapi gini aja, mas masih pengen peluk, kangen." Angga menyandarkan kepalanya di dada Nara, Angga bisa mendengar detak jantung Nara yang berdetak kencang, lalu gadis itu mengecup kening Angga.

"Mas kenapa sich suka Nara?"

"Kan mas uda bilang, waktu di mas Dito, hidup mas lebih berwarna ada kamu, kamu menyempurnakan hari-hari mas."

"Kurang spesifik! Maksudnya itu sifat atau apa gitu.....kalo wajah, jelas beda jauh."

Angga terkekeh mendengar pengakuan Nara. Dia menatap lekat wajah Nara.

"Memang kamu ga secantik sebelumnya."

"Ga usah diperjelas kali mas, kan tadi uda ngaku." Ucap Nara dengan nada manja, membuat Angga tersenyum.

"Kadang kamu manja, mas gemes." Ucap Angga dengan mengecup ringan bibir Nara.

"Lalu?"

"Egois dan keras kepala. Dan itu bagus, seluruh kemauan kamu terpenuhi dan punya prinsip, walaupun kadang mas dapat ancaman." Ucap Angga membuat Nara tersenyum.

"Terus?"

"Kamu ga terlalu gencar kirim pesan. Malah mas yang duluan kirim pesan. Kadang mas ragu, sebenarnya Byan sayang ga sich? Soalnya yang kemarin-kemarin mereka sangat menggangu, kirim pesan dan minta dibalas cepat. Kalo kamu sendiri, liat mas gimana?"

"Mas ganteng!"

"Kalo itu mas uda tau."

"Ih over confidence!" Ucap Nara mencubit pipi Angga lembut.

"Aku suka mas itu percaya diri, mungkin karena mas ganteng itu tadi ya." Imbuh Nara.

"Lainnya itu?"

"Duda tua, kasian liatnya."

"Byan!" Bisik Angga dengan tekanan dan meremas pantat Nara. Nara tertawa mengikik.

"Mas sabar banget sama Nara, ngemong, kadang mas manja juga. Cemburuan, tapi sayang ga ngaku."

"Kan kemarin uda ngaku By."

"Dengan sedikit debat kan?!" Balas Nara.

Angga tidak menanggapi, dia malah membalas dengan melumat lagi bibir bawah Nara.
Lumatan Angga cukup lama dan kuat membuat kulit bibir bawah Nara terkelupas, hingga mereka merasakan rasa yang khas, anyir, lalu Angga menjauhkan bibirnya.

"Berdarah kan?" Rengek Nara sambil menyapu bibir dengan lidahnya sendiri.

Angga merasa bersalah melihat bibir Nara, walaupun tidak mengucurkan darah, tapi Angga bisa melihat beberapa titik di bibir Nara kulitnya terkelupas.

"Maaf, mas terlalu gemas. Sakit ya?" Tanya Angga takut-takut.

"Ga sakit, tapi terasa kalo berdarah." Ucap Nara masih menunduk.

"Marah?maaf ya?"

Nara tak menjawab, dia merebahkan kepalanya di pundak Angga, Nara bisa mencium aroma khas Angga dari lehernya, pria itu mengusap lembut punggung Nara.

"Kamu ga berencana mutusin mas kan?" Tanya Angga lagi, Nara tersenyum mendengar kekuatiran Angga. Gadis itu tak menjawab.

"Byan, jangan diam donk! Kalo mau ngomel,ga papa, mas emang salah."

Nara bangkit dari rebahan, dan menatap Angga.

"Ga mungkin Nara putusin hanya karena hal tadi, cuma mas yang mau sama Nara. Tapiiiiiiii klo mas terlalu over protective dan cemburu, Nara ga mau. Nara cari cowok lain aja, biarpun ga ganteng, yang penting Nara nyaman."

"Jangan ngancem By!"

"Itu bukan ancaman, sayangku!" Nara mengecup bibir Angga sekilas lalu bangkit dari pangkuan Angga, lalu duduk bersebelahan.

Akhirnya Angga lanjut dengan menanyakan tentang famgath kemarin, walaupun sebenarnya dia tahu semuanya.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 115K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.9M 88.9K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
719K 96.4K 35
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...